Cukup lama berpura-pura tidur, Arthur membuka matanya dan menoleh ke samping. Dimana Kaisar sudah masuk ke alam mimpi dan tertidur dengan begitu lelapnya.
Arthur menyingkirkan tangan Kaisar yang sejak tadi berada di punggungnya lalu turun dari atas tempat tidur.
"Maafkan aku, Kai. Sepertinya aku memang harus pergi dari kehidupan kalian. Aku harap kamu akan lebih bahagia setelah kepergianku."
Arthur beranjak dari sana, keluar menuju kamar pribadinya. Arthur terpaksa melakukan ini karena tidak mau lagi ada kesalahpahaman lagi diantara mereka.
Arthur cukup tahu diri dengan posisinya di keluarga itu. Merebut semua perhatian kedua orang tua Kaisar bukankan itu sangat memalukan?
Arthur menyambar ponselnya yang ada di atas tempat tidur, menghubungi seseorang. "Jemput aku, sekarang!" titahnya.
Pria yang berada di seberang sana melotot tajam. "Kamu gila, hah? Ini hampir pukul dua pagi. Dan aku baru saja tidur," kesal Erick. Arthur memang menyebalkan, selalu memintanya melakukan sesuatu dengan mendadak.
"Kamu pikir aku peduli?" kata Arthur dengan raut wajah dingin. "Jangan bilang kalau kamu sedang bersama salah satu kekasihmu yang mata duitan itu?"
Erick terdiam. Arthur selalu bisa menebak apa yang sedang dia lakukan. Rencana liburan Erick harus tertunda karena kekasihnya yang lain minta di temani.
"Untung saja dia itu sahabatku, kalau bukan aku sudah melemparnya ke dasar jurang!" batin Erick sembari menggerayangi tubuh seorang wanita yang ada di bawah kungkungannya.
"Kenapa wajahmu ditekuk begitu? Apa ada masalah?" tanya wanita itu pada Erick. Mengusap rahangnya kemudian turun ke dada dan perut berotot milik Erick.
Erick bangkit, menyambar pakaian yang tercecer di lantai kemudian memakainya. "Aku harus pergi. Lain kali kita lanjutkan lagi," ucapnya.
Wanita itu nampak kecewa dengan keputusan Erick yang meninggalkannya saat dia sedang ingin bersama sang playboy itu.
"Sabar, Sheila. Sedikit lagi, Erick akan segera menjadi milikmu seutuhnya. Hanya tinggal menunggu Erick siap menyiram benihnya," lirihnya menatap kepergian Edrick yang mulai menghilang di balik pintu.
Ya, mereka baru melakukan pemanasan. Erick belum sempat melakukan penyatuan karena Arthur meneleponnya.
___________
Sementara di luar mansion milik keluarga Arthur, seorang gadis belia sedang duduk dan merunduk dengan wajah kesal.
Ya, gadis itu adalah Kayla. Murid Kaisar sekaligus teman sekelas Kenan.
Kayla tidak tahu jika mansion yang sedang ia kunjungi sekarang adalah milik gurunya. Yang Kayla tahu, ia hanya mengikuti Kenan.
"Astaga, Kenan! Dia benar-benar sinting! Apa dia sengaja mengerjai aku? Membiarkan aku menunggu di sini seperti rang bodoh?!" Kayla menggaruk kasar kaki dan tangannya yang mulai memerah karena gigitan nyamuk.
Dengan bodohnya, Kayla menurut saja saat Kenan memintanya untuk menunggu. Kalau bukan karena kepepet, Kayla tidak akan pernah ikut bersama Kenan.
Hingga tatapan gadis itu tertuju pada seorang pria yang baru saja keluar dari gerbang utama. Pria dengan wajah tampan itu melewati Kayla begitu saja tanpa menoleh sama sekali ke arahnya.
"Siapa dia? Apa dia malaikat yang jatuh dari khayangan?" Kayla bergumam dengan kedua mata berbinar, lagi-lagi pesona Arthur berhasil membuat Kayla kepincut. "Tunggu, kenapa wajahnya nggak asing? Dia mirip sekali dengan Kenan..."
Kayla dibuat tak berkedip ketika Arthur menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jarinya. Semakin bertambah dua kali lipat ketampanan Arthur.
Merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya, Arthur menoleh ke belakang. Namun, ia tidak menemukan siapapun. Kayla bersembunyi sebelum pria itu melihatnya.
Arthur tersenyum tipis. "Apa yang gadis itu lakukan malam-malam begini?" Arthur tahu keberadaan Kayla dan berpura-pura seakan gadis itu tak nampak di matanya. "Gadis zaman sekarang benar-benar tidak tahu aturan. Apa gunanya keluyuran tengah malam?"
"Lupakan saja, Ar. Karena itu bukan urusanmu!" Arthur melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
Hingga tak lama, mobil sport berwana hitam berhenti tepat di depan Arthur.
"Lima belas menit dua puluh detik! Apa kamu sengaja membuatku mati kedinginan karena menunggumu yang lelet seperti siput?!"
Erick memperhatikan penampilan Arthur dari atas kebawah. Ia kemudian berdecak. "Bagaimana tidak mati kedinginan kalau pakaianmu saja persis seperti bos kaya yang akan pergi berlibur ke pantai. Lain kali jangan memakai kaos tipis dan celana pendek. Mirip gembel."
Arthur melotot. "Apa kamu bilang? Gembel?"
Erick nyengir. "Sorry, Ar. Semua juga salahmu. Memanggilku di jam kunti," protesnya.
Arthur bergegas masuk ke dalam mobil. Beruntung dia tidak membawa koper atau barang-barangnya yang lain, kecuali ponsel dan dompet miliknya. Dimana di dalamnya berisi data penting juga kartu kredit.
"Kita pergi sekarang?"
"Ya, tentu sekarang," jawab Arthur, melirik Erick. Tatapannya beralih pada leher dan dada bidang sahabatnya itu. Dimana banyak tanda kepemilikan yang terukir disana. "Berhentilah bermain wanita kalau kamu tidak mau terkena karma."
"Untuk sekarang, aku belum bisa melakukannya. Kamu tahu 'kan aku tidak bisa berhenti bercinta dengan wanita meski untuk sehari saja?" Erick malah balik memberi pertanyaan pada Arthur, yang jelas-jelas Arthur memang tahu jawabannya.
"Terserah. Lakukan saja sesukamu. Tapi ingat, suatu saat nanti carilah wanita yang benar-benar tulus mencintaimu."
Erick tersenyum kecut dan menggeleng. "Tidak ada wanita seperti itu di dunia ini, Ar. Jika ada mereka hanya mengincar hartaku saja." sampai kapanpun, Erick akan tetap pada prinsipnya, mengencani banyak wanita dan tidak akan pernah menikah.
"Kamu sudah menyiapkan tempat untukku?"
"Hmm. Tidak jauh dari kantor. Mangkanya itu aku sedikit terlambat. Aku harus menghubungi orang kepercayaanku dulu."
"Baguslah." Arthur menatap ke luar jendela. Erick bisa melihat kalau sahabatnya itu sedang banyak pikiran.
Erick mengurungkan niatnya untuk bertanya dan membiarkan Arthur larut dalam lamunannya.
"Apa kamu tahu, semenjak bertemu wanita itu, kamu sedikit berubah." Erick bersuara, membuka keheningan di antara mereka.
"Maksudmu?"
"Alice," sahut Erick. "Raut wajahmu yang biasanya suram dan menyeramkan terlihat cerah dari biasanya." Erick sembari terkekeh mengatakan itu.
"Akan lebih suram lagi jika aku terus mendengar mu mengoceh tidak jelas!" seru Arthur.
Erick langsung diam. Bicara dengan Arthur membuatnya selalu terpojokkan. Kenapa bisa ada lelaki bermulut tajam mirip wanita?
"Hentikan mobilnya!" Arthur menepuk pundak Erick.
"Ada apalagi? Kamu ingin buang air?" tanyanya, mengikuti kemana arah pandang Arthur tertuju. Dahi Erick mengerut. "Alice? bukankah itu Alice, sekertaris barumu? Apa yang dia lakukan malam-malam begini di pinggir jalan? Dengan koper besar pula. Jangan-jangan dia jadi gembel juga seperti mu, Ar."
Arthur tak menghiraukan ucapan Erick. Dia cepat-cepat turun dari mobil untuk menghampiri Alice.
"Lihatlah, setelah bertemu wanita itu, dia mengabaikan aku. Mungkin ceo dingin itu sebentar lagi akan terkena demam bucin," gumamnya sambil memukul stir mobil meluapkan kekesalannya pada Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Wayan Sucani
Vanessa yg bodoh... masakan kesukaan anak dilupakan...
Harusnya masak 3 menu... utk 3 anak...
ini memicu pertengkaran
2025-03-06
0
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
Disaat udah baikan malah Arthur memilih pergi,,,, 😑😑😑
Gk sabar nunngu next up,,, liat Kai ketemu Kay wkwkwk
Secangkir kopi biar dirimu Melek ka Meyyy🤣🤣🤣💜💜💜💜
2024-06-26
1
bungkook
lagi makk kurang lanjut 🙈🙈🙈
2024-06-26
1