BAB. 9

"Kamu mau membawaku kemana, Ar?" Alice mengikuti langkah kaki Arthur yang akan membawanya kemana. Yang jelas, mereka berdua keluar dari toilet. "Pelan-pelan! Kaki ku masih sakit!" serunya.

Tentu saja kaki Alice masih terasa nyeri. Di tambah lagi tamu bulanannya. Membuatnya sedikit risih saat berjalanan. Tapi, Arthur dengan seenaknya sendiri malah memperlakukannya sedikit kasar. Alice jadi tidak nyaman.

Arthur berhenti melangkah dan menoleh pada Alice. "Selain lemah, ternyata kamu itu sangat manja! Hanya berjalan seperti ini saja kamu sudah berteriak kesakitan."

Arthur mendekati Alice. Alice mengernyit bingung. "M—mau apa kamu?" tanyanya.

Tanpa basa basi, Arthur langsung membopong Alice, membawa gadis itu ke basement. Sesampainya di basement, Arthur bergegas membuka pintu mobil, mendudukkan Alice di samping kursi pengemudi.

"Harusnya bilang-bilang kalau mau menggendongku," protes Alice dengan bibir mengerucut ke depan.

"Berisik. Kamu itu berat. Jadi jangan bawel!"

Alice tak bisa lagi protes karena gerakan Arthur begitu cepat. Percuma saja Alice memberontak.

Pria itu mencengkram pundaknya sedikit kuat. "Diam di sini dan jadilah wanita penurut!" Arthur hendak menutup pintunya.

"Tunggu, Ar." Alice menyela, memberanikan diri menarik ujung lengan kemeja Arthur. "Bolehkah aku meminta bantuan padamu?"

Arthur mendongak, menatap Alice. Kemudian menghela nafas. "Katakan."

Alice menggigit bibir bawahnya.

"Aku menyuruhmu untuk bicara, bukan menggigit bibirmu," ucap Arthur.

Alice nampak ragu untuk mengatakannya pada Arthur dan takut kalau pria itu menolak permintaannya.

"Katakan, Alice! Aku sangat sibuk hari ini. Jadi jangan membuang-buang waktuku!"

Untuk kali ini, Alice tidak semangat berdebat dengan Arthur. Ia membiarkan pria itu bicara sesuka hatinya.

"Tolong belikan aku roti tawar di minimarket," lirihnya.

Alis Arthur mengerut. "Roti tawar? Kamu lapar?" tanyanya sembari memakaikan sabuk pengaman ke tubuh Alice.

"Bukan... bukan roti tawar yang seperti itu. Aku sedang kedatangan tamu bulanan mendadak dan tidak membawanya," ucap Alice. Wajahnya memerah saking malunya mengatakan itu pada Arthur.

Sebagai seorang pria, tentu Arthur tidak tahu apa-apa. Bahkan kerutannya semakin dalam mencerna ucapan Alice yang membuatnya sedikit pusing.

Apa hubungan antara roti tawar dan tamu bulanan?

__________

Setelah keduanya berdebat panjang lebar. Akhirnya Arthur bersedia mengabulkan permintaan wanita itu.

Ya, dengan berat hati dan mencerna cukup lama, Arthur tahu apa yang dimaksud 'roti tawar' menurut Alice.

Arthur sudah berada di depan minimarket yang tak jauh dari kantor. Ia memarkirkan mobilnya lalu turun. Membiarkan Alice menunggu di dalam sana seorang diri.

"Dasar wanita aneh. Dia yang kedatangan tamu bulanan, aku yang repot," gerutu Arthur. "Bukankah dia bisa membelinya sendiri? Kenapa harus aku?"

Meski sejak tadi mulutnya komat kamit tidak jelas, Arthur tetap saja masuk ke dalam minimarket. Tanpa ragu ia langsung berjalan ke kasir.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang kasir wanita pada Arthur yang terlihat bingung.

"Berikan aku barang yang dibutuhkan wanita saat sedang datang bulan." Arthur menjawab dengan sedikit malu.

 Jujur saja, sebelumnya Arthur belum melakukan hal ini. Dan hari ini adalah pertama kalinya bagi Arthur.

Kasir tersebut tersenyum tipis, untuk sesaat dia hampir terpesona dengan ketampanan Arthur.

"Aku sedang bicara padamu, Nona! Tolong cepat berikan benda itu." Arthur sampai harus mengibaskan tangannya di depan kasir, hingga wanita itu tersadar dari lamunannya.

"Maafkan saya, Tuan." sang kasir tersenyum kikuk. "Anda mau yang ukuran panjang atau pendek?" tanyanya.

"Memang ada ukurannya?" Arthur balik bertanya sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Ya, Tuan. Ada yang panjang dan pendek. Anda bisa memilih sesuai kebutuhan."

Jawaban kasir itu membuat kepala Arthur sedikit pusing. Ia tidak menyangka jika barang tersebut memiliki banyak ukuran. Tahu begini, bukankah Arthur lebih baik mengajak Alice masuk tadi?

"Kalau begitu berikan ukuran panjang." Arthur menjawab asal.

"Untuk pemakaian siang atau malam, Tuan?"

Arthur berdecak kesal. Kenapa hanya sekedar membeli benda sialan itu, membuat kepalanya seakan ingin meledak begini?

Andai saja Arthur tidak tertarik pada Alice sejak awal. Mungkin, ia memilih untuk meninggalkan wanita itu sendirian di jalanan.

"Berikan untuk pemakaian malam!"

"Yang ada sayapnya atau yang biasa, Tuan?"

"Hah? Sayap?" tanyanya dan kasir itu mengangguk.

Arthur benar-benar terlihat seperti orang bodoh sekarang. Ia sedang membayangkan jika benda itu memiliki sayap di sisi kanan dan kirinya.

Lihat saja wajah linglung nya saat ini.

"Apa yang kamu maksud dengan sayap itu, bisa terbang seperti ini?"Arthur menggerakkan kedua tangannya dan memperagakan gerakan seekor burung yang sedang terbang.

"Ini contohnya, Tuan. Silahkan anda lihat," jawab kasir itu tak tega melihat kebingungan Arthur.

Arthur berdecak. "Kenapa tidak mengatakannya sejak tadi!" katanya, menyambar benda itu dari tangan kasir dan mulai mengamatinya.

Mata Arthur membelalak. Ia meremas benda yang ada di tangannya itu. "Oh shit! Kamu benar-benar sudah menjatuhkan harga diriku, Alice! Hilang sudah image ku kalau ada yang tahu aku membeli benda aneh milik wanita ini," gumamnya dengan rahang mengeras.

"Apa anda membeli ini untuk kekasih anda, Tuan. Wah, ternyata anda sangat romantis dan perhatian."

"Kamu sok tahu!" Arthur mengambil beberapa barang yang sudah kasir itu masukan ke dalam kantong plastik.

Arthur memutuskan untuk membeli semua ukuran agar Alice bisa memilihnya sendiri nanti.

"Tentu saja saya tahu, Tuan. Anda terlihat seperti pria yang masih belum menikah."

Arthur menyambar black card miliknya. "Aku membeli ini untuk diriku sendiri, karena aku sedang datang bulan!" ketus Arthur sembari melangkah keluar dari sana.

Ucapannya sontak membuat kasir itu diam mematung, mencerna ucapan Arthur.

"Apa jangan-jangan dia pria jadi-jadian?" bisik-bisik mulai terdengar.

Pembicaraan Arthur dan kasir wanita itu tak luput dari tatapan para pengunjung minimarket yang lain. Mereka menatap Arthur dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu, hah?" bentak Arthur. "Mau melihatku memakai benda ini?"

Mereka menggeleng dan langsung kabur karena takut dengan tatapan dingin seorang Arthur.

Terpopuler

Comments

4U2C

4U2C

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 sakit perut aku arthur..

2024-07-01

2

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

Beliin semua jenis nya Thur 🤣🤣🤣🤣

2024-06-26

0

jaran goyang

jaran goyang

мѕιк ιgт🤣

2024-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!