BAB. 15

"Dia benar-benar kejam. Mengusirku malam-malam begini hanya karena aku terlambat membayar uang sewa selama tiga bulan." Alice menggerutu sembari menjejakkan kakinya berulang kali.

Sedangkan di tangan kanannya, Alice menyeret koper besar.

Entah saat ini Alice akan pergi kemana. Tidak mungkin Alice kembali ke panti asuhan saat ibu panti berada di rumah sakit. Mau ditaruh mana wajahnya.

Alice merogoh ponselnya dan memutuskan untuk menghubungi sang adik. Namun, sayangnya Kayla sama sekali tidak bisa dihubungi.

"Beginilah kalau punya adik tidak tahu aturan, kakaknya sedang membutuhkan bantuan tapi dia sama sekali tidak terlihat!"

Alice terus memegangi perutnya yang terasa kram dan sakit. Membuat sosok pria yang sejak tadi memperhatikannya menjadi semakin tidak tega.

Karena ulahnya, Alice menjadi seperti ini. Jika tadi Arthur tidak meninggalkan Alice sendirian di rumah kontrakan kumuhnya itu, mungkin saja Alice masih baik-baik saja dan masih tidur di ranjang empuk miliknya.

"Aku harus kemana sekarang..." lirihnya, hingga tiba-tiba Alice merasa tubuhnya melayang ke udara. Ia menoleh dan terkejut melihat dirinya sudah berada di gendongan Arthur.

"Arthur! Apa yang kamu lakukan?! Turunkan aku!" pekik Alice. Meminta Arthur untuk segera menurunkannya.

Ini kedua kalinya Arthur membopongnya tanpa izin dari wanita itu.

"Diam lah! Atau akau akan melempar mu ke tengah jalan," ancam Arthur menatap lurus ke depan. "Jangan lupa, kamu juga sudah setuju menjadi wanitaku." seringai tipis terukir dari bibir Arthur dan Alice bisa melihat itu. Terlihat sangat menyebalkan baginya.

"Kamu gila? Kapan aku setuju menjadi wanitamu," ketus Alice.

"Lupa kejadian siang tadi?" Arthur menaik turunkan alisnya, sengaja menggoda Alice sekaligus mengingatkan wanita itu apa yang terjadi di minimarket.

Pipi Alice merona. Merea berciuman di sana. Alice bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana ia membalas perlakukan Arthur.

"Kamu pasti bermimpi," ucap Alice menunduk malu.

"Tapi dalam mimpiku kamu setuju menjadi wanitaku," sahut Arthur, bicara dengan wajah tanpa dosa.

Alice menelan saliva nya dengan susah payah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari bibir Arthur.

"Mampus aku! Arthur tidak berniat menjadikan aku pemuas nafsunya 'kan?" gumam Alice namun hanya dalam hati. Alice terpaksa mengikuti kemauan Arthur karena memberontak sekalipun sepertinya akan percuma.

Arthur membawa Alice masuk ke dalam mobil. Mendudukkan wanita itu di samping Erick yang melihat mereka berdua bergantian dengan wajah melongo.

"Kenapa kamu membawanya masuk? Lalu kamu akan duduk dimana, Ar?" Erick berbisik lirih. Takut kalau Alice mendengarnya.

Arthur mengernyit. "Duduk dimana? Tentu saja aku akan duduk di kursi kemudi."

"Bagaimana denganku? Aku tidak mungkin duduk diantara kalian bukan? Apalagi mobil milikku ini hanya sanggup menampung dua orang saja." Erick nampak frustasi.

Arthur menarik lengan Erick dan memintanya untuk keluar, lalu memberikan koper milik Alice pada sahabatnya itu. "Bawa koper ini ke apartemen yang sudah kamu pesan untukku. Ingat, jangan terlambat!"

"What?!" Erick memekik. "Jadi kamu berniat menyuruhku berjalan kaki sambil menyeret koper sialan ini?" tanyanya.

"Anggap saja itu sebagai hukuman karena kamu datang terlambat saat menjemput ku tadi," ucapnya dingin, kemudian masuk ke dalam mobil. Menutup pintunya dan meninggalkan Erick sendirian.

Erick melongo melihat mobil kesayangannya melaju begitu saja meninggalkan dirinya. "Sahabat lucnut!" umpatnya dengan tangan terkepal. "Lihat saja, aku akan membalas kalian nanti!"

"Argh! Apes sekali aku malam ini." Erick mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

___________

Sementara itu, di dalam mobil Alice dan Arthur sama-sama diam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Suasana di dalam mobil terasa hening.

"Mau membawaku kemana? Aku harus segera pulang."

"Dengan koper sebesar itu? Mau pulang kemana?" celetuk Arthur membalikkan pertanyaan Alice. "Atau jangan-jangan kamu di usir dari tempat tinggal mu?"

"Tidak ada hubungannya dengan mu," balas Alice membuang muka ke arah lain.

Arthur berdecak kesal. Lagi-lagi wanita yang ada di sampingnya ini sok jual mahal. Menganggap kalau Arthur hanyalah pengganggu yang tidak penting untuknya.

"Tentu saja ada. Kamu wanitaku. Aku tidak akan membiarkan kamu tidur di jalanan. Bukankah lebih baik kamu tidur bersamaku di ranjang yang sama?" Arthur melirik Alice yang saat ini juga sedang meliriknya dengan tatapan kesal.

Jika mereka tidur bersama bukankah itu hal paling gila yang akan Alice lakukan pada pria yang baru ia temui beberapa hari lalu? Meski mereka sepupu jauh, tidak sepantasnya Arthur menginginkan dirinya seperti ini.

"Satu lagi, jangan pernah berpikir untuk kabur dariku. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan mu," ancam Arthur berhasil membuat Alice tercengang.

"Untuk apa aku berniat kabur darimu, kurang kerjaan sekali," sahut Alice tak kalah kesal pada Arthur. Pria itu selalu memiliki pikiran buruk padanya.

Jangankan memikirkan untuk kabur dari Arthur, sekarang saja Alice sedang kesulitan tempat tinggal. "Apa dia tidak tahu kalau aku baru saja di usir dari rumah kontrakan karena telat membayar sewa? Dan semua karena ulah Zack, membawa kabur uang tabunganku untuk bersenang-senang bersama dengan Viona," gumamnya dalam hati.

Alice masih mengingat dengan jelas bagaimana mereka berdua bercinta dengan begitu panas di depan matanya. Dadanya kembali sesak.

"Tuduhan mu tidak beralasan, Ar!"

"Siapa bilang? Aku justru—"

"Sudahlah. Aku sedang malas berdebat denganmu." Alice menghela nafas kasar. Masalahnya saja belum selesai, muncul kembali masalah baru yang membuatnya harus berhubungan dengan Arthur dengan status wanita simpanannya. Menggelikan sekali, pikir Alice.

"Turun!" titah Arthur.

"Kenapa membawaku kemari?" tanya Alice, menatap bangunan mewah yang ada di hadapannya itu.

"Berhentilah bertanya dan cepatlah turun! Atau kamu mau aku menyeret mu, begitu?" ucap Arthur.

Alice menggeleng cepat. Bukannya turun, wanita itu malah masih diam di tempat tanpa mengatakan apapun.

"Benar-benar merepotkan!" Arthur mendekat pada Alice. Membuat wanita itu sedikit gugup.

"Kamu mau apa?"Alice mendorong pundak Arthur. Menahannya agar pria itu tak lagi mencuri ciumannya.

Pria itu tersenyum tipis sembari melepaskan sabuk pengaman milik Alice. "Mikir apa, hum?" Arthur menatap Alice begitupun juga dengan wanita itu.

Jantung Alice berdebar tak karuan. Ia menahan nafasnya yang tiba-tiba sesak saat berdekatan seperti ini dengan Arthur.

"Tahan, Al! Jangan sampai kamu tergoda dengan pria tampan dan pemaksa ini..." batinnya.

____________

Meninggalkan mereka berdua yang sibuk berdebat, kita kembali pada Erick yang terlihat kebingungan. Langkahnya terhenti saat ponsel miliknya bergetar, ada panggilan untuknya.

"Sheila? Ada apalagi dengannya. Bukankah aku sudah mengatakan padanya akan menemuinya besok?" Erick memilih mengabaikan Sheila yang menurutnya tidak penting.

Wanita itu selalu mengganggunya disaat yang tidak tepat. Benar-benar membuat Erick muak. Tetapi, jika tidak menjawabnya, Sheila akan terus meneror Erick.

"Argh, sial!" Erick berteriak di pinggir jalanan sepi. Mengumpat Sheila. "Dasar wanita merepotkan!" geramnya, terpaksa menerima panggilan dari wanita itu.

"Sayang..."

"Sudah kukatakan bukan, aku ada urusan mendadak yang tidak bisa aku tinggalkan dan—" belum selesai Erick bicara, dari seberang sana, Erick mendengar suara teriakan Sheila.

"Sayang, cepatlah kemari. Mantan kekasihku datang dan mengancam ingin menyakitiku," pinta Sheila dengan isak tangis pilu.

Erick bingung, harus mengantar koper milik Alice atau menemui kekasihnya yang ke dua puluh itu lebih dulu.

"Erick, aku sedang membutuhkan bantuanmu. Kenapa diam saja!" pekik Sheila. "Atau kamu mau aku mendatangi kedua orang tua mu dan mengatakan kalau kita pernah menghabiskan malam panas bersama?"

"Iya, iya. Aku kesana sekarang!" Erick memutuskan sambungannya begitu saja dan berbalik arah menuju ke apartemen milik Sheila. Untuk urusan koper Alice, akan dia pikirkan nanti.

Terpopuler

Comments

Yuni Setyawan

Yuni Setyawan

y elah kasian Erick,bner² sibos itu gak punya hati

2024-06-28

0

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

Dasar Arthur gk tau terimakasih,,,
kn bisa saja Alice duduk di pangkuannya 🙈🙈🙈

2024-06-27

1

jaran goyang

jaran goyang

мѕιк ιgт

2024-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!