17

“Ahk. Aku yakin pastik ada lagi manusia yang akan mengunjungi hutan ini. Maka dari itu, kalian harus bergerak cepat!” titahnya.

“Baik tuan, akan kami cari lagi,” ucapnya menunduk lalu pergi keluar. Pria yang dibawanya di tinggal di hadapan tuannya. Urusan mereka hanya mencari dan selebihnya biarkan tuannya bertindak untuk menjadikan pengikutnya.

Di desa Khaitawan, semua kegiatan hidroponik yang diciptakan hampir selesai. Semuanya tengah menanam bibit yang diperuntukkan untuk tanaman hidroponik. Para warga sungguh senang bisa menggunakan tanaman itu guna mendukung kebutuhan sehari-hari.

“Grei bantu nanam bibit di sini saja,” ucap Garvin agar bareng dengan Greisy. Greisy menggangguk antusias untuk bisa menanam bersama. Semua itu tidak luput dari penglihatan Valerie yang tidak suka kedekatan Garvin dengan Greisy.

Setelah kegiatan itu berakhir, mereka kembali ke kontrakan. Satu persatu secara bergantian masuk ke kamar mandi untuk mandi. Seraya menunggu mereka bercanda satu sama lain

“Oh iya Grei, lo semalam tidur atau kenapa sih? Soalnya subuh kita panggilin gak ada sahutan dari kamar cewek," ucap Felix tiba-tiba.

Greisy memelas sedikit, mencari jawaban yang tepat untuk bisa menjawab pertanyaan Felix.

“Iya tuh, semalam kita gedorin juga pintu kamar cewek, sepertinya kamu tidur kaya kerbau deh semalam," ejek Garvin menyikut Greisy.

“Maaf kalau nggak dengar. Semalam gue ngantuk dan tahu sendiri gue tuh kurang enak badan,” jawab Greisy cengengesan walau bingung untuk menjawab apa.

“Emang lo pada semua kemana tadi malam?" tanya Lily yang baru selesai mandi. Rambutnya ditutupi oleh handuk.

“Kita semalam rayain ulang tahun pak Hazel, sayang lo gak ikut sama Greisy,” jawab Felix .

“Widih makan enak dong kalian semalam. Kenapa gak dibawa kemari sisa makanannya. Mikir kek kalian ada teman yang ditinggalkan,” ucap Lily duduk di samping Felix sedikit merenggut.

“Semalam pak Hazel sudah beri makanannya, hanya saja-"

“Hanya apa?"

“Kami habisinlah. Enak-enak deh makanannya beda ama yang di kota.” Ucap Felix tertawa puas.

“Ish, kalian rakus dan tahunya mentingin diri sendiri.” Lily masuk ke dalam meninggalkan mereka bertiga.

Felix masuk ke dalam, karena Valerie dan Jois juga sudah siap mandi. Kini tinggal Garvin dan Greisy di teras.

“Oh iya Grei, entar malam jalan yok?” ajak Garvin.

“Yakin mau ajak jalan, takutnya gak jadi pula. Dilarang pak kepala desa,” ucap Greisy menggoda malu, karena kemarin memang gagal total jalan-jalannya.

“Itu karena anak hilang kemarin, kurasa semuanya sudah aman. Jadi gak mungkinlah gak jadi.”

“Ya sudah let's go!" tutur Greisy kegirangan.

Aturan kemarin sepertinya tidak berlaku lagi. Meski tetap waspada terhadap apa yang terjadi. Dugaan terkuat ternyata bukan diculik, melainkan memasuki hutan terlarang. Pihak keluarga sudah mengikhlaskan putra mereka walau berat. Bukan karena tidak berusaha mencari, tetapi sudah muncul kejanggalan hingga berbagai spekulasi bahwa pria telah memasuki hutan.

Malam hari Garvin dan Greisy jalan bareng di area desa saja. Malam seperti ini sepertinya menikmati bulan dan bintang di langit. Mereka tengah berada di pinggir lapangan desa. Di sana biasanya tempat anak muda untuk berpacaran atau sekadar jalan-jalan saja.

Garvin dan Greisy duduk di rumput hijau saling memunggungi. Punggung mereka bersentuhan dan kepala yang mendongak ke langit.

“Grei aku ingin bulan di langit hanya satu. Tapi bisa dikelilingi bintang berteberan di mana-mana,” tutur Garvin “Idih gak usah sok puitis,” ketus Greisy

“Siapa yang juga puitis,” jawabnya menoleh sedikit.

Garvin sudah mengumpulkan niat dan usaha untuk mengungkapkan perasaannya. Takut jika ditolak itu yang tergiang di kepalanya. Tetapi keberanian yang nekad ia harus dapat menerima jawaban Greisy.

“Grei, aku ingin bicara serius.” Garvin membalikkan diri begitu juga dengan Greisy.

“Bicara apa?"

“A-aku, suka sama kamu. A-aku ingin kamu jadi pacarku,” ucap gugup Deg

Greisy berpikir keras, bukankah ini yang diinginkan untuk bisa menjadi pacar Garvin yang tersohor di kota. Namun bibirnya seakan sulit untuk berucap. Hatinya seakan bergejolak untuk tidak mau menerima namun di sisi lain moment ini yang ditunggu.

“Grei, jawab. Apa kamu mau jadi pacarku?" tanya Garvin berharap, merengkuh tangan Greisy erat.

“Aduh maaf yah Gar, aku juga bingung jawab apa," tanyanya melepaskan rengkuhan tangan Garvin. Jujur aku juga suka sama kamu, tapi entah mengapa aku saat ini gak mau pacaranal dulu,” ucapnya menunduk.

“Oh kamu suka aja sama aku, aku senang. Setidaknya perasaanku nggak sia-sia aku ungkapin. Yang penting kamu tahu dulu, untuk ke depannya kita jalani saja dulu seperti biasa. Aku menghargai keputusanmu.”

Greisy menganggukan kepala. Inilah seorang Garvin bijak dalam melakukan tindakan. Tidak menghakimi atau memaksa, biarkan berjalan dengan semestinya. Walau tidak ada status diantara mereka, Garvin mencoba untuk memahami Greisy. Namun, Greisy malah seakan berkecamuk dalam pikirannya. Entah mengapa wajah pria pucat itu terbayang. Hatinya berharap juga yang mengucapkan pernyataan cinta itu adalah Ashton bukan Garvin.

Greisy menggelengkan kepala, ini tidak mungkin. Baru juga pertama kali bertemu sudah mengingat Ashton. Ashton saja tidak jelas asal-usulnya malah berharap untuk jadi pacar Ashton.

“Kamu kenapa Grei?" tanya Garvin memecahkan lamunan Greisy.

“Eh, tidak apa-apa kok. Aku hanya salut saja, kamu menerima jawabanku. Jujur aku masih tidak ingin terikat dengan siapa pun. Dan aku harap kamu ngerti hal itu.”

“Iya, aku terima. Kita jalani saja ke depannya, kalau memang jodoh, pasti tidak akan kemana." Jawab Garvin santai.

Mereka tidak lagi membahas hubungan itu. Saling melemparkan canda tawa untuk menghilangkan rasa canggung. Lalu, Garvin mengajak Greisy makan di sebuah tempat kaki lima. Biasanya di pinggir jalan malam hari pasti ada penduduk yang berjualan makanan untuk mencari rezeki tambahan. Padat dan ramai biasanya menggelegar di sepanjang jalanan.

“Grei, kita duduk di sini,” ujar Garvin menunjuk tikar di atas tanah lebar. Greisy menyetujui hal itu. “Pak satenya dua piring!” seru Garvin.

“Baik nak, pedas atau manis,” sahut pak tukang sate. “Pedas ajah pak,” jawab Garvin singkat.

Sembari menunggu, Greisy mengenakan jaket hitamnya. Udara di malam hari mampu membuat tubuhnya dingin. Namun, setelah ia mengenakan, seorang bapak paru baya melihat dirinya dari belakang. Samar mengingat dengan jaket dan logo serigala di punggung itu. Bapak itu pun menghampiri Greisy.

"Nak, kamu kemarin malam pergi ke arah ladang bukan?" tanya bapak itu mengerutkan dahinya.

Greisy bingung dan gelagapan. Bagaimana bapak ini mengetahui ia pergi ke arah ladang, dan tepatnya ke hutan terlarang.

"Maaf pak, mungkin bapak salah orang. Teman saya ini kemarin kurang enak badan. Dia sama sekali malah tidak menghadiri pesta ulang tahun Pak Hazel" ujar Garvin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!