8

Kegiatan mahasiswa di desa Khaitawan memulai hidroponik yang diusulkan oleh Garvin dan teman-temannya. Di tengah lapang para warga tengah sibuk untuk bisa menGhasilkan tempat hidroponik agar bisa dibagi rata untuk warga. Para laki-laki sibuk membuat alatnya dan perempuan juga ikut membantu menyediakan alat. Satu persatu telah jadi, butuh satu minggu agar bisa menghasilkan banyak tanaman hidroponik. Keterbatasan alat yang disediakan membuat mereka hampir kewalahan, namun berkat Kerjasama yang baik, para warga bisa menyisihkan uangnya untuk bisa membeli alat dan bahan yang diperlukan.

“Gue yakin, tanaman ini berhasil. Mengingat ini juga mendukung matapencaharian di desa ini,” ucap Felix, duduk berselonjor di tikar.

“Ya itu bagus, ini bisa juga laporan yang baik untuk tugas kita nanti,”tutur Garvin, di samping Felix.

Tidak lama ketiga temannya perempuan menghampiri mereka. Valerie dan Jois terlihat menampikkan wajah kesal, sementara Greisy malah tersenyum melihat tingkah mereka.

“Kapan sih berakhir kita di sini? Kok rasanya seabad yah? Ish, aku mau pulang cepat,”ujar Valerie seraya membersihkan kakinya yang nampak kotor.

“Aku juga mau pulang, ini kita kerja paksa deh di sini,” rutuk Jois yang tangannya sibuk mengkipas dirinya yang kegerahan.

Felix malah tersenyum meledek, kedua manusia di hadapannya sangat sulit beradaptasi. Tak sengaja bola matanya menangkap lintah darat di daun yang yang basah. Pikirannya menatap Jois dan Valerie, untuk dikerjai.

"Yah ampun baru kerja di sawah sudah ngeluh. Ingat ini juga untuk tugas kuliah, kalau kalian nggak mau di sini, silahkan pulang sana ke kota! Terus siap saja kalau nilai kalian terancam buruk,” ujar Felix berdiri mendekati Valerie dan Jois.

Valerie dan Jois memicingkan matanya pada Felix. Saat ini Felix berada di tengah mereka. Sebelum mendapatkan balasan mulut dari mereka berdua, Felix dengan cepat meletakkan lintah darat itu ke bahu mereka.

“Ini imbalan untuk kerja kalian hari ini,” ujar Felix dan lansung berlari dari tempat itu.

“Ahk!!" teriak mereka ketakutan.Felix tertawa terbahak-bahak dari kejauhan melihat mereka berdua berjingkrak histeris.

“Awas yah loh Felix. Ish jijik ambilin Jo!” ucap Valerie berinjak ketakutan. Jois juga melakukan hal demikian. Takut, geli, dan jijik sudah membuat tubuh mereka bergetar.

“Ish, gue juga jijik Val. Dasar tuh Felix sialan,” gerutu Jois.

Garvin dan Greisy menggelengkan kepala melihat keusilan Felix. Tidak ada berucap atau pembelaan, karena jujur mereka nampaknya masih lelah.

Valerie dan Jois juga meninggalkan tempat itu,pulang ke kontrakan untuk mandi.

Tinggallah Garvin dan Greisy, mereka saling melemparkan senyum satu sama lain.

Garvin menatap lekat wajah sayu itu dengan penuh arti, sementara Greisy biasa saja. Ingin rasanya Garvin mengungkapkan apa yang di hatinya, namun ia takut adanya penolakan dari wanita pujaan hatinya.

Hening seketika, mereka berdua menikmati udara yang mendayu di tengah lapang itu. Garvin sesekali melirik Greisy dan memikirkan apakah ia ungkapkan saja apa yang di hatinya.

“Hem,” pembukaan pertama meski sedikit gugup.

Greisy membalas dengan senyumannya.

“Grei, kita jalan nanti malam, mau nggak?” tanyanya langsung.

“Tumben ngajak malam. Biasanyakan sore gitu,”ujar Greisy sedikit meledek.

Garvin selama seminggu sudah melakukan pendekatan pada Greisy dan itu pada sore hari. Namun di balik itu semua ia berharap banyak untuk bisa mengungkapkan perasaannya, tetapi rasa takut ditolak menghantui pikirannya. Katakanlah Garvin seorang tegas dan bijaksana, namun urusan asmara malah nihil.

“Ya sudah kalau tidak mau,” ujar Garvin pasrah.

Greisy malah tertawa, bisa-bisanya pria yang di Sampingnya malah menyerah, padahal Greisy berharap dia memohon sedikit.

“Kok malah tertawa sih?" tanya Garvin. “Yah kamu malah nyerah gitu. Bujuk aku gitu,”

“Greisy ayo dong jalan lagi. Biasanya juga kamu mau,” bujuk Garvin seperti anak kecil.

Greisy kembali tertawa,"ya sudah ayo jalan nanti malam, tetapi kau yang traktir,” ujar Gresiy

“Siap bu,” balas Garvin tersenyum.

Malam hari, Garvin dan Greisy tengah bersiap untuk jalan-jalan. Mereka mengenakan baju santai dan senyaman mungkin. Ketiga temannya yang duduk di ruang tamu menonton televisi heran dengan sikap Garvin dan Greisy yang terus jalan bersama. Dalam pikiran mereka pasti Garvin dan Greisy sudah berpacaran, namun itu dibantah oleh mereka berdua.

"Jalan ajah terus, tetapi gak ada kepastian. Ini yang dinamakan hubungan tanpa status,” sindir Valerie. Valerie sebenarnya menyukai Garvin, hanya saja ia tidak berambisi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Valerie tipikal orang yang gak maksa, walau hatinya panas melihat kedekatan Garvin dan Greisy.

Greisy menanggapi dengan senyum malu. Ia menunggu Garvin keluar dari kamarnya. Beberapa menit kemudian, Garvin datang. Di teras kontrakan, seseorang mendatangi kontrakan mereka. Dan itu adalah petugas keamanan desa.

“Maaf nak, ini kalian mau kemana?" tanyak bapak itu sopan.

“Eh, iya pak. Biasa anak muda pak, jalan-jalan menikmati udara malam,” tutur Garvin.

Greisy sedikit malu, takut bapak itu berpikir aneh tentang mereka.

“Untuk saat ini, jangan dulu yah nak! Soalnya salah satu warga desa hilang. Dari tadi malam sampai saat ini belum juga pulang,” ucap bapak itu memberi pengertian. “Ahk, kok bisa gitu pak?"tanyan Greisy kaget.

“Oh, iya pak masuk dulu! Bapak jelasinnya di dalam," ujar Garvin, mereka kembali masuk dan teman lainnya langsung menyambut sopan menyalim bapak itu. “Eh, ada yah pak datang kesini?"tanya Felix.

“Begini nak, saya menyampaikan kabar buruk, bahwa anak pak Yuhdi hilang. Nah, pak kepala desa menyarankan warga sini supaya tidak keluar malam-malam,” jelasnya.

“Kenapa bisa hilang pak? Ada penculikankah ?" tanya Felix lagi.

“Dugaan masih seperti itu nak, tetapi kalau memang tidak penculikan, berarti berhubungan dengah hutan terlarang. Kita doakan saja dia memang tidak kesana,” jawab bapak itu.

Hutan terlarang, lagi dan lagi tempat yang menjadi masalah bagi warga di desa Khaitawan. Valerie dan Jois berdekatan ketakutan, mereka mengingat jelas suara serigala yang memang dari arah hutan. Felix, Garvin saling melirik, Greisy malah tertegun untuk menyikapi masalah tersebut.

“Kok lama-kelamaan desa ini menyeramkan

yah? Aku takut," ujar Velerie gemetaran.

“Sama aku juga. Pertama suara auman kemarin, dan ini anak hilang. Ya Tuhan, aku mau pulang ajah dari sini,” ucap Jois, memeluk erat Valerie ketakutan penuh.

“Maaf pak sebelumnya, apakah hal ini sering terjadi?" tanya Greisy.

“Tergantung. Penculikan memang tidak pernah terungkap jika memang diculik. Tetapi dugaan kuat, jika memang hilang dan tidak kuat itu berarti telah memasuki hutang terlarang, dan itu memang tidak bisa kembali lagi ke desa ini.

Semakin aneh bukan? Hutan terlarang tempat bagi siapa yang ingin memasuki dunia kehidupan baru yang melangkahkan kakinya ke Sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!