Bagaimana?
Sebuah desa terpencil bernama desa Khaitawan yang begitu asri dihiasi dengan segala aktivitas penduduk desa. Desa yang sebagian besar bermatapencaharian petani, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak lupa dengan pegunungan yang berderet yang begitu indah nan hijau , persawahan yang dikelilingi area hilir sungai, dan area hutan yang memancarkan setiap eksistensinya.
Pagi yang begitu cerah menyambut kedatangan anak mahasiswa dari kota yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. Tentu KKN adalah matakuliah yang wajib dilaksanakan di dunia perkuliahan. Greisy dan kelima temannya kini merapikan satu kontrakan yang akan ditempati. Kontrakan itu adalah tempat yang disediakan oleh pihak desa.
“Guys,sekarang kita berbenah terlebih dahulu. Susun setiap barang kalian dengan rapi, dan ingat kamar cewek di samping dan kamar cowok berada di lorongan menuju dapur,” tutur Garvin selaku ketua tim KKN mereka.
“Ok,” jawab mereka serentak.
Mereka kembali dengan segala aktivitas mereka.
Tok tok
“Permisi adik-adik mahasiswa,” sapa seseorang dari pintu depan. Garvin langsung berjalan menuju pintu. Salah satu perempuan menyusul Garvin.
“Eh iya pak. Ada keperluan apa yah pak, ke sini?" tanya Garvin bernada sopan
“Saya mengucapkan terimakasih atas kedatangan kalian datang ke sini. Saya selaku kepala desa di sini, sangat terhormat adik-adik mahasiswa melakukan KKN di sini. Perkenalkan saya Hazel Wisnama,” tutur pak Kepala desa memperkenalkan diri.
“Eh iya pak, saya Garvin ketua tim di sini. Dan ini Greisy teman saya, sedangkan yang lain sedang sibuk untuk merapikan barang-barang mereka.” Garvin dan Greisy menyalam pak Hazel.
“Kami juga terimakasih pak, karena penduduk di sini mau menerima kedatangan kami. Mohon kerjasamanya selama beberapa hari ke depan,” tutur Greisy. "Oh iya pak, silahkan duduk!"
“Begini nak, saya ingin bicara terkait desa di sini, apa boleh teman yang lainnya dipanggil dulu ke sini?"
“Baik pak, tunggu sebentar saya panggil dulu! Sekalian saya buatkan teh dulu yah pak.”
“Iya nak terimakasih.”
Greisy melirik Garvin sejenak untuk mengajak bapak itu bicara sebentar. Garvin paham dan langsung mengajak pak Hazel bicara basa-basi.
Kemudian datanglah teman lainnya, yang sudah berpakaian santai, tak lupa Greisy membawa nampan berisi cemilan yang di bawa dari kota dan teh manis yang disuguhkan kepada pak Hazel dan teman lainnya.
“Maaf sebelumnya menganggu waktu adik sekalian. Saya ke sini untuk menjelaskan terkait desa ini. Pertama kalian bisa melakukan apa saja yang berhubungan dengan program untuk desa ini, selagi itu masih bisa diterima masyarakat, saya rasa dan masyarakat di sini tidak keberatan. Kedua, adik-adik boleh bepergian kemana saja dan juga bisa membantu masyarakat di sini selagi itu tidak membuat adik-adik kerepotan. Ketiga, saya melarang keras adik-adik jika bepergian ke seberang desa, di mana itu adalah hutan terlarang. Kami pihak desa tidak berani mengusik apalagi mencoba menyusuri hutan itu. Saya harap adik-adik bisa memahami apa yang saya jelaskan," jelas pak Hazel.
“Maaf pak, memang ada apa itu di hutan itu?
Mengapa disebut hutan terlarang?” tanya Greisy penasaran.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detail. Saya harap kalian tidak pergi atau mencoba menyusurinya,”ucap pak Hazel serius.
“Ih, seram juga di sini. Aku merasa seperti di desa berhantu saja. Oh, mama aku mau pulang,” tutur Valerie takut dengan rengekan ala manjanya.
la mendekat merangkul tangan Garvin.
“Val, lepaskan! Yang sopan tahu, ada pak Hazel di sini.” Melepaskan rangkulan Valerie. Valerie merenggut dan mendekat diri di sebelahnya temannya bernama Jois, sama halnya jois pun ketakutan.
Pak Hazel menggeleng sedikit, tidak heran dengan anak zaman sekarang yang sifatnya sedikit menurun dari zaman mereka dulu.
“Nak, kalian tidak perlu takut. Selagi kalian tidak pergi ke sana, maka tidak akan yang terjadi. Jadi, semuanya tidak perlu takut. Orang desa di sini juga aman selalu jika tidak pergi ke hutan,” ucap pak Hazel memberikan pandangan positif.
“Yah, semoga saja ya pak. Jujur saya takut, tapi mau bagaimana lagi. Saya Valerie anak orang sultan harus menghadapi keadaan ini dengan terpaksa,” sungutnya dengan merengek manja.
“Iya sama Val, aku juga takut,” tambah Jois.
“Aduh kalian ini, jangan manja gitu. Lagian pak Hazel sudah bilang tidak terjadi apa-apa jika memang tidak pergi ke sana. Otak kalian saja yang berlebihan,” kesal Lily yang sedari tadi muak melihat tingkah mereka berdua.
“Betul tuh. Kita di sini tujuan dengan baik, maka pikirkan yang baik saja jangan yang buruk!" timpal Felix.
Greisy sama sekali tidak menyahut, ia memikirkan apa yang ada di hutan. Sedikit aneh jika dalam dunia canggih ini masih ada kaitan dengan hutan terlarang. Sekarang ini hutan dijadikan tempat wisata atau pendaki bagi orang ingin mencari suasana baru serta menenangkan diri. Sedangkan hutan di desa Khaitawan malah menyeramkan. Pikiran Greisy yang berkelana seakan menerka apa yang di sana. Semakin penasaran hingga ia memutuskan harus pergi ke hutan itu.
“Sudah, kalian jangan berdebat! Ingat di sini masih ada orang tua,” sarkas Garvin.
“Tidak apa-apa nak. Bapak sudah biasa menghadapi anak zaman sekarang. Oh iya, mulai besok kalian sudah bisa menjalankan program kerja kalian. Dan saya harap semoga betah di sini.”
“Iya pak,kami bakal betah kok. Oh iya pak silahkan dicicipi makanannya!”
Merekapun menikmati cemilannya sambil berbicara terkait desa Khaitawan. Sesekali dibarengi canda tawa yang bisa menghibur suasana mereka yang sempat tegang.
Keesokan paginya, suasana desa yang begitu indah di pandang mata, sedang berkumpul di lapangan. Pak Hazel yang membuka pembicaraan dan selanjutnya perkenalan dengan mahasiswa yang dari kota. Masyarakat desa tentu dengan senang hati menerima kedatangan mereka. Biasanya, tidak ada penduduk kota yang berani berkunjung ke desa mereka.
Selanjutnya anak mahasiswa KKN, mencoba pendekatan terlebih dahulu dengan masyarakat. Tidak lupa dengan membantu pekerjaan mereka. Awal yang baik bagi Greisy bisa setenang ini di desa. Membajak sawah, adalah awal pendekatan baik. Meskipun tidak pandai memakai traktor, tetapi setidaknya bisa merasakan pekerjaan di desa.
Sementara di hutan sedang terjadi perang untuk merebut daerah kekuasaan Dalbert. Para serigala dengan tabiatnya menghabisi jika sudah mengibarkan perang, walau antar sesama bangsanya mereka yang penuh ambisi ingin menguasai hutan terlarang itu sepenuhnya.
"Tuan, lebih baik kita juga ikut menyerang mereka,” usul pengawal, di mana raja dan ratu besar sedang berdiam diri di kediamannya.
"Jangan! Biarkan putraku yang habisi mereka. Kita hanya pantau dari sini,” jawab raja besar memantau dari layar bayangan putih itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
༻obitt༺
awalan yang bagus 👍
2024-08-27
0