12

Melihat Dalbert yang tidak ada respon, Jasmine memilih keluar bergabung dengan yang lainnya. Di ruang makan itu mereka menyambut sang ratu. Jasmine selaku ratu tersenyum tulus pada mereka.

“Salam hormat ratu,” ujar salah satu dari mereka dan semuanya menunduk hormat.

“Silahkan makan kembali, maaf atas keterlambatannya,” ucapnya lembut dengan senyum yang hangat pada mereka.

Semua para pengikut setia Dalbert telah menganggap Dalbert dan Jasmine orang tua mereka. Karena pada dasarnya juga kebanyakan diantara mereka adalah pemuda yang masih memerlukan kasih sayang. Sedangkan untuk orang tua diberlakukan untuk di rumah masing-masing. Biarkan para pemuda yang melakukan kegiatan jika menyangkut mencari pangan, dan peperangan. Tujuan aturan itu adalah untuk meningkatkan populasi manusia serigala, agar tidak semakin musnah di muka bumi.

Ashton sudah berangsur pulih, karena sudah bosan di kamar ia juga turut hadir dalam acara makan besar itu. Ia mendaratkan bokongnya di kursi sebelah mama.

“Terimakasih tuan telah menyelamatkan kami,” ucap salah seorang tulus, yang memang sudah sehat dari racun yang mematikan itu.

Ashton menunduk tersenyum. Ia tidak suka terlalu diagungkan di wilayahnya. Ia ingin seperti biasa dengan manusia serigala lainnya. Dalam hal ini Ashton senang bisa melakukan kebaikan pada sebangsanya.

Ashton melirik ke kursi yang masih kosong, tempat di mana ayah duduk. Mamanya tersenyum pada pengikutnya yang seperti tidak merasa kekurangan. Ashton memilih untuk makan saja.

Beberapa menit kemudian datanglah raja dari arah pintu menuju meja makan. Semuanya menyambut dengan menunduk hormat, terkecuali istri tercintanya. Ia memerintahkan kembali duduk makan, dan melirik istrinya kembali.

Duduk dengan tenang penuh wibawa, seperti tidak ada masalah. Dalbert duduk dengan tenang, dan melirik istrinya yang asyik melahap daging. Dalbert menunggu istrinya untuk melayaninya, namun tidak ada pergerakan dari Jasmine.

Dalbert menghela nafas, kini istrinya yang tengah merajuk. Ashton melihat tingkah kedua orang tuanya malah tersenyum meledek. Ia tahu pasti pertanyaan semalam yang belum Ashton jawab. Ashton juga meledek sang ayah dengan mata yang cerah, dan itu membuat ayah semakin mengintimidasi. Tak habis akal idenya, Ashton mencoba membuat percikan api pada ayahnya.

“Ma, Ashton pengen mama ambilin makanan buat Ashton. Ashton belum sehat sepenuhnya,” ujarnya sedikit manja, kepalanya bersandar di bahu mama.

“Ih putra kesayangan mama manjanya minta ampun deh, kalau lagi sakit,” balas mama, kemudian mama bangun dan mengambil makanan itu serta manaruhnya di piring Ashton. “ Ini sayang, makan yang banyak supaya sehat kembali yah,” tutur mama lembut penuh kasih.

“Terimakasih mama cantik,”ujarnya dibalas senyuman dari mama. Ashton melirik sang ayah dengan beberapa kedipan dan itu mengartikan berhasil mengejek ayah. Sementara Dalbert geram melihat kelakuan putra laknatnya yang terus mengejeknya. Ia memicingkan matanya pada putranya dan bergantian pada istrinya. Dasar anak dan mama sama saja, sama-sama membuatnya emosi. Apalagi dengan Ashton yang awal dari permasalahan dengan Jasmine, ingin rasanya mencambik wajah yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.

Tiga hari di desa, sudah menampilkan hasil dari usaha yang telah mereka kerjakan. Hidroponik sudah semakin banyak dan tinggal menunggu beberapa yang akan jadi.

Saat ini Greisy dan perempuan lainnya sedang memasak untuk dihidangkan nanti untuk para laki-laki yang sudah bekerja sedari tadi pagi. Cukup sederhana yang dimasak yaitu sayur lode, tahu, tempe dan ikan bakar. Bukan karena masakan yang mewah melainkan kebersamaan yang diutamakan dalam pekerjaan ini.

Waktunya makan, tikar lebar terpampang di tanah. Para laki-laki sudah mengambil tempat duduk dan para perempuan sedang menata makanan dan membagikan makanan satu porsi pada setiap orang yag berada di tempat itu.

Cukup dengan pembagian makanan dan seseorang telah memanjatkan doa mereka langsung menikmati makanan itu dengan sukacita. Jujur walau lelah tetapi bisa merasakan kebersamaan yang hakiki sesama antar warga.

Sesudah makan, kini para warga merundingkan terkait hilangnya anak pak Yuhdi. Tidak ada kabar dan informasi yang jelas dari pihak mereka, sementara dugaan semakin menyebar bahwa itu bukan diculik, melainkan telah memasuki hutan terlarang sehingga tidak bisa kembali lagi.

“Ih, desa ini betul menyeramkan bukan? Anak saja hilang, apalagi kita anak baru di desa ini pasti tidak segan juga ditarik ke hutan. Ih, takut,” ujah Valerie pelan.

“Mau berbuat apa lagi coba kita? Kita sudah jauh juga bergerak di sini, kita nunggu waktu saja kita pulang dari tempat menyeramkan ini,” ujar Jois bernada pelan, takut didengar para warga.

“Sudahlah Val, Jo, kita pasti selamat dari tempat ini, selagi kita mematuhi aturan di desa ini," celutuk Greisy memberi pengertian pada mereka berdua.

Mereka mengangguk saja karena memang tinggal sekitaran dua minggu lagi mereka kembali ke kota. Walau begitu, Greisy sangat penasaran sampai saat ini. Ia sudah merencanakan akan kembali lagi ke hutan dan membuktikan bahwa ia selamat dari hutan itu. Greisy nekad membuktikan bahwa tidak ada hal yang terjadi di hutan terlarang, dan yakin pasti selamat.

"Oh iya para warga yang berkumpul saat ini, bapak kepala desa mengundang kita malam ini dalam rangka ulang tahun beliau. Ia menyampaikan bahwa kita sekiranya menghadiri acaranya nanti malam,” ucap salah satu jajaran perangkat desa yang dititipkan sebuah amanah agar disampaikan pada warga.

Para warga menyambut antusias. Ini selalu dirayakan karena bapak kepala desa sebagai pemimpin dianggap sebagai panutan dan bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaannya.

Greisy yang mendengarkan pun turut senang. Sudah pasti dirinya bertindak malam ini. Semua sedang bersukacita sedangkan Greisy tersenyum smirk. Pasti malam ini dirinya akan pergi tanpa ada halangan dari orang sekitar .

Malam yang ditunggu pun tiba. Para warga sudah mengunjungi rumah bapak kepala desa. Garvin dan teman-temannya juga bersiap pergi ke rumah kepala desa. Sedangkan Greisy malah sibuk memikirkan bagaimana dirinya menghindari ajakan dari temannya nanti. Sekilas ide pun muncul, yakin pasti berhasil.

“Semuanya sudah siap kan?" tanya Garvin sedang memperhatikan pakaian yang dikenakan sudah rapi.

“Siap dong, yang pasti kita happy lagi malam ini,” ujar Felix kegirangan.

“Betul,” ucap serentah Valerie dan Jois dengan mengacungkan jempolnya.

“Greisy mana?" tanya Garving.

Greisy keluar dari kamar dengan wajah yang lemah. Ini bagian rencananya untuk bisa meyakinkan kepada teman-temannya. “Kamu kenapa Grei?" tanya Garvin perhatian.

“Sepertinya lagi kurang enak badan, jadi kalian saja yah yang pergi. Aku mau istirahat dulu," ucapnya memelas dengan nada lemas.

“Oh, iya sudah aku di sini saja. Biar orang ini saja yang pergi, aku menemanimu saja,” ujar Garvin.

Greisy bingun mendengar perkataan Garvin. Bagaimana nanti dirinya pergi jika Garvin masih di sini? Tidak, malam ini rencananya tidak boleh gagal.

“Garvin kamu harus ikut! Ingat kamu yang akan mewakili pembicaraan nanti diantara kita. Greisy sudah dewasa, dia bisa sendiri di sini!” tangkas Valerie dengan wajah cemburu. Cukup kesabaranya melihat kedekatan mereka beberapa hari ini, jadi untuk malam ini jika mereka tidak bisa dekat, maka Valerie memanfaatkan kesempatan ini berduaan dengan Garvin.

"Iya benar apa yang dikatakan Valerie, Vin. Kamu juga harus ikut, mengingat kamu perwakilan diantara kita untuk berbicara nanti.” Greisy mendukung apa yang dikatakan Valerie, setidaknya Valerie secara tidak langsung telah membantunya untuk meyakinkan mereka.

Garvin membuang nafasnya kasar, sejujurnya dirinya juga malas untuk menghadiri acara itu. Belum lagi kekhawatirannya terhadap Greisy yang sedang kurang enak badan. Tetapi dirinya juga dibutuhkan di acara itu.

“Baiklah, lebih baik kamu istirahat. Jangan buka pintu selama kami belum pulang. Mengerti!” ucap Garvin menasehati.

“Cih, seperti sepasang kekasih saja,” celutuk Felix tiba-tiba.

Greisy memandang Garvin yang menatapnya secara lekat. Entah mengapa perhatian Garvin membuatnya sedikit berbunga-bunga.

“Ya sudah loh istirahat gih ke kamar. Ingat jangan keluyuran, istirahat yang banyak. Orang sakit juga harus minum obat biar cepat sembuh,” tutur Valerie menasehati dan sok perhatian lalu mendorong pelan Greisy menuju kamar.

"Ya sudah kita jalan, sebelum pestanya selesai,” ujar Jois.

Merekapun pergi ke rumah bapak kepala desa, meninggalkan Greisy sendirian di kontrakan. Greisy keluar dari kamar dan mengecek situasi sekarang. Sepi, tidak ada orang. Ini saatnya beraksi ke tempat yang dianggapnya penuh misteri.

Greisy mengenakan jaket tebal berwarna hitam, syal yang melilit di lehernya berwarna biru dan tak lupa topi rajut di kepalanya. Senter dipegangnya sebagai cahaya untuk menuntun jalannya nanti.

Malam ini, Greisy bertindak nekad. Berjalan seperti pencuri memantau keadaan desa sudah sepi. Sesekali berjalan cepat dan tetap hati-hati takut ada orang yang melihatnya. Keberanian yang membuncah dengan penasaran yang tinggi membuatnya nekad berjalan menuju hutan terlarang. Namun arah kejauhan, seorang bapak parubaya melihat dirinya samar-samar seperti menuju arah hutan. Namun Langkah Greisy yang semakin jauh tidak lagi jelas dilihatnya. Bap aitu pun menganggap dirinya sedang halusinasi, tidak mungkin orang desa di sini berani pergi ke tempat larangan itu, pikirnya. Lalu, bapak itu melanjutkan perjalanannya menuju suatu tempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!