4

Malam hari yang penuh kalang kabut, menyaksikan berbagai acara yang diselenggarakan oleh masyrakat desa. Ritual penuh syukuran kepada sang Maha Kuasa, atraksi yang dipertontonkan berupa pencak silat, nyanyian yang bergemuruh dan permainan loncatan api mampu membuncah rasa syukur para warga.

Begitu juga dengan Greisya dan kawan-kawan, mereka turut ikut dalam acara syukuran tersebut. Bangga dengan adat istiadat yang masih kental dan selalu dilestarikan. Suatu kebudayaan yang memang harus diturunkan secara temurun dan dapat diambil nilai-nilai sebagai pedoman hidup.

“Lebih baik kita nari di sana, ayo guys!”ajak Felix yang menyudahi kegiatan pencak silatnya.

“Aku ikut saja. Capek juga sedari tadi,” ujar Greisy.

“Aku mau pulang! Capek seharian keliling desa, mending maskeran di kontrakan," pungkas Valerie seraya tangannya mengkipas ke wajah.

“Aku ikut Val,” ucap Jois semangat.

“Ya sudah siapa mau pulang silahkan! Siapa mau ikut ayo!” ajak Felix lagi, malas berdebat engan Valerie.

Mereka akhirnya berpencar. Valerie tidak menjawab, pergi tanpa melihat ke belakang. Garvin menggeleng-gelengkan kepala melihat Valerie dan Jois yang memang sulit menerima dan berdaptasi dengan warga.

“Dua manusia yang memang tidak ada adab,” kesal Lily sambil berjalan mengarah ke suatu perkumpulan tarian

“Tidak usah dipusingkan, mending kita happy sekarang!” tutur Greisy mengadahkan tangannya dan meletakkan ke pundak kiri.

“Ya betul. Jarang-jarang ada perayaan seperti ini. Bisa membuat bahagia yang hakiki,” ujar Felix dengan antusias berlari ke perkumpulan orang-orang menari. Begitu juga dengan teman lainnya ikut bergabung menari.

Subuh pukul dua pagi, kegiatan perayaan telah usai. Para warga sudah sebagian berpulangan dan sebagian lagi tengah membereskan lapangan perayaan tadi. Greisy dan teman lainnya juga ikut membantu.

Para laki-laki membuka tenda dan perempuan mengumpulkan kursi untuk disusun rapi. Tidak sengaja Greisy mendengar pembicaraan ibu-ibu saat menyusun kursi.

“Alhamdulillah, perayaan hari ini sangat menyenangkan. Tidak ada kendala apapun," ujar salah satu ibu.

“Benar bu, kita juga puas dan tidak ada yang mengganggu.”

“Semoga hal ini berlanjut terus yah bu. Dan semoga para warga kita tidak ada yang bertindak masuk juga ke hutan terlarang.”

“Amin” jawab mereka penuh harap.

Greisy sebagai pendengar, tentu masih membuatnya penasaran. Ia tahu betul jika para warga memasuki hutan maka tidak akan lagi keluar. Dan bisa jadi sudah diterkam oleh binatang buas. Tetapi hal ini cukup menarik dan aneh. Ia sendiri sudah membuktikan masuk hutan dan keluar dalam keadaan selamat. Mengapa warga malah takut pergi ke sana? Sementara itu, tidak ada kehidupan di sana? Lagi dan lagi pikirannya berekelana digenderungi dengan rasa penasaran.

“Eh Grei,ayo pulang!" teriak Lily dari belakang.

“Eh, iya Li.” Sadar dari pikirannya ia langsung menghampiri Lily. Kemudian mereka mengajak Garvin dan Felix untuk pulang bersama.

Pagi hari matahari perlahan menaik. Suasana yang begitu indah menyambut binatang yang di udara beterbangan. Di hutan, seluruh nuansa tumbuh-tumbuhan dan manusia lainnya menunjukkan kegiatannya dengan menjalani hutan.

Ashton saat ini berjalan mengelilingi area hutan. Tanpa sadar langkah kakinya bergerak menuju gerbang hutan.

“Kenapa aku bisa berjalan sampai sini?” tanyanya bingung. Kemudian membalik dan entah mengapa kakinya malah ingin menuju gerbang lagi.

“Ini gila. Jangan bilang aku berharap dia datang lagi,” gumamnya dengan risau. Ashton berjalan mondar-mandir merutuki kebodohannya. Pandangannya sesekali ke gerbang seakan berharap kedatangan seseorang.

“Maaf tuan, mengapa tuan mondar-mandir di sini?" tanya salah satu pengikut Dalbert yang kebetulan juga sedang berjalan-jalan menikmati suasana pagi.

“Eh, a-aku olahraga jalan saat ini" jawab Ashton seraya berjalan mondar-mandir dan kedua tangannya dilentangkan sesekali menunjukkan ia sedang olahraga.

“Kamu juga ngapain di sini?"tanya Ashton mengalihkan suasana dimana ia sedang salah tingkah tapi menunjukkan wajah tegasnya.

“Iya tuan saya juga jalan-jalan saja. Tidak seperti tuan jalan olahraga,” jawabnya sedikit menyindir.

“Iya sudah, jalan saja. Tidak juga harus ikut dengan aku bukan?" balas Ashton berjalan meninggalkan pengikutnya. Ashton kembali merutuki kebodohannya, mana ada jalan olahraga mondar mandiir. Sungguh hari yang konyol.

Di desa Greisy dan teman-teman sedang melakukan program yang akan dilaksanakan. Para warga yang memang bermata pencaharian petani tentu memiliki ide yang dapat dikembangkan di desa tersebut. Sesuai program kerja mahasiswa, mereka membuat tanaman hidroponik. Tanaman ini tentu sudah tidak asing lagi bagi orang yang tidak ketinggalan. Desa ini yang masih belum bisa menerima dunia luar sehingga ketinggalan berbagai info atau perkembangan teknologi zaman sekarang.

“Jadi begini yah bapak dan ibu yang di sini, tanaman hidroponik ini sudah sebagian orang telah melakukannya. Hanya saja kami melihat di desa ini belum ada yang menerapkannya, maka kami membuat kembali tanaman hidroponik. Tanaman ini memanfaatkan air sebagai media tumbuh dengan menekankan pemenuhan nutrisi bagi tanaman, tanpa menggunakan tanam berupa tanah. Budidaya tanaman dapat dilakukan berupa sayuran dan buah-buahan," jelas Garvin yang memberikan edukasi dan dapat diterapkan oleh para masyarakat.

“Tanaman ini relatih mudah dan tidak memerlukan banyak biaya. Selain itu tentu membuat ramah lingkungan,” tambahnya lagi.

Garvin juga turut menjelaskan manfaat apa yang diperoleh dari tanama hidroponik, keuntungan yang diperoleh, bahan pembuatnya serta langkah-langkah yang dapat dilakukan.

Greisy dan Garvin sedang melakukan perjalanan untuk memilih area tanaman hidropolik. Rencanya mereka akan membuat tanaman itu di area perkebunan yang memang dapat dijangkau oleh masyarakat. Para warga tak sungkan untuk memberitahu ladang mereka dapat dijadikan sebagai tanaman hidroponik.

“Kita istirahat dulu Grei,” ajak Garvin duduk di sebuah bangku panjang cocok untuk melepaskan dahaga.

“Pak, cendol dingin dua pak," pinta Garvin ke pedagang cendol.

“Gerahnya hari ini,” tutur Greisy sembari

telapak tanganya mengkipas-kipas ke wajahnya “Capek yah Grei?" tanya Garvin.

“Lumayan,” jawabnya. Garvin kemudian merogoh sapu tangan di sakunya, lalu melap kening Greisy yang dicucuri keringat.

“Terimakasih Garvin,”ucap Greisy dengan

malu-malu. “Sama-sama Grei.” “Ini bang cendolnya.” “Terimakasih pak,” ucap mereka serentak. “Iya sama-sama.”

Mereka langsung menyeruput cendol demi memuaskan dahaga mereka.

"Kita mau kemana lagi yah? Sepertinya kegiatan hari ini cukup sampai sini. Ini udah mau petang lagi,” ujar Greisy.

“Iya, kegiatan kita hari ini cukup sampai sini. Besok dapat dilanjutkan,” pungkas Garvin.

Sebenarnya Garvin ingin berlama lagi dengan Greisy. Tetapi melihat Greisy kelelahan sungguh membuatnya tidak enak hati. Garvin merupakan anak yang dingin dan cerdas. Kulitnya putih dengan pipi yang sedikit gembul membuat pesonanya semakin gentle. Belum lagi mata biru dengan rambut yang pirang. Garvin terlahir dari campuran dalam dan luar. Perpaduan yang khas dan pagutan dalam wajahnya membuat para 6wanita di kampusnya terpikat luar biasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!