Langkah kaki yang semakin menjauh dari pemukiman, Greisy yang tidak memikirkan segala resiko malah terus mendekati gerbang hutan. Senter sebagai cahaya yang menemaninya ke hutan. Sepi, sunyi, malam yang pekat dihadiri dengan suara binatang kecil dengan kicauan masing-masing. Tidak gentar sama sekali, Greisy sudah memasuki hutan.
Seperti biasa hawa di hutan panas, tidak seperti di luar gerbang. Pandangannya diedarkan kanan-kiri diikuti dengan senter yang dipegangnya.Tiba-tiba Greisy mendengarkan suara mengaum, dan itu membuatnya terkejut. Perlahan langkah kakinya semakin lambat, rasa takut dan bulu kuduknya berdesir secara cepat. Greisy sedikit kacau berpikir, karena penasaran berani berbuat sejauh ini. Padahal tidak ada urusannya dengan hutan tersebut.
Di rumah Dalbert, Ashton yang tengah tertidur malah tiba-tiba bangun. Matanya terbelalak dan hidungnya menangkap aroma yang berasal dari manusia. Ashton semakin menajamkan indra penciumnya, dan beberapa detik kemudian ia mengingat aroma itu. Ashton menyingkap selimut dengan kasar, bangun berdiri dan melesat keluar dari rumah.
Ashton mengendus aroma itu dengan penciumannya yang tajam mampu menghantarkannya ke aroma tersebut. Hingga aroma itu semakin dekat di dekat gerbang, Ashton yakin dan sedikit berharap bahwa si pemilik aroma lavender itu adalah wanita yang pernah tolong.
Greisy yang sudah menyadari langkahnya sudah jauh dari gerbang, berusaha mencari tempat yang pernah ia singgahi. Gubuk kecil dengan bahan bambu dan Jerami, itu yang dilihat samar saat itu.
Keringat membasahi wajahnya, gerah dan haus. Ingatannya sedikit berputar pada pria baik yang menolongnya. Apakah dirinya berteriak minta tolong, maka pria itu akan datang menolongnya. Pemikiran yang dangkal, disaat Greisy melihat seisi hutan memang tidak ada tanda kehidupan. Bisa saja pria itu memang masuk untuk mencari seseutu, pikirnya.
Greisy semakin tidak berdaya, berharap gubuk itu dapat ditemui. Namun, tidak kunjung di dapatkannya. Greisy sama sekali tidak menyadari seseorang telah mengintainya sedari tadi. Dia adalah Ashton yang melihat dari balik pohon, Ashton sudah mengikutinya sedari tadi.
Ashton dengan wajah senyum smirknya memantau wanita yang pernah hadir dalam mimpinya.
Greisy tidak tahan lagi, energinya telah terkuras habis, perlahan tangannya memegang keningnya yang serasa mau pingsan. Samar sudah pandangannya, kakinya semakin tidak bisa menahan dan melejitnya Ashton datang menangkupnya.
Ashton datang menolong Greisy lagi. Seketika bola mata mereka saling bertemu. Ashton menatap lekat netra coklat Greisy. Greisy malah mengedipkan matanya seperti orang bodoh menatap pria bernetra merah. Sadar seketika Ashton membuang pandangannya, kemudian mengangkat Greisy menuju gubuk.
Ashton menatap ke depan mengikuti jalan, sementara Greisy yang digendong malah asyik memandang wajah pucat, pipi tirus, alis yang melentik, hidung mancung, rahang yang mengerucut, dan jangan lupa bola mata netra merah itu. Greisy seakan terhanyut melihat makhluk ciptaan itu dengan sejuta kekaguman.
Ashton meletakkan wanita itu perlahan di atas bambu yang menguning. Greisy malah tidak menyadari pandangannya masih belum teralihkan dari wajah Ashton.
“Kenapa kamu masuk ke sini lagi ha?" sentak Ashton dengan mata tajamnya. Greisy kaget dengan pertanyaan yang seakan menghunusnya masuk ke jurang.
“Kenapa?” tanya Ashton semakin menajam. Greisy malah bungkam dan memutar bola matanya untuk mencari alasan tepat. Tidak mungkin memberitahu tujuannya yang sebenarnya.
“A-aku cari angin saja. Iya, cari angin. Huh, tadi aku kegerahan, jalan-jalan tidak sengaja masuk sampai ke sini,” jawabnya sedikit gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments