"Shanum ?" Pekik Andra kaget. Ia menutup mulutnya yang terbuka lalu mengepalkannya tak percaya pada wajah yang baru saja dia lihat.
Sutradara dan Farah menghampiri mereka. Keduanya berdiri dengan mengapit Shanum di tengah-tengah mereka.
"Dia memang kurang ajar, pak. Di pecat aja. Masa' bapak di permainkan begitu sama dia ?" Pancing Farah. Berusaha sebisa mungkin memprovokasi Andra agar memihak dirinya.
"Pak sutradara, tidak usah di pakai." Putus Andra kemudian yang masih menatap Shanum dengan matanya yang tajam.
Shanum tertunduk dan memegang erat ujung blazer putih yang dia kenakan. Kecewa dengan keputusan Andra yang ternyata sama sekali tidak berpihak padanya.
"Saya permisi !" Shanum yang di liputi rasa kecewa segera berbalik hendak mengambil tasnya dan segera pergi. Rasa malunya cukup di pertontonkan sampai di sini. Air matanya mulai menganak sungai dan membuat pandangannya sedikit buram.
"Tapi pak, dia di rekomendasikan langsung oleh Tuan Syakkir. Saya harus bilang apa pada beliau ?" Sutradara itu berucap dengan suara gemetar. Baik kemarahan Andra maupun Tuan Syakkir, keduanya sama-sama berdampak besar untuk karirnya.
"Bilang saja kalau dia melukai saya. Bapak kan tadi lihat sendiri kalau dia nampar saya." Dengus Farah tak terima. Dia masih tidak habis pikir kenapa pak Sutradara masih mengkhawatirkan si anak baru itu.
"Saya tidak bilang kalau yang di ganti itu dia." Andra tersenyum. Berucap begitu santai dengan suara yang sengaja agak di besarkan volumenya.
Langkah gadis cantik berwajah blasteran itu terhenti. Di usapnya air mata yang sempat keluar dan kembali berbalik. Dia menatap Andra penuh dengan tanda tanya besar.
"Maksud pak Andra ?"
Andra menatap sutradara itu lagi-lagi dengan senyuman. "Saya mau Farah yang di ganti."
"Apa ? Kok bisa gitu ? Kan saya yang di aniaya, pak !" Protes Farah tidak terima.
"Saya tahu gadis seperti apa dia." Andra menatap lekat Shanum yang berjarak sekitar 3 meter darinya. "Dia bukan tipe orang yang akan memulai pertengkaran jika tidak di pancing."
Shanum tersenyum senang dengan pandangan yang saling terjalin dengan tatapan Andra. Ucapan pria itu sudah lebih dari cukup untuk menghibur hatinya yang sempat kecewa. Kedua insan itu seolah tertarik ke dunia lain untuk sesaat dimana hanya ada mereka dan kesunyian di dalam dunia itu.
Memberi ruang untuk keduanya saling mengerti tanpa perlu berkata. Memberi ketenangan yang seolah menyiratkan kalimat 'aku percaya kamu' tanpa perlu lantang di perdengarkan.
"Gak bisa seenaknya gitu dong, Pak Andra !" Farah bersuara panik tidak terima.
"Oh ya ? Kenapa tidak bisa ?"
"Anda harus meminta persetujuan dari tuan Syakkir selaku pemimpin tertinggi agensi saya terlebih dahulu."
Andra terkekeh kecil mendengarkan ucapan Farah. Dengan santainya, pria itu melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Mengelap sudut matanya yang berair dan memakai kembali kacamata itu.
Darimana Farah memperoleh lelucon selucu itu ? Apa dasar yang ia jadikan patokan sehingga Tuan Syakkir bisa memperjuangkan orang yang sudah mencari masalah dengan putrinya ? Sedangkan, yang Andra tahu adalah Shanum merupakan putri kesayangan satu-satunya yang akan menjadi pewaris tunggal kerajaan entertainment Dream Corporation suatu saat.
"Ada apa ini ? Kenapa syutingnya belum di mulai ?" Kembali, sebuah suara bariton terdengar menggema dan membuat semua orang menciut karena takut.
Suara pantofel mahal yang terdengar beradu dengan lantai marmer di bawahnya terdengar begitu mencekam kecuali untuk dua orang di dalam ruangan itu.
Mata dari pria paruh baya yang baru saja tiba berhasil membuat semua orang menundukkan pandangan karena takut. Tuan Syakkir datang karena berniat melihat syuting perdana putri kesayangannya. Namun, yang dia lihat justru hanyalah ketegangan entah karena masalah apa.
Dengan tatapan penuh kecemasan, takut kalau-kalau Shanum terluka, Tuan Syakkir segera mencari keberadaan sang putri. Menemukan sosok yang ia cari, Tuan Syakkir kemudian melangkah tidak sabaran dan memeluk singkat gadis itu.
"Anak daddy kenapa ? Habis nangis, ya ? Siapa yang bikin kamu nangis ?" Suara Tuan Syakkir terdengar begitu khawatir dengan nada kemarahan di akhir kalimat.
Hampir seluruh orang termasuk Farah hampir saja terkena serangan jantung massal karena mendengar panggilan Tuan Syakkir pada gadis itu. Anak ? Habislah mereka.
"Shanum nggak apa-apa, dad. Cuma kelilipan aja kok." Shanum tersenyum. Sebisa mungkin mengarang cerita yang masuk akal untuk menghindarkan orang-orang dari amukan seorang ayah yang putrinya di sakiti.
Shanum sudah sangat hafal watak ayahnya. Sejak dia masih kecil, Tuan Syakkir akan selalu membalas perlakuan setiap orang yang mengganggu Shanum dengan dua kali lipat lebih parah dari perlakuan mereka pada Shanum. Tuan Syakkir tidak pernah sedikit pun membiarkan orang lain menyentuh putrinya apalagi membuatnya menangis seperti ini.
"Kamu nggak lagi bohongin daddy kan, Sha ? Kalau memang ada yang nyakitin putri kesayangan daddy, tunjuk aja yang mana orangnya. Biar daddy pecat sekarang juga." Nada suara pria paruh baya itu terdengar sangat meyakinkan.
Semua yang mendengar ucapan Tuan Syakkir langsung semakin tertunduk. Jantung mereka sudah berpacu cepat memikirkan tentang hal terburuk yang bisa saja terjadi jika Shanum menunjuk mereka.
"Shanum bilang nggak, dad ! daddy nggak percaya sama anak daddy sendiri ?" Shanum lagi-lagi memutar bola matanya malas yang entah sudah ke berapa kali.
"Itu benar tuan Syakkir. Tidak ada yang menyakiti Shanum di sini." Andra muncul menengahi. Menatap Shanum sebentar dan mengedipkan sebelah matanya pada gadis cantik itu.
"Pak Andra ? Maaf, saya tidak memperhatikan keberadaan anda." Kata Tuan Syakkir setengah terkejut. Dirinya terlalu fokus pada putrinya sehingga tidak memperhatikan keberadaan pemuda tampan itu.
Andra mengibaskan tangannya ke udara. "Tidak apa-apa, Tuan ! Anda santai saja. Saya kemari hanya karena penasaran dengan model baru yang anda katakan. Saya tidak menyangka sama sekali bahwa dia adalah putri anda sendiri." Andra berbicara pada Tuan Syakkir, namun matanya hanya terarah pada Shanum seorang.
Merasa sedikit terganggu dengan tatapan Andra, Shanum segera beralih mencari alasan agar bisa terbebas dari dua pria yang saat ini sedang mengepungnya.
"Bisa kita mulai pemotretannya ?" Teriak Shanum pada siapapun yang sudi untuk menjawab.
"Ah iya ! Tolong fotografer segera bersiap untuk ambil foto ! Make-up cepat touch-up para artis kita lagi sebelum pemotretan." Teriakan sutradara langsung membuat orang-orang yang awalnya mematung kembali bisa berlari. Mereka dengan cepat melakukan tugas mereka masing-masing.
Begitu juga dengan Farah. Cepat-cepat dia kembali ke kursi, membiarkan penata rias untuk merapikan kembali riasan wajahnya dengan rasa malu yang menggunung. Bagaimana dia bisa bekerja sama dengan Shanum yang sudah dia hina ?
Setelah persiapan selesai. Shanum dan Farah sudah mengambil pose di depan kamera. Shanum yang memang sudah terbiasa dengan percaya diri menatap pada lensa yang mengeluarkan kilatan cahaya yang menangkap gambar dirinya. Dia meletakkan tangannya pada pundak Farah seraya berbisik pelan.
"Bersyukurlah karena daddyku datang kemari. Jika tidak, mungkin besok karirmu hanya akan tinggal kenangan."
Mata Farah membulat dengan diri yang bergidik ngeri. Ancaman Shanum dengan wajah cantiknya yang tetap tersenyum menghadap kamera benar-benar membangunkan rasa takut yang selama ini sempat Farah lupakan.
Ingatlah ! Di atas langit masih ada langit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yudiawati
setuju shanum di atas langit masih ada langit
2021-04-16
2
Dede Mia
kerrrreeeennnn shanum👍👍👍👍
2021-04-04
2
Hsyahrul Marosa
rasain
2021-03-14
1