Sesampainya di dalam kamar, Kaisar langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.
Menatap langit-langit kamarnya lalu tak lama, pria yang bekerja sebagai guru di sekolah menengah atas itu memejamkan kelopak matanya.
Kaisar berharap, saat membuka mata nanti, ia bisa melupakan kejadian tadi.
"Bodoh! Apa yang kamu pikirkan, Kai. Seharusnya kamu mengerti keadaan Arthur selama ini. Dia hidup sebatang kara, sementara kamu, memiliki kedua orang tua yang utuh." Kaisar, merasa menyesal dengan kata-katanya. Apalagi melihat sorot mata Arthur saat menatapnya tadi. "Apa aku keterlaluan?"
Meskipun ucapan Kaisar terdengar sedikit kasar, jauh di dalam hatinya, ia sangat menyayangi Arthur. Hanya saja, gengsinya lebih besar dari rasa sayangnya pada sepupunya itu.
Sejak kecil, mereka berdua selalu bersama sampai mereka beranjak dewasa dan akhirnya, dipisahkan oleh kesibukan masing-masing.
Kaisar adalah tipe lelaki mandiri, sementara Arthur, karena kekurangan kasih sayang dari orang tua, dia selalu bersikap manja pada Grey dan Vanessa.
"Sekarang aku harus bagaimana?" bukannya tidur, Kaisar malah bangkit dari ranjang. Mengusap kasar wajahnya, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.
Langkahnya terhenti mendengar suara ketukan pintu. "Kai, apa boleh aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu," ucap Arthur.
Hening. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Kaisar. Arthur mengira kalau Kaisar sudah tidur sejak tadi.
"Aku tahu, kamu marah padaku. Aku minta maaf untuk semuanya." Arthur kembali bersuara, yang lagi-lagi tak mendapat sahutan dari Kaisar.
Arthur merasa bersalah sudah membuat hubungan sepupu dan orang tua angkatnya itu menjadi renggang. Apalagi, dirinya adalah pemicu perdebatan mereka.
Mungkin memang benar, seharusnya sejak awal Arthur tidak hadir diantara mereka. Arthur hanyalah pengganggu. Dan akan lebih baik kalau Arthur menghilang menghilang dari dunia ini.
Setelah tidak mendengar suara, Kaisar berjalan mendekat ke arah pintu. Ia hendak membukanya, namun ia urungkan kembali.
"Shit! Kenapa aku selalu lemah begini jika mengenai Arthur?"
Cukup lama berpikir, akhirnya Kaisar memutuskan untuk memberikan Arthur kesempatan bicara. Hatinya merasa tidak tenang karena sudah mengabaikan Arthur begitu saja.
"Ngapain kamu di luar seperti orang bodoh? Bukankah biasanya akan kamu langsung masuk tanpa meminta izin dariku terlebih dulu?"
Arthur mendongak, menatap Kaisar dengan kedua manik mata berkaca-kaca. "Apa kamu membenciku, Kai? Aku minta maaf karena sudah mengambil semuanya darimu. Tapi... aku mohon, jangan marah pada mereka hanya karena aku."
"Kamu ini bicara apa?"
"Aku tahu, aku salah sudah hadir diantara kalian. Merebut perhatian mereka dan membuat mereka mengabaikan kamu. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu." Arthur mengepalkan kedua tangan menahan dadanya yang terasa sesak.
Jika Kaisar ikut membencinya, Arthur tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.
"Tunggu!" Kaisar menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. "Kamu menangis?" pekiknya tak percaya.
"Aku tidak menangis, bodoh! Tadi kemasukan debu." kata Arthur berbohong. Tidak mungkin dia mengaku kalau sedang menangis di depan Kaisar. Mau di taruh mana wajahnya?
Kaisar menahan tawa, kemudian merentangkan kedua tangannya. Sementara Arthur terlihat bingung.
"Mau apa?" tanyanya.
"Cepat peluk sepupumu ini, sebelum kesabaranku yang setipis tisu ini hilang!" ucap Kaisar sembari menaik turunkan alirnya, menggoda Arthur.
"Yakin mau memelukku?"
"Jadi tidak mau? Baiklah tidak usah!"
Arthur cepat-cepat menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Ya baguslah. Karena aku masih normal dan doyan wanita."
"Apa kamu pikir aku juga tidak normal, hah?!" seru Kaisar, menatap tajam Arthur. "Anggap ini adalah pelukan persaudaraan dari adik untuk kakaknya. Jadi, cepat peluk aku!" ulang Kaisar.
"Tidak mau!"
"Cepat Arthur! Aku tidak akan mengulangi lagi ucapanku!" pekik Kaisar menarik Arthur dan membawa tubuh kekar lelaki itu ke dalam pelukannya.
"Sialan! Lepaskan!"
"Diam dan jangan berisik atau aku akan menendang mu keluar dari kamar ku, bocah manja," bisik Kaisar.
Arthur melotot. Pria dengan tato di lengan kirinya itu terlihat marah. "Aku bukan bocah! Kamu yang bocah!" teriaknya tak terima.
Mereka berdua kembali berdebat. Saling mengejek satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah. Seakan pembicaraan yang terjadi tidak pernah ada.
"Lepas! Mau sampai kapan kamu memelukku?!" kedua tangan Arthur mendorong pundak Kaisar. "Menjauh Kai!"
"Ya, ya baiklah. Dasar keras kepala!" pelukan mereka terlepas. Kaisar memperlihatkan senyum hangatnya pada sepupunya itu. "Masuk," titahnya.
Kaisar menutup pintu kamarnya, sementara Arthur, pria itu memilih untuk duduk di sisi tempat tidur.
"Mau bicara apa, katakan." Kaisar melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar di dinding.
"Aku sudah menemukan Alice." ucapan Arthur membuat jantung Kaisar berdetak sangat kencang.
"Maksudmu?"
"Alice, sepupu jauh kita. Putri dari uncle Bram. Dia sekarang bekerja sebagai sekertaris pribadiku di kantor." Arthur bicara dengan wajah sumringah dan bahagia.
"Baguslah. Kamu bisa merebut hatinya." Kaisar memaksa untuk tersenyum.
Akan lebih baik jika Alice bisa bersama Arthur, bukan dirinya. Karena sampai kapanpun, Kaisar belum berniat membuka hatinya pada perempuan manapun.
__________
"Lepaskan, Dad! Sakit!" Kenan memekik kesakitan, telinganya di tarik begitu kuat oleh Grey.
"Oh, jadi telinganya mau Daddy lepas, begitu? Dengan senang hati, Daddy akan melakukannya!" tangan Grey sudah sangat gatal dan ingin memberikan pelajaran pada putranya yang pembangkang ini.
"Bukan begitu, Dad." Kenan kapok. Tidak lagi-lagi remaja itu membolos dan tawuran dengan teman-teman satu gengnya.
"Berdiri di luar sampai besok pagi!" titah Grey.
"Daddy mau anak Daddy yang tampan ini mati kaku? Di luar dingin Dad." Kenan tidak ingin melakukannya. Terakhir kali Kenan mendapat hukuman seperti ini, ia langsung dirawat di rumah sakit. "Lagipula teman ku ada di luar, Dad. Kasian dia kalau tidak di suruh masuk."
"Teman? Siapa? Lelaki atau perempuan?"
"Dia perempuan," jawab Kenan. Membuat Grey menatap nyalang ke arahnya. "Namanya Kayla."
"Apa?!" pekik Grey dan Vanessa bersamaan. Bisa-bisanya Kenan membawa seorang gadis ke rumah mereka dan membiarkannya menunggu di luar mansion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Yuni Setyawan
lah gitu jgn sampai ada konflik baru antara kai dan Arthur 🤭
2024-06-28
0
Yuni Setyawan
🥺🥺🥺🥺🥺
2024-06-28
0
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
Kok Q mewek part Arthur ma Kai😭😭😭😭
Q menghayati ceritanya sampai ngis🤧
2024-06-26
1