BAB. 17

Arthur mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Berjaga-jaga supaya Alice tidak masuk dengan tiba-tiba dan melihat tubuhnya yang sudah polos tanpa sehelai benang.

"Sial, aku sudah tidak bisa menahannya lagi," kesal Arthur melihat kebawah, dimana senjatanya sudah berdiri dengan sempurna.

Entah kenapa, saat berada di samping Alice, miliknya selalu bereaksi secepat ini. Berbeda jika Arthur berdekatan dengan wanita lain, miliknya tertidur lemas.

"Huh!" Arthur membuang nafas kasar. "Wanita itu benar-benar sengaja ingin menggodaku. Memakai gaun seksi dan terbuka dan memperlihatkan hampir semua bagian tubuhnya."

Pikiran Arthur mulai melayang kemana-mana. Untuk menghentikannya, Arthur mengguyur kepalanya di bawah kucuran shower.

Bukannya mereka, sesuatu dibawah sana malah semakin menjadi-jadi. Dia sentuh miliknya itu dan mulai menggerakkan tangannya naik turun dengan beraturan.

"Ahh...!" satu desa han lolos bersamaan dengan pelepasan kenikmatan yang belum pernah Arthur rasakan sebelumnya.

Arthur kembali melakukannya sembari membayangkan wajah cantik Alice juga lekuk tubuhnya. Ya, anggap saja Arthur menjadi pria tidak tahu diri, yang menjadikan Alice fantasinya.

"Ugh...!" Arthur semakin penasaran dan menolak untuk berhenti. Sampai sesuatu itu kembali meledak keluar.

"Cih! Lihatlah, dia terbuang sia-sia karena tindakan bodoh mu, Arthur!" umpatnya pada diri sendiri, menatap tak rela saat semua benih supernya hanyut terbawa arus air.

Selesai membersihkan diri, Arthur menyambar handuk, melilitkan ke pinggangnya. Lalu dia beranjak keluar dari sana.

Pemandangan yang pertama kali pria itu lihat adalah Alice. Wanita itu tertidur begitu lelap di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

Dan hanya memperlihatkan wajahnya. Seakan-akan, Alice sudah waspada pada Arthur.

"Kenapa dia membungkus tubuhnya?" gumamnya mendekat ke arah Alice. "Bahkan dia tidak menyisakan selimut dan menguasai tempat tidur seorang diri." Arthur mulai kesal.

Arthur mengambil kaos tipis berwarna hitam dan juga celana pendek. Memakainya, kemudian menghampiri Alice. Menggeser tubuh wanita itu lalu ikut merebahkan diri di sampingnya.

"Argh..." pekiknya mengaduh ketika tangan kanan Alice keluar dari dalam selimut dan menghantam aset kebanggaannya. "Kamu yang membuatnya bangun, dan sekarang, kamu juga yang membuatnya tertidur lemas!"

Arthur menyingkirkan kaki Alice dari atas perutnya. Lalu tidur membelakangi wanita itu dengan perasaan dongkol. Ia tak menyangka jika gaya tidur Alice seperti pesawat terbang. Berputar kesana kemari tak mau diam.

Pria itu bisa memastikan kalau malam ini, dia akan tetap terjaga dan tidak akan tidur dengan nyenyak.

"Apes sekali nasibku!"

*****

Pagi menjelang, cahaya matahari mengintip dari celah jendela dan tanpa sengaja menyinari wajah cantik Alice.

Wanita itu menggeliat. Membuka kedua kelopak matanya dan mengerjap perlahan. "Kenapa jadi pegal-pegal semua?" gumamnya merenggangkan tubuhnya.

Tanpa Alice sadari, sepasang mata tajam terus mengawasinya sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan Arthur.

Lingkaran di bawah mata Arthur menandakan kalau semalam pria itu sama sekali tidak tidur.

"Sudah bangun, hum?" sapa Arthur. "Apa semalam tidurmu nyenyak, Nona Alice?" suara serak Arthur, mengalihkan pandangan Alice. Ia segera menoleh ke samping.

"Huwaa!" saking kagetnya, Alice terjatuh dari atas tempat tidur. Melihat tubuh bagian atas Arthur yang polos tanpa sehelai benang. "K—kamu? Dimana bajumu, Ar?!"

Arthur mengernyit. Lalu berkata, "Semalam gerah, jadi aku melepaskannya." Arthur menjawab dengan tanpa beban.

"Melepaskannya kamu bilang?" Alice menganga. Pikirannya mulai berputar kemana-mana.

"Aku dan Arthur, kami tidak mungkin melakukannya kan semalam?" batin Alice, mencoba mengingat kejadian semalam.

Alice melirik ke bawah, menggerakkan kakinya. "Tidak sakit. Hanya saja pinggangku rasanya ingin lepas karena terjatuh..." lirihnya menerka.

"Berhenti berpikir macam-macam!" pria itu turun dari atas tempat tidur.

"Ar, bantu aku berdiri," pinta Alice sedikit manja. Berhasil membuat Arthur mengentikan langkahnya, menoleh sekilas.

"Kenapa aku harus membantumu? Kamu bisa bangun sendiri, bukan?" melipat kedua tangan di depan dada, Arthur menatap datar Alice.

"Please... kali ini saja. Rasanya sakit," rengeknya mengangkat kedua tangan ke atas. Berharap pria itu mau menggendongnya.

"Tidak ada kali ini atau besok! Cepat bangun dan mandilah. Kemasi barang-barang mu, lalu pergi dari sini."

"Kamu mengusirku?" Alice menunjuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa, setelah semalam memaksanya menginap, Arthur tega mengusirnya?

"Kamu yang membawaku kemari, dan sekarang kamu juga yang menyuruhku pergi. Aku harus tinggal dimana Ar?" ujarnya.

Alice tengah berusaha mencari cara supaya Arthur menarik semua ucapannya. Lalu mengizinkan Alice tinggal di apartemennya.

"Ar..."

"Ada apalagi?"

"Kamu benar-benar mau aku pergi? Bagaimana kalau ada yang menculik ku? " Alice memasang wajah memelas.

"Kamu pikir aku peduli? Lagipula, tidak akan ada yang mau menculik wanita menyebalkan dengan gaya tidur seperti kamu. Kalau ada sekalipun, kemungkinan om-om botak, gendut dan pendek yang mau denganmu," ucap Arthur dengan nada mengejek. Sengaja menjahili Alice.

Mengusir wanita itu juga salah satu cara Arthur agar Alice memohon padanya dan mengizinkannya untuk tetap tinggal.

Alice menelan saliva dengan susah payah, membayangkan pria yang disebutkan Arthur.

"Kamu mau kemana?"

"Mandi," jawab Arthur. "Kenapa? Mau mandi bersama?" Arthur mendekati Alice. Membuat wanita itu beringsut mundur ke belakang.

"Jangan mendekat!" Alice memalingkan wajahnya dari Arthur yang saat ini sudah berada tepat di depannya. Mengikis jarak diantara mereka.

"Rasanya sangat manis. Dan aku sangat menyukainya..." bisiknya tepat di samping wajah Alice.

Tubuh Alice menegang. Manis dia bilang? Apanya yang manis?

"Maksudmu apa?" tanya Alice, penasaran.

Tak menjawab ucapan Alice, Arthur bangkit dan mengabaikan Alice begitu saja.

Sementara Alice, terlihat bingung seperti orang bodoh karena tidak cukup paham mencerna ucapan Arthur.

"Dasar bunglon! Sikapnya selalu berubah-ubah. Terkadang hangat dan terkadang dingin seperti kulkas," umpat Alice.

Sayangnya, hanya di belakang pria itu Alice berani marah-marah.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

ngak sabar menanti jam 12. 😩😩😩

2024-06-28

0

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

apanya yg manis Thur,,,,,

kulkas 10 pintu,,,, anggap aja spt itu

2024-06-28

0

jaran goyang

jaran goyang

мαѕιк ιgт....🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ηтн ∂мη ρυη... уg ∂ι нρѕ.... мαѕιк ʝαυн ℓg уαк ηу....

2024-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!