Fen Mei berlari menghampiri Fen Lang, kegembiraan nya melihat Ayahnya datang terlihat jelas disorot matanya.
"Fu Qin! Selamat datang, kami sudah memasak makanan. Aniang belum pulang dari ladang bersama Da ge dan Da jie, masuk dan istirahat."Fen Mei menyambut dengan antusias.
Tidak menyadari tatapan tajam dari Fen Lang, tangan mungilnya meraih tangan besar Fen Lang. Sementara Fen Hui terdegun saat sepasang mata elang itu memandanginya dengan tajam. Secara tak sadar tubuhnya gemetar hebat, berjalan mundur secara refleks. Itu bukan reaksi asli dari Fen Hui tapi tubuhnya bergerak diluar kendali.
"Fu Qin?"
Ayahnya tidak menjawab, melainkan masuk dan duduk diatas hamparan karpet anyam. Ujung bibirnya tertarik keatas sedikit, melihat tumis daging yang mengeluarkan aroma harum.
"Bagus, bagus... Panen sekarang pasti sangat baik sehingga bisa membeli daging."Fen Lang sangat senang.
Itu berarti dia bisa mendapatkan 1 Yuan jika mau! Tangannya meraih sumpit dan hendak mengambil sedikit daging untuk dicicip.
Tak...
Sumpit lain menepis sumpitnya penuh tenaga, dahi mengerut menatap tangan kurus putih pucat milik Fen Hui. Gadis itu sudah bisa mengendalikan tubuhnya lagi, menatap Fen Lang dengan tatapan menantang dan berani.
"Fu Qin, tunggu Aniang dan kedua kakak ku datang. Kalau tidak jangan berharap bisa memakan daging sedikit pun."
Fen Lang tertawa terbahak-bahak melihat keberanian Fen Hui, putrinya yang pendiam dan jarang berbicara dengannya. Mendadak mengatakan banyak kalimat, dia tidak suka.
"Apa sekarang kau berani menentang ku?"tanya Fen Lang tidak suka.
"Ti-dak." Fen Hui merasa nafasnya tercekat saat tatapan tajam kembali menghujaninya.
Tidak mudah mengontrol tubuh yang sering dianiaya oleh Fen Lang, lelaki itu merasa jijik saat melihat penampilan anak-anak nya. Kotor dan dekil, belum lagi rambut bau serta kotor, terlihat sangat lengket membuat nya mual.
"Fu Qin, Mei'er ingin mendengar cerita tentang academi."
"Tidak, anak perempuan tidak perlu mendengarkan hal seperti itu."Fen Lang menolak membuat putri bungsunya kecewa.
Pintu terbuka lebar, Fen Hua dan Fen Xiang masuk kedalam rumah. Disusul oleh Fen Qian, raut wajahnya memburuk ketika melihat ayahnya. Sudah dia duga ayahnya akan pulang bulan ini, karena masa panen gandum sedang di laksanakan.
"Apakah kalian sudah menjual gandumnya?"Fen Lang bertanya tanpa menoleh.
Dia mengambil sepotong daging dan memasukkan kedalam mulut, Fen Hui tidak bisa berkata-kata lagi. Fen Hua duduk disamping suaminya, dia merasa lelah karena baru pulang dari ladang.
"Aniang minum ini, pasti sangat lelah kami berdua sudah menyiapkan makanan untuk kalian."Fen Hui memberikan segelas air pada ibunya.
Membuat Fen Hua sedikit terhibur oleh perhatian Putri kedua nya. Fen Lang melirik istrinya sebal, pertanyaan nya tidak di gubris sama sekali.
"Kami belum menjualnya, hari ini baru selesai panen. Mengapa Fu Qin tidak datang lebih awal agar panen nya cepat selesai?"balas Fen Xiang tak suka.
Fen Lang memutar bola matanya malas, akhir-akhir ini Fen Xiang sering membalas perkataan nya. Fen Qin juga terkadang ikut membalas. Dan sekarang putri keduanya mulai bicara banyak.
"Aku sibuk belajar, jangan bicara seolah ayah mu ini suka turun ke ladang."
"Fu Qin terlalu manja untuk pergi ke ladang, dia beralasan sibuk belajar. Itu memang hal bagus tapi mengapa ujian sarjana nya selalu gagal?"sindir Fen Qian.
Mendengar sindiran putrinya sendiri, Fen Lang refleks melempar kedua sumpitnya ke. wajah Fen Qian. Gadis itu memejamkan matanya cepat, satu detik sebelum sumpitnya menghantam wajah gadis itu.
"Apa kalian sudah berani membalas perkataan ku?"nada suara Fen Lang meninggi.
"Sudah, jangan marah lagi kami tidak berani."Fen Hua buru-buru menenangkan suaminya.
Fen Mei bersembunyi dibalik punggung Fen Hui, dia ketakutan saat ayahnya marah. Perhatian Fen Hua jatuh pada potongan daging dengan aroma harum.
"Darimana daging ini datang?"tanya nya heran.
Merasa aneh Fen Lang menjawab,"bukankah kau membelinya?"
Dia menggeleng, sepanjang hari ini dirinya dan kedua anak tertua berada di ladang. Menatap Putri kedua dan ketiganya dengan curiga.
"Katakan, darimana datangnya daging ini."
Tangan kecil Fen Mei mencengkram erat ujung baju Fen Hui, dia sudah berjanji untuk tidak memberitahu Aniang. Tapi kakaknya malah mencari mati dengan sendirinya. Ini bukan salahnya, Fen Hui tidak boleh melimpahkan kesalahan padanya.
"Aniang, aku mendapatkan nya dari pedagang daging di pintu desa tadi siang. Dia memberikan sisa dagangannya yang tidak laku."Fen Hui menatap wanita dewasa didepannya dengan tegas.
Meskipun hatinya tidak tenang karena berbohong, dia tidak punya pilihan lain. Tidak mau membuat ibunya khawatir dan juga tidak mau membuat ayahnya semakin serakah.
Melihat sorot mata putrinya tanpa ada keraguan, Fen Hua tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya menghela nafas lalu mengambil sumpit dan mangkuk.
"Baiklah mari kita makan."
"Aku akan membaginya, kalian tidak boleh mendapatkan banyak potongan daging."
Fen Lang lebih dahulu merebut mangkuk daging, membagikan beberapa potong pada keluarga nya. Dan sisa daging yang banyak di masukkan kedalam mangkuknya.
Ujung bibir Fen Qian berkedut, dia hampir tidak bisa menahan emosinya lagi. Saat hendak membuka suara, Kakak nya mendahuluinya.
"Fu Qin, tidakkah ini sangat tidak adil? Mangkuk milik mu sangat penuh, sedangkan kami ..."
"Berhenti lah mengeluh, jika tidak mau aku menyisikan beberapa sen uang penjualan gandum!"
Mendengar ancaman itu, Fen Xiang terdiam. Melanjutkan makannya dengan hati sedih, beberapa sen sebenarnya tidak cukup menghidupi 5 orang selama satu bulan. Mereka bertahan pun berkat sayuran liar, kentang dan ubi yang ditanam di lahan kaki bukit.
Lahan itu tidak diurus oleh warga desa, selain tanahnya memiliki banyak bebatuan. Resiko bahayanya tidak main-main, bisa saja ada binatang liar datang merusak tanaman mereka. Beberapa bulan ini keluarga Fen cukup beruntung, karena babi hutan tidak turun gunung.
Makan malam berlangsung dengan dalam diam, suara alat makan memecahkan keheningan. Selesai makan malam yang berat Fen Hui memutuskan untuk masuk ke kamar bersama adik nya.
"Besok kita tunda terlebih dahulu bergadang nya, ada Fu Qin dirumah."bisik Fen Hui pada Fen Mei.
"umm, tidak apa-apa Mei'er akan membujuk Fu Qin untuk mengisi waktu luangnya bermain dengan kita."angguk Fen Mei tak sabar.
Dia tidak pernah memiliki jejak kenangan buruk pada Ayah nya, itu sebabnya tidak ada ketegangan saat melihat sosok Fen Lang. Berbeda dengan ketiga Kakak nya yang tumbuh dalam kekerasan.
Mereka bersyukur karena akhir-akhir ini Fen Lang tidak separah dulu.Mungkin karena sibuk mempersiapkan ujian Sarjana, dia tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan hal tidak berguna.
...****************...
Kosakata baru!
*Fu Qin\= Ayah (Formal)
*Da Ge\= Kakak laki-laki tertua
*Da Jie\= Kakak Perempuan tertua
*Aniang/ Niang\= Ibu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Rahayu Irmayanti
punya bapak gitu amat
2024-12-28
0
Sita Sit
bapak kok kayak gitu,mending pisah aja sama bapaknya,gak ngasih nafkah malah minta uang Mulu sama anak istri,laki2 biadab
2024-10-24
1
Rizqi Amelia
nyesek bgt punya ayah kayak gt, mending cerai aja lah/Scream/
2024-10-15
0