Hari itu menjadi hari yang tidak enak untuk menikmati suasana di desa. Tuduhan terkuat telah tersebar bahwa salah satu diantara mereka adalah orang yang masuk hutan. Garvin dan
teman-temannya tetap akan menyelsaikan tanggungjawabnya di desa, walau masyarakat desa sebagian tidak menyukai mereka lagi. Tatapan sinis selalu diberikan oleh warga pada mereka, dan mereka sama sekali tidak mau membalas.
“Makanya nak, jangan buat gaduh di desa ini. Sudah tahu dilarang malah membangkang," ucap salah satu ibu yang penampilannya cukup mewah.
Bisa dikatakan ibu itu adalah orang kaya di desa.
“Eh bu. Kami bukan buat gaduh dan membangkang yah! Kami di sini buat kerja program kuliah kami! sentak Valerie tiba-tiba muncul saat teman-temannya tengah mengecek tanaman hidroponik.
“Alasan. Buktinya para warga di sini sudah banyak bicarain kalian, apalagi kalau bukan kalian itu buat gaduh dan pembangkang,” ucapnya lagi dengan nada pedas.
“Dasar yah. Mending ibu balik lagi ke rumah. Sudah tua, gosipin yang gak benar. Dari tampilan ibu seperti orang kaya, namun kekayaan ibu tak sebanding dengan kami. Bilang ajah ibu juga sirik dengan kami bukan? Karena kami bisa bantu warga untuk menyejahterakan secara ekonomi, bukan ibu yang hanya rintenir jahat menguras harta warga di sini. Dasar nenek lampir!” umpat Valerie berkacak pinggang, nafasnya memburu mengucapkan kalimat panjang itu pada nenek lampir yang menguras harta warga.
“Apa kamu bilang? Dasar tidak tahu sopan santun!” hendak menampar namun langsung dicegat oleh Valerie sendiri.
“Apa ah? Anda pikir saya takut. Oh tidak. Prinsip saya kalau ada orang yang mengusik saya dalam kejahatan, maka saya akan lebih jahat dari dia,” ucap Valerie mengintimidasi, mencengkram tangan ibu itu dengan kuat.
“Aw, lepaskan!” menghempaskan tangan Valerie, lalu memegang pergelangan tangannya yang kelihatan merah.
Tidak jauh dari mereka, Garvin dan teman lainnya melihat keributan mereka. “Ini ada apa yah?" tanya Greisy.
“Ih, temannya datang. Kalian memang manusia yang tidak tahu diri,” ujar ibu itu kemudian pergi meninggalkan mereka. “Lo kenapa Val?" tanya Jois.
“Membalas manusia seperti dia tadi. Ahk, panjang ceritanya, lebih baik kita pulang yok,” ajak Valerie pada Jois.
Dua hari berturut-turut berita itu semakin menyebar, dan itu mengubah pandangan masyrakat desa menjadi negatif dengan mereka. Garvin dan teman-temannya sangat mengkhawatirkan hal ini jika akhirnya bermasalah dengan masyarkat desa apalagi jika kabar ini sampai pada dosen mereka. Greisy sudah sangat ketar-ketir untuk menghadapi masalah yang tentunya mengarah pada dirinya sendiri.
Salah satu caranya saat ini adalah dengan mendatangi Ashton agar memberi penjelasan pada warga. Artinya, Greisy mengajak Ashton untuk memberitahukan pada warga desa Khaitawan bahwasanya hutan terlarang seperti yang disebutkan mereka adalah salah. Buktinya Greisy dan Ashton. Mereka telah memasuki hutan, namun mereka selamat dalam keadaan utuh. Jadilah, malam ini Greisy tengah berada di gerbang hutan. Tanpa ragu lagi, Greisy bermodalkan senter masuk ke hutan.
Awal seperti biasa, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ia tetap melangkahkan kakinya memasuki hutan.
Ashton yang masih tidur dalam alam mimpinya, langsung seketika bangun setelah mencium aroma yang tidak asing lagi bagi dirinya.
“Ck, dia masuk lagi. Dasar! ucapnya berdesal kesal namun seketika mengulum senyum. Hatinya seakan menerima kedatangan wanita yang membuat berbunga-bunga. Seketika Ashton melejit meninggalkan mansion, tujuannya agar cepat menemukan Greisy sebelum manusia serigala lainnya menemukan.
“Ashton! Pria pucat, yuhuuu! panggilnya dengan nada kuat dan menggoda.
“Ish, mana tuh anak dari tadi dipanggilin gak ada sahutan. Eh, pria pucat lo di mana? Gue datang nih, ada yang mau gue tanya sama lo,” sungutnya kesal, seraya pandangannya masih setia dengan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. “Aku ada di sini,” balasnya.
Greisy membalikkan diri, melihat pria yang dicarinya duduk membelakangi juga.
“Ish, lo itu yah, buat gue takut,” kesalnya lalu mendaratkan bokongnya duduk di samping Ashton.
“Ngapain kamu datang lagi ke sini? Kamu gak bosan yah datang terus ke sini? Aku bahkan sangat melarangmu datang lagi,” ujar Ashton dengan mata tajamnya.
“Aku datang ke sini, untuk minta bantuan darimu. Aku ingin kamu ikut aku ke hutan, untuk jelasin bahwa pandangan masyarakat desa selama ini tentang hutan ini adalah salah. Untuk itu, kamu harus ikut aku agar-"
“Aku tidak bisa,” potong Ashton tegas.
“Kenapa? Kamu harus ikutlah. Ayo kita jelasin ke warga, agar kesalahapahaman in iberakhir,” ajak Greisy lagi.
Ashton menghela nafas. Ia pasti tahu maksud warga yang memang tidak mau memasuki hutan. Greisy yang sama sekali tidak mengetahui fakta sebenarnya hanya melakukan yang menurutnya benar, namun sebenarnya itua adalah kesalahan besar.
“Kenapa kamu maksa? Apa ada kesalahan besar yang kau perbuat? Hingga harus datang ke sini meminta bantuanku,” ucapnya dingin dan menyelidik.
Greisy malah salah tingkah, pintar sekali Ashton menebak dirinya telah melakukan kesalahan. Dari ajakan itu, Ashton sudah dapat merasakan ada yang tidak beres dari Greisy.
“Aduh gimana yah, jelasinnya. Aku bingung,” tuturnya sedikit tersenyum dengan raut wajah bingung.
“Langsung saja ke intinya,” timpal Ashton penasaran.
“Ish, gak sabaran banget sih. Ya udah nih, gue tuh lagi bermasalah di desa. Kedua kali aku datang ke hutan ini, ada seseorang pria paru baya yang melihatku datang ke arah sini. Jadi itu menjadi bahasan di desa, dan jujur aku takut terbongkar," jelasnya lirih dan gugup.
"Dasar bodoh, wanita ceroboh. Sudah kedapatan malah datang lagi. Kau taruh mana otakmu,”ujar Ashton menyentil kening Greisy.
"Aw," pekiknya, “sakit pria pucat,” mengelus keningnya.
Ashton merasa tidak bersalah, malah berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang telah dibuat Greisy. Ashton mengerti tujuan Greisy yang memang sudah membuat kesalahan fatal. Tetapi tunggu, mengapa pula dirinya harus memikirkan solusi itu? Lagian dirinya bukan siapa-siapa Greisy.
“Aku tidak mau kau ajak ke desa. Kehidupanmu dengan kehidupanku berbeda. Jadi, pergilah selesaikan masalahmu! Dan jangan datang lagi ke sini!”
Greisy menatap melongo. Sudah panjang lebar menceritakan, dan butuh tenaga datang ke sini, namun usahanya gagal. Gila memang manusia yang di sampingnya sekarang. Tidak adakah rasa simpati sedikitpun terbesit di hatinya?
“Eh, lo juga harus ikutlah. Kehidupan kita itu sama bego. Lo manusia, gue juga manusia,” sentaknya dengan nada kesal. Greisy berdiri dengan berkacak pinggang, seolah memarahi anak kecil
“Lo ada simpatinya sih sama gue? Haruskah gue pacaran sama lo, baru bisa bantuin gue," ucap Greisy ngasal namun Ashton berfikir apa makna pertanyaan Greisy.
"Siapa juga yang pacaran sama kamu? Lagian gak bakal ada juga yang suka sama kamu, jangan mimpi,” ucap Ashton meledek Greisy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments