Sesampainya dirumah ku langkahkan kaki memasuki rumah dan tak lupa mengucapkan salam bersama putriku.
"Assalamu'alaikum, ucap diriku dan Lili
" Wa'alaikumssalam " jawab suamiku masih setia di depan televisi sambil menoleh kearah kami,
"eh anak gadis ayah sudah pulang rupanya sini sama ayah nak,
" iya yah, jawab Lili sambil berjalan kearah ayahnya
Setelah Lili duduk bersama ayahnya, aku pergi kedapur membawa cilok yang tadi ku beli untuk aku sajikan kepada Lili dan kak Anto.
Kemudian aku bawa ke ruang televisi dimana putri dan ayahnya berada,
"Lili ini ciloknya nak, yang tidak pedas sini ibu suapin nak atau Lili mau makan sendiri ya, kalau yang ini untuk ayah agak pedes.
" Loh kamu beli jajan dek, kata suamiku
"iya kak, jawabku
" Lili nggak mau dicuapin bu, lili mau makan sendiri saja, kan lili sudah besal bu, harus mandiyi tan besok kalau punya adek bica bantu ibu di yumah hihi(sambil tertawa)
Diriku tersenyum mendengar perkataan lili
" Ouw iya ibu lupa, kalau anak ibu ini sudah besar rupanya. iya dimakan ya nak di habiskan,
"Lili cudah kenyang bu, kata lili
Kemudian aku melihat wadah anakku ternyata masih ada, bukan banyak sih, tapi masih sisa sedikit ciloknya,
" Lili itu masih ada loh ciloknya dihabiskan ya nak, kan sudah sering ibu bilang kalau kita nggak boleh membuang makanan namanya apa nak? tanyaku kepada lili
"mm apa ya namanya, jir apa ya
Ouw iya bu mubazir, iya deh lili habiskan
" Nah itu baru anak soleha, anak pinter jawabku sambil tersenyum.
Sesudah menghabiskan makanannya Lili pun mulai menguap dan kemudian tidur, kemudian aku pindahkan lili dari ruang tamu kekamar kami,dan baru menghampiri suamiku.
"ini kamu beli berapa dek, jangan sering sering ya beli kayak gini dek bikin boros!
Enak besok kamu bikin sendiri lebih banyak dan mengenyangkan dan juga terjaga kebersihannya,
Ini kan kita tidak tahu kebersihannya apalagi mamang pakai motor itu, nanti kalau dia kebelet pipis gimana, sudah pipis basuh pakai air atau tidaknya kan kita tidak tau dek, terang suamiku
Mendengar itu diriku hanya tersenyum kecut saja, sambil berkata dalam hati : ya dia tidak tahu bikin sendiri itu butuh modal yang lumayan bos, belum beli ayamnya, belum bumbunya riweh dah, dia mah enak cuma ngomong doank, ya memang kalau soal kebersihan dan bahan yang bagus bisa kita atur lah tapikan harus sesuai wah dana juga.
Dari pada ribut ya aku jawab saja.
" iya kak, besok kalau kita sudah ada rejekinya lebih enak bikin sendiri,
"Nah gitu donk, coba deh ibu bayangin ini kita berempat kali saja lima ribu sudah dua puluh ribu itu baru sekali beli, nah kalau dalam seminggu kita beli tiga kali sudah berapa apalagi dalam sebulan kan lumayan duitnya bisa untuk yang lain. Bisa untuk beli lauk makan, apalagi harga karet belum naik naik, tambah pening saja bayanginnya.
" Ini juga belinya tidak tiap hari kok yah, cuma sesekali saja, ini pun beli karena Lili yang pengen beli, sudah lama dia tidak makan jajanan kayak gini,
"Alesan saja kamu bu, kan bisa dibujuk anaknya biar tidak beli, dialihkan perhatiannya itu saja masak nggak bisa sih.
" Yang beli tadi banyak yah, teman seusia Lili pada makan, masak anakku hanya lihat orang makan dia tidak, ya Lili pengen juga la yah
ini kan sesekali, masak nggak boleh, nanti anaknya nangis kan kasihan yah,
" Terserah kamulah aku cuma mengingatkan besok besok nggak usah lagi, alihkan perhatiannya, biar kamu jangan boros beli yang nggak berguna
"iya yah (panggilan diriku kepada suami apabila ada putriku), yah oh yah
" apa lagi sih bu, menjawab panggilan ku dengan sedikit malas
Sebenarnya diriku malas mau berbicara ini, cuma tidak diomongin ini penting kena marah nggak apa apalah urusan nanti daripada nggak sama sekali, diriku berbicara sambil ragu ragu.
" Mmm yah oh yah, Mmm kita nimbang karet(menjual karet) kapan yah? tanyaku
"Memangnya kenapa?
" Mmm keperluan lili sudah mulai menipis yah dari pempers, bedak, minyak telon, segala macam sabun juga yah, belum lagi beras sama minyak sayur sudah tinggal dikit,
"Kok bisa tinggal dikit, kemarin nimbang tripan sudah dibeli semua masak iya tinggal sedikit,
Sedikit menjelaskan arti tripan disini adalah dua minggu sekali baru menjual hasil menyadap karet, karet yang dijual biasanya di masyarakat ada dua macam yang pertama getah lum artinya karet yang didalam wadah dikumpulkan langsung dijual ke pengepul atau penampung karet.
Yang kedua yaitu getah cetak, artinya getah yang di cetak dalam wadah kemudian baru dijual.
" Ya tinggal dikit yah, kalau nggak percaya boleh ayah lihat kebelakang, lagian kayak mana nggak cepet habis sabun cuci baju, sabun cuci piring kan mbak yani(ibu si kembar reva revi) juga sering pakai punya kita, terus kalau beras sama minyak dan yang lainnya mbak ijah( mbak pertama) kadang ngambil kerumah kalau dirumahnya nggak ada, jawabku
Mbak Yani anak kedua anaknya empat perempuan semua yang dua terakhir kembar bernama Reva dan Revi, rumahnya selangkah dari rumahku gimana nggak selangkah buka pintu melangkah satu kali sudah sampai rumahku. Anaknya banyak dan selalu ngerusuhi dirumahku
Kalau mbak Ijah anak pertama mertuaku, dia mempunyai satu anak dan sudah menikah tapi itu malasnya minta ampyun, sama dengan suaminya pekerjaannya hanya mancing tiap hari, jadi kalau nggak ad apa apa pasti lari kerumah, tapi itu sakitnya kalau ambil barang dirumah tidak pernah bilang.Seolah olah diriku tidak ada padahal aku ada di rumah.Kadang mau ngelarang tapi mertuaku selalu ikut campur dan malah marah kepadaku.
" Masak iya, kamu ini alesan saja, lagian mbak mbak ku juga ngambilnya kan tidak banyak cuma sedikit itupun cuma sesekali, kamu jangan asal nuduh saudaraku ya,
Baru saudaraku minta sedikit saja kamu sudah protes, sedangkan aku yang kerja
Aku nggak masalah kalau mbak mbak ku minta sedikit di tempat kita, namanya berbagi apalagi anak mbk yani banyak, kalau mbak Ijah hidupnya juga susah jadi wajarlah kalau kita ngasih ke mereka.
"iya kamu nggak masalah tapi aku sebagai isteri kamu merasa nggak dihargai yah, apa mereka nggak malu, mending yah kalau mintanya itu sesekali ini hampir tiap hari yah, aku saja kadang hemat hemat menggunakannya memikirkan bagaimana supaya kebutuhan rumah tangga kita terpenuhi dan tercukupi, jawabku kepada suamiku
" Halah kamu terlalu banyak omong, kamu berbicara seperti itu supaya aku membenci saudaraku kan, itu takkan terjadi karena aku tau sifat saudaraku nggak mungkin mereka mau menyulitkan adiknya,
"Terserah kamu lah kak mau bicara apa, yang jelas aku ngomong sesuai dengan kenyataan nggak mengada-ngada,itu faktanya!
Kamu tau kan Yah penghasilan kamu berapa dengan perekonomian yang kayak gini semua serba naik, apa apa mahal jadi aku itu juga berpikir bagaimana dengan penghasilan kamu segitu bisa cukup keluarga kita, ini belum Liliana bersekolah, coba kalau sudah sekolah ntah cukup apa tidak jika saudaramu itu terus seperti itu, menjawab dengan nada sedikit tinggi dan menekan.
"Terserah kamulah mau ngomong apa yang jelas aku tidak terpengaruh tentang kamu menjelekkan saudara saudara ku,
" Kamu yah, beli jajan untuk anaknya saja perhitungan tapi untuk saudaramu kamu selalu memberi, apalagi kalau Reva Revi minta jajan pasti kamu kasih, paman minta duit untuk jajan langsung kamu kasih, kalau aku dan anakmu nanti dulu ngomel dulu marah dulu, itupun dak langsung kamu kasih, besok besoknya baru kamu kasih. Sebenarnya dibilang iri dengan sikapmu terhadap aku dan saudaramu memang iri yah.
Kamu berbeda memperlakukan kami, kamu lebih sayang kepada saudara dan ponakanmu daripada aku yang isteri dan ada anakmu yang butuh perhatianmu.
"Pertanyaan seperti tidak perlu ayah jawab seharusnya kamu sudah tau jawabannya apa, tentulah aku sayang sama istri dan anakku, kamu saja yang terlalu menyikapinya berlebihan.
" Aku berlebihan yah(sambil menunjuk kearahku sendiri) kalau kamu nggak mau aku berpikir berlebihan seharusnya kamu berubah yah sikapmu yang menunjukkan kalau kamu membela saudaramu,
"Sudahlah aku malas berdebat sama kamu, bikin pusing saja kepala lagi pening malah tambah pening denger ocehanmu yang tidak bermutu itu.
Mendengar penjelasan suamiku seperti itu aku diam saja sambil menahan tangis, kemudian aku masuk kekamar dan dikamar aku menangis sambil meratapi nasib kenapa hidupku seperti ini, tapi tangisanku, ku redam dengan bantal agar suaranya tidak terdengar sampai keluar dan mengingat ada liliana yang tidur dengan nyenyak.
Ku pandangi wajah putriku yang manis sebenarnya aku sudah tidak tahan di dalam rumah tangga ini, tapi jika melihat putri kecilku aku tidak tega, kedepannya aku memikirkan nanti gimana kalau aku pisah dengan suami kalau anakku bertanya ayahnya gimana diriku menjawabnya,
Hai readers
Mohon dukungannya dengan cara like dan komen biar author tambah semangat nulisnya,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments