Perlahan Ashton membaringkan Greisy ke tanah, kemudian meninggalkan Greisy sendirian. Ashton memilih untuk bersembunyi dari arah jauh, berharap Greisy sadarkan diri dan segera meninggalkan area hutan tersebut. “ngh,”leguhnya.
“ish ahk."Greisy memegang kepalanya yang masih pusing.
Greisy bangun perlahan dan berdiri, tangan kanannya masih setia di keningnya.
“Aku di gerbang? Bukannya semalam di gubuk itu? Aw,kepalaku masih pusing,” ringisnya.
“Aku ingat. Semalam aku pingsan dan, sebentar pria itu i-iya, pria muda yang menolongku. Di mana dia sekarang?" Greisy menoleh kanan kiri belakang mencari pria itu.
Namun nihil tidak ada orang di sekitar hutan.
“Siapapun kamu, aku tahu kamu masih berada di sekitar sini. Aku ucapin terimakasih banyak, karena sudah menolongku. Aku harap kita bertemu di lain waktu. Aku masih ingat jelas wajahmu, kamu pria baik hati, terimakasih yah!" teriak Greisy yang didengar oleh Ashton. Ashton tersenyum mendengar penuturan Greisy. Yang digaris bawahi berharap bertemu dilain waktu, itu memang masih bisakah?
“Aku Greisy Hawsia, aku tidak tahu namamu, tapi aku akan memanggil pria baik. Pria baik sekali aku ucapkan terimakasih. Aku keluar, selamat tinggal,” tutur Greisy lagi kemudian keluar dari hutan itu.
“Greisy Hawsia, gadis yang menarik,” gumam Ashton.
Di pemukiman anak-anak KKN beserta warga sedang mencari Greisy. Pukul sembilan pagi tidak ada tanda-tanda munculnya Greisy. Para warga sedang was-was pakah Greisy memasuki area hutan terlarang atau tidak. Sebagian berfikir kemungkinan Greisy tersesat di daerah kampung sehingga tidak tahu arah jalan pulang.
“Greisy!”
“Greisy!"panggil mereka berteriak satu sama lain.
“Greisy kamu dimana?" begitulah teriakan para warga beserta kelima teman-teman Greisy. Masih tidak ada sahutan, mereka masih mencari Greisy di sekitar perkampungan.
“Bagaimana ini pak? Nak Greisy masih belum kita temukan?” tanya salah satu warga
“Iya, saya curiga apakah nak Greisy memasuki hutan terlarang itukah?”tanya satu warga lagi yang merasa curiga dan takut.
Para warga masih bicara satu sama lain takut akan hal itu jika terjadi.
“Tenanglah bapak dan ibu yang ada di sini. Kita lebih baik berfikir positif saja,” tutur pak Hazel menenangkan para warga.
“Ahk, a-aku takut jika Greisy malah memasuki hutan terlarang itu. Memang anak itu bikin susah saja," kesal Valerie.
"Iya betul, siapa tahu di sana dia dimakan sama binatang buas. Ih, mengerikan,” timpal Jois.
“Ih,mama aku mau pulang. Takut di sini,” rengek Valerie.
“Sudah lebih baik kita cari saja, ini bukan saatnya mengeluh,"tutur Garvin yang tidak suka rengekan dari Valerie dan Jois.
“Betul, gak usah terlalu jauh pemikirannya! Dasar perempuan manja," kesal Lily.
“Ya, terserah kita. Tuh temanmu ajah yang susah diatur,” balas Valerie.
“Sudah! Kita bukan saatnya berdebat,kita harus cari Greisy!”sarkas Garvin, Valerie dan Lily diam.
“Lebih baik kita cari nak Greisy di sekitar ladang yang dekat dengan hutan terlarang. Siapa tahu dia di sana,"usul pak Hazel
Para warga menurut saja, karena memang ladang belum disusuri oleh mereka. Garvin dan teman lainnya ikut saja, karena memang mereka belum tahu tempat di desa itu.
Greisy dengan susah payah harus berjalan melewati ladang para warga. Semua hasil pertanian yang dilabui dengan rumput dan pohon-pohonan yang menunjukkan jejak jalan yang diikuti.
Terdengar panggilan yang menyebut namanya, Greisy sadar pasti para warga tengah mencari dirinya. Karena tidak mau warga dan teman-temannya merasa khawatir, secepat mungkin ia cepat berjalan lebih jauh lagi, agar dirasa tidak dicurigai bahwa dirinya baru saja keluar dari hutan.
Setelah dirasa cukup jauh dari hutan, Greisy memutuskan untuk menyahut. “Aku di sini!” teriaknya
“Semuanya aku di sini, dekat ladang!” teriaknya lagi, berusaha menyahut panggilan mereka dari arah yang mulai dekat.
“Eh ada sahutan dari ladang, itu pasti Greisy, ayo kita kesana!” ajak Garvin yakin dengan sahutan Greisy.
“Benar-benar, itu nak Greisy lebih baik kita kesana!" ucap pak Hazel.
Mereka menghampiri sahutan itu, dan benar saja tidak jauh dari penglihatannya, Greisy terlihat dari ladang itu yang entah melakukan apa dirinya di ladang."
“Greisy!! teriak Lily kegirangan, ia berlari dan memeluk Greisy.
“Kamu dari mana ah? Semua panik cariin kamu gak ada di kontrakan.”
Greisy terkekeh dan menggaruk kepalanya. Ia sedikit berpikir tidak mungkin mememberitahu tentang apa yang dilakukan.
“Maaf tadi pagi, aku hanya jala-jalan saja. Eh rupanya gak sadar tahu-tahunya aku udah di sini,” kilah Greisy dengan suara sedikit meyakinkan.
“Astaga Greisy semuanya panik sedari cariin kamu. Lain kali kalau mau pergi ajak satu teman yang lain, biar gak panik ini sekampung,” ujar Garvin yang memang tidak suka dengan tindakan Greisy.
“Tahu nih anak. Gara-gara kamu lihat kita yang kecapean nyariin kamu. Mana belum sarapan lagi, sudah ah aku mau pulang,” sungut Valerie yang memang sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar.
“Eit, tunggu aku Val, aku juga capek!" teriak jois mengejar Valerie
Para warga juga sudah berpulangan atas perintah pak Hazel. Greisy merasa bersalah sudah membuat kegaduhan yang diluar batasnya sendiri. Ia sudah minta maaf dan para warga memaafkannya.
“Nak Greisy, lain kali jangan nekad pergi sendirian. Kalau mau pergi minta izi dulu, agar semuanya tidak khawatir terhadap nak Greisy,” ucap pak Hazel menasehati Greisy.
“Iya pak, lain kali saya bakal minta izin. Sekali lagi saya minta maaf yah pak,”tutur Greisy menyesal.
“Iya sudah, lebih baik kita pulang saja. Mari!"
Merekapun akhirnya pulang tanpa mencurigai Greisy.
Ashton kembali ke rumah megah barkacak warnah putih, untuk memulihkan tenanganya. Ia duduk di lantai teras seraya pikirannya masih berkelana wanita yang telah ditolong. Cukup terkekeh membayangkan wanita tadi, namun entah mengapa hatinya merasa tertarik.
“Greisy wanita unik,” gumamnya masih senyum-senyum sendiri.
“Kemana saja semalam ini kamu putraku?” tanya laki-laki paru baya di belakang memecahkan kesenangan Ashton, dan ada juga wanita paru baya.
“Eh, ayah" Bangkit berdiri menggaruk kepalanya merasa kepergok oleh orang tuanya sendiri. Lalu mencium telapak tangan mereka.
“Jawab pertanyaan ayahmu nak, kamu buat mama khawatir semalam ini.”
“Ashton jalan-jalan cari angin ma. Ayah dan mama nggak usah khawatir sama Ashton,” ujarnya.
Mama mengeleng-gelengkan kepala, melihat putra semata wayangnya yang terbiasa pulang pagi. Kebiasaan habis perang pasti anaknya selalu cari angin, entah angin yang mana yang dicari.
"Lebih baik kamu istirahat. Untuk perlawanan berikutnya kamu harus hati-hati putraku. Jangan terlalu berambisi untuk mengahadapi lawan, karena bagaimanapun kita juga sesama manusia serigala, yang tidak seharusnya saling memusuhi,” ujar ayah menasehati putranya.
Pada dasarnya keluarga Dalbert tidak pernah mencari musuh atau mencari kekuasaan. Melainkan mereka menginginkan kedamaian antar bangsanya, hanya saja masih ada sesamanya yang egois dan tamak. Jika tidak dilawan mereka akan selalu bertindak semaunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments