Arthur menuju ke dapur. Dia berniat menyiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua. Setidaknya sekarang, Arthur tak lagi bergantung pada ibunya.
Jiak tidak ada Vanessa, mungkin saja Arthur sudah berada di panti asuhan.
"Aku merindukan masakan ibu." Arthur tersenyum miris. Bahkan sampai sekarang, Kaisar dan kedua orangtuanya sama sekali belum menghubunginya.
"Apa mungkin mereka sudah melupakanku secepat ini?" gumamnya.
Lamunan Arthur buyar mendengar suara teriakan Alice. Wanita itu menghampirinya dengan langkah gontai.
"Dasar tidak peka!" Alice menggerutu.
Dia marah karena Arthur sama sekali tak meminjamkan kemeja atau pakaian yang pria itu punya. Arthur beralasan, dia pergi dari mansion utama tanpa membawa apapun.
Memang benar, Arthur peri tanpa membawa pakaiannya. Arthur pikir, dia akan membeli yang baru setelah menetap di apartemen.
Namun, siapa yang menyangka jika Arthur tanpa sengaja bertemu dengan Alice semalam.
"Ar..." Alice merengek, membuat gerakan tangan Arthur yang hendak membalik terlur dadar terhenti. Pria itu menoleh padanya.
"Apa?" sahutnya. Melihat Alice yang hanya mengenakan handuk, Arthur cepat-cepat memalingkan wajahnya.
"Pinjami aku kemeja atau jubah mandi. Kamu tega membiarkan aku kedinginan begini?" Alice menggigit bibirnya sendiri.
"Sudah aku katakan, aku tidak membawa baju ganti. Jadi, terima saja nasibmu. Salah siapa, kamu keras kepala," sungut Arthur, balik menyalahkan Alice.
Padahal, dirinya lah yang sudah membuat pakaian Alice basah kuyup. Menceburkan wanita itu ke dalam bak mandi dengan tiba-tiba.
"Kamu harus bertanggung jawab!" Alice sudah berdiri di depan Arthur dan menunjuk wajahnya.
"Untuk?" tanya Arthur, sembari melipat lengan kemejanya ke atas, sampai siku. Sebelum itu dia mematikan kompornya terlebih dulu.
"Keringkan pakaianku," ucap Alice.
"Keringkan saja sendiri! Jangan manja, karena aku benci wanita kekanak kanakan seperti itu." Arthur tak berani menoleh sedikitpun ke arah Alice. Ia takut khilaf dan menyerang Alice sebelum waktunya.
Melihat Alice sekarang saja, sudah berhasil membangkitkan hasrat lelakinya.
"Dasar menyebalkan!" gerutu Alice. Gadis itu duduk sambil melipat kedua tangan di depan dada. Memperhatikan apa yang sedang Arthur lakukan.
Arthur menggeleng pelan. "Rasakan itu," cibirnya.
"Aku mendengar mu, Ar!" Alice menatap jengah Arthur.
"Kenapa bibirnya dimajukan begitu? Apa kamu pikir, kamu itu manis?" ejek Arthur, meraih apron dan memakainya.
Arthur gugup. Saking gugupnya ia melepas apron dan memakainya kembali untuk menutupi tonjolan di balik celananya.
"Karena kenyataannya aku memang manis, Ar. Kalau aku jelek, Zack tidak akan mungkin sampai tergila-gila padaku," ucapnya dengan penuh percaya diri.
Ya, Arthur akui Alice memang cantik dan manis. Hanya saja, Ia tidak mau menunjukkannya di depan gadis itu. Alice bisa besar kepala nanti.
"Kamu benar. Saking tergila-gilanya, dia bahkan sampai selingkuh dengan sahabatmu sendiri. Benar-benar menggelikan," balas Arthur. Sontak membuat kedua bola mata Alice melebar.
"Dia selingkuh karena bodoh dan kurang bersyukur!" sahut Alice membela diri. Alasan satu-satunya Zack selingkuh karena Alice tidak mau di sentuh olehnya.
Arthur menahan tawanya. Ia berbalik dan menyandarkan punggungnya di diding. "Aku tidak yakin dia berselingkuh karena itu."
Lihatlah tawa ejekan yang terlihat dari bibir Arthur. Alice ingin sekali memukul wajahnya itu.
"Sudahlah, bicara denganmu membuat mood ku berantakan." memang seharusnya, Alice tidak tinggal di sini dan lebih baik kembali ke panti asuhan.
"Siapa yang mengajakku bicara lebih dulu? Aku atau kamu, hum?" tanya Arthur sembari berkacak pinggang.
"Tentu kamu, bukan aku!" sungut Alice tak mau kalah.
Mereka saling menatap dengan tatapan permusuhan. Dan berakhir dengan pertengkaran yang tidak bisa lagi dihindari. Keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah.
"Terserah! Aku akan memasak, jadi jangan menggangguku." Arthur mengambil beberapa bahan makanan yang ada di dalam kulkas.
Dia akan memasak nasi goreng pagi ini.
"Ar, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"
"Tanya saja. Tapi jangan berharap aku bisa menjawab semuanya dan..."
"Tentang ini." Alice memotong ucapan Arthur sembari menunjuk dada dan lehernya. "Apa kamu yang sudah melakukan ini padaku, Ar?" tanyanya.
Sebenarnya Alice tidak yakin kalau Arthur berani melakukan ini padanya. Tapi, daripada ia terus-terusan berpikir negatif, lebih baik Alice menanyakannya secara langsung, bukan?
Arthur mendadak batuk-batuk melihat itu."Jadi Kamu menuduhku, begitu?"
"Aku... aku tidak menuduh mu. Aku hanya bertanya. Ini perbuatanmu atau bukan. Itu saja." nampak aneh jika Arthur tidak tahu. Bukankah mereka tidur berdua semalam?
"Lalu, siapa yang mengganti pakaianku kalau bukan kamu?" lanjut Alice. Saat bangun Alice sudah tidak memakai apapun dan tubuhnya hanya terbungkus selimut tebal.
"Mana aku tahu!" sahut Arthur. Dia mencoba mengelak. Ternyata Alice tidak sebodoh yang dia pikirkan. "Apa kamu lupa, semalam kamu tidur sambil menangis?"
Alice mengernyit. "Menangis?"
"Hmm. Kamu juga mengeluarkan banyak keringat, jadi aku terpaksa melepaskan pakaianmu yang kurang bahan itu." akhirnya Arthur berkata jujur, dialah yang sudah melepaskan pakaian Alice.
Alice bengong. Mencoba percaya dengan ucapan Arthur. Sejak kapan dirinya tidur sambil menangis? Apa karena efek kelelahan?
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Lagipula aku juga tidak tertarik dengan tubuhmu itu," ketusnya, menyodorkan satu porsi nasi goreng. "Habiskan, jangan sampai ada sisa. Ini masakan pertamaku setelah sekian lama aku tidak memasak."
Alice menatap nasi goreng itu dengan tatapan lapar dan berbinar. Sampai-sampai, Alice lupa jika dia sedang marah pada Arthur.
"Rasanya tidak buruk," gumamnya, memperhatikan Arthur yang sedang memotong apel untuknya.
Alice menatap pria ini tanpa berkedip sama sekali. Hingga fokusnya tertuju pada bibir tebal milik Arthur.
"Astaga, aku mikirin apa, sih," batin Alice menepis pikiran kotornya. Ia mengingat dimana mereka pernah berciuman cukup lama.
"Pakai ini." Arthur melepas kemejanya dan memberikannya pada Alice. "Nanti aku akan menghubungi Erick dan memintanya untuk segera datang," ucapnya dengan berbohong. Padahal, Erick sedang berada di perjalanan menuju kemari.
"Tidak perlu. Aku akan mengeringkan pakaianku sendiri," tolak Alice.
"Jangan keras kepala. Kamu bisa sakit jika hanya memakai handuk itu," ucap Arthur tetap memaksa.
Alice menepis kasar tangan Arthur yang hendak memakaikan kemeja itu di bahunya.
Arthur berdecak kesal. "Lakukan saja apa maumu. Aku tidak peduli!" Arthur beranjak dari sana. Namun, Alice menahannya.
"Apa kamu benar-benar ingin mengusirku dari sini, Ar?" tanyanya.
"Ya," jawab Arthur. "Kamu akan tetap aku biarkan tinggal di sini asal kamu bersedia menjadi wanitaku tanpa menolak," ucap Arthur dalam hati.
"Tapi kenapa?"
"Kamu sangat merepotkan." setelah mengatakan itu, Arthur menyingkirkan tangan Alice yang berada di lengannya.
"Kita belum selesai bicara." Alice tidak mungkin pergi begitu saja setelah apa yang terjadi semalam. Alice yakin, Arthur diam-diam melakukan sesuatu padanya.
"Lepas! Aku sedang sibuk. Jangan menganggu ku!"
Terjadilah tarik menarik diantara mereka. Arthur yang awalnya teguh pada pendirian, kali ini harus diuji kesabarannya oleh Alice.
"Argh...!" pekik Alice. Mereka ambruk berbarengan dengan Arthur yang berada di bawah dan Alice berada di atas.
"Sial! Posisi macam apa ini?!" Arthur bergumam dengan bola mata yang hampir keluar dari tempatnya, melihat pemandangan indah di depan mata.
Handuk Alice terlepas dan nampak lah gun dukan indah milik gadis itu.
"Arthur! Apa yang kamu lihat?!" pekik Alice, memukul dada bidang Arthur berulang kali. Kemudian, menutup dadanya yang terekspos dengan kedua tangan.
"Dasar mesum!"
Arthur menghela nafas. Hidupnya memang serba salah. Kalau bukan karena dirinya, mungkin saat ini Alice tengah menjerit kesakitan dan malu luar biasa. Terjatuh di lantai dengan handuk terlepas.
"Percuma kamu menutupinya. Semalam aku sudah melihat dan mencicipinya sedikit," batin Arthur.
Besok aku ambil libur sehari ya kak🤭 Done aku up 4 bab😭😭
Tinggalkan komentar sama like nya, makasih🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
jaran goyang
𝘮𝘢𝘶 𝘫𝘭𝘯" 𝘬𝘬...
2024-06-29
1
jaran goyang
𝘩𝘰𝘰𝘰𝘰𝘰🤣
2024-06-29
1
jaran goyang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣𝘮𝘴𝘪𝘬 𝘪𝘨𝘵..... 𝘣𝘴𝘳 𝘨𝘬 𝘵𝘶.... 𝘬𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘶 𝘬𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘺 𝘣𝘨
2024-06-29
1