15

Ashton merengkuh erat Greisy yang sudah gemetaran, jujur Ashton takut jika seriga lain menemukan mereka. Greisy kembali keringat dingin, tidak mampu mendengar suara yang mengaum itu selalu bergema di telinganya.

“Jangan takut! Ada aku di sini,” tutur Ashton menenangkan. Greisy malah menggeleng bahwa dirinya sudah ketakutan.

“Tutup matamu sebentar, biarkan aku bergerak untuk melihat situasi!” Ashton membisikkan kata-kata itu pelan. Greisy malah semakin mengencangkan pelukannya, ia tidak setuju jika Ashton bergerak dari tempat itu.

“Dengarkan aku!” Mengangkat dagu Greisy, “ aku tidak pergi, aku hanya ingin mengecoh binatang buas itu. Percaya padaku!" ucapnya yang meyakinkan lagi. Lalu, Greisy akhirnya mengangguk.

Ashton mencoba melepaskan pelukan itu pelan, seraya pandangannya masih terjaga untuk Greisy. Ashton kemudian bangun berdiri, dan mengendus sesuatu yang akan semakin dekat pada mereka.

“Tutup matamu! Tenanglah dan percayaku!" titahnya pada Greisy, dan Greisy pun mengangguk menurut.

Ashton melihat itu mengulum senyum , ternyata wanita ini masih bisa juga takut dikala sudah waktu yang membuatnya bisa berjalan sejauh ini.

“Apakah sudah? Suara mengaum itu masih saja tergiang?" tanya Greisy menunduk ketakutan. Greisy cukup penasaran apa yang akan dilakukan Ashton.

Ashton langsung mengeluarkan kekuatannya untuk membentengi gubuk itu. Tujuannya agar aroma Greisy tidak dapat terendus oleh manusia serigala lainnya. Menunggu beberapa saat, suara mengaum tidak lagi terdengar, pertanda keadaan sudah semakin aman.

Ashton kembali duduk, sengaja tidak memberitahu keadaan sekarang pada Greisy. Biarkan saja, ia menikmati ketakutan Greisy yang cukup lucu menurutnya.

Greisy mengangkat kepalanya tetapi masih setia memejamkan matanya. Suara mengaum itu sudah tidak terdengar lagi, namun orang yang menyuruhnya menutup mata malah tidak ada bersuara.

“Apakah sudah pria baik! Suara mengaum pun tidak kudengar lagi,” pekiknya serasa khawatir. Pria yang dianggapnya baik malah tidak nyahut. Apakah pria itu diterkam sama binatang buas itu? Oh tidak?.

Tidak ada pilihan lagi selain membuka matanya kembali, Greisy perlahan membukanya pelan dan tepat di wajahnya sudah terlihat laki-laki pucat yang tersenyum meledek padanya.

“Ahk, shit. Dasar pria pucat, bisanya buat aku takut!” pekiknya memukul dada Ashton sekuat mungkin.

Ashton tertawa puas melihat ketakutan Greisy tadi. Disaat ada keperluan Greisy malah menyebutnya pria baik, namun disaat mengesalkan malah disebut pria pucat. Dan jangan lupa wajah ketakutan yang dinikmatinya tadi serasa lucu, sudah membuat Greisy panik dan takut.

Ashton sedikit mundur menghindari pelukan, menangkap kedua tangan Greisy. “Makanya gak usah sok berani, kalau ujung-ujungnya takut. Dasar bodoh!” umpat Ashton. Suara halus yang mendayu dari mulut Ashton membuat Greisy berdesir. Pria ini mampu membuatnya tidak berkutik seraya wajahnya dan posisi mereka sangatlah dekat.

“Aku tahu aku ganteng!” pujinya dengan bangga.

Greisy sadar langsung mundur dari Ashton.

“Dasar narsis, anda begitu percaya diri, pria pucat!" cibir Greisy namun dalam hati setuju dengan perkataan Ashton.

Ashton tidak menjawab, lagian wanita ini suka berdebat yang tidak ada habisnya. Kembali ia bersandar dan begitu juga dengan Greisy.

Bersandar, dan berhadapan dengan Greisy.

“Terimakasih, walau aku tidak tahu apa yang kau perbuat tadi,” ucap Greisy tulus.

“Hm,” balasnya.

“Sebentar lagi subuh, kamu pulang dari tempat ini," tutur Ashton.

“Lah kamu juga harus dong, pulang bareng ajah,” ajak Greisy.

Ashton bingung harus jawab apa. Tidak mungkin dirinya menjawab sesuatu yang tidak seharusnya diketahui oleh Greisy.

“Aku ada urusan. Mending kamu tidur saja duluan,” jawab Ashton, berharap Greisy tidak menanyai lagi.

“Ck, kamu sepertinya penuh misteri, menghindar mulu dari pertanyaanku. Siapa kamu sebenarnya, dan mengapa kamu itu juga memasuki hutan. Sementara di desa sudah melarang bahwasanya tidak boleh masuk ke hutan ini,” ucap Greisy sedikit kesal namun terkesan mencurigai.

Ashton terhenyak dengan perkataan Greisy. Bisa dikatakan Greisy memang nekad memasuki hutan ini tanpa diketahui orang desa, Sial, berarti Greisy pasti sedang mencari informasi lebih mendalam lagi terkait hutan ini.

“Aku memang ada urusan, dan namaku adalah,” ragu untuk memeperkenalkan diri.

“Ya, Tuhan. Kamu Namanya siapa? Susah kali. Mau kuberi nama, banci, si pucat, sin arsis, si ....“

“Namaku Ashton,” akhirnya terucap nama panggilannya walau tidak lengkap.

“Oh, Ashton. Gitu dong, itu saja susah, orang namamu bagus kok,” puji Greisy tanpa sadar.

“Oh jelas, orangnya pun tampan,” pancing Ashton.

“Iya tampan,” celutuknya namun langsung membekap mulutnya sendiri. Bodoh, merutuki dirinya sendiri.

Ashton kembali tertawa, memang Greisy unik menurutnya. Hening seketika, namun mereka tidak ada niat untuk tidur sampai subuh. Greisy sempat berpikir mengapa Ashton tidak menayakan namanya, namun teringat ia pernah memberitahu namanya waktu itu di gerbang hutan berteriak hari itu.

Hari sudah subuh, Ashton mengecek situasi daerah hutan, tidak ada yang mencurigakan. Ia perlahan mengangkat tubuh Greisy yang sudah tidur dalam alam mimpinya. Wajah Ashton begitu senang melihat wajah polos itu. Jari jemarinya perlahan mengelus keningnya, perlahan kedua mata indah, pipinya, dan bibir ranum yang terus membuatnya terpesona. Daya pikat yang luar biasa terpancar dari Greisy hingga Ashton malah terpikat dengan Greisy.

Ashton bangun mengangkat Greisy untuk segera ke gerbang hutan. Dengan melesatnya mereka sampai di gerbang hutan. Ashton perlahan menurunkannya di tanah. Dielusnya kembali wajah itu yang membuatnya terpikat. Ashton langsung bersembunyi karena hari sudah semakin terang.

Suara kicau burung dan matahari yang perlahan seisi hutan. Pancaran sinar itu mengena pada wajah Greisy. Greisy perlahan bangun dan memegang kepalanya yang pusing. Bangun berdiri dan melihat dirinya di gerbang hutan.

“ish, dasar pria pucat, ninggalin dan letakin aku di sini. Kan jadi kotor nih badanku,” sungutnya membersihkan pergelangan, kaki dan punggungnya.

“Awas kamu Ashton brengsek, pria pucat, narsis, aku balas suatu hari nanti,” umpatnya berteriak, walau tidak ada respon. “Aku pergi dan tunggu pembalasanku, dasar pria pucat!” pekiknya berjalan kesal keluar dari hutan.

Ashton malah tertawa sinis dengan ucapan Greisy. Ashton yakin pasti Greisy akan datang lagi. Entah mengapa hatinya senang jika Greisy datang lagi.

Sekitar pukul enam pagi Greisy tiba di kontrakan. Terlihat tidak ada kegiatan di kontrakannya. Greisy mengelus-elus dada, pertanda keadaan aman. Teman-temannya masih di alam tidur karena mereka pulang tengah malam, dan kegiatan di ulang tahun pak Hazel begitu cukup menguras tenaga semalam.

Greisy perlahan masuk ke kamar, mendapati Valerie dan Jois yang terlelap tidur yang masih menggunakan pakaian semalam.

Untung semalam Greisy sudah membuat bantal guling diselimuti, agar temannya tahu ia sedang tidur.

Greisy kembali memilih untuk tidur lagi, karena dirinya sangat ngantuk berat.

Siang hari mereka baru bangun dari tidurnya. Seperti biasa aturan yang telah ditetapkan bahwa Valerie dan Jois memasak. Para pria akan melakukan pembersihan kontrakan. Sedangkan Greisy masih sibuk dengan alam mimpinya.

“Hello guys, Lily pulang!” teriaknya sumringah dengan nada cempreng. Lily selama tiga hari ini kembali ke kota untuk bertemu dengan dosen pembimbing mereka. Lily ditunjuk langsung oleh Garvin, melaporkan keadaan mereka selama dua minggu ini. Dan pagi ini, ia kembali utuk melaksanakan KKN kembali.

“Astaga, tidak adakah orang di kontrakan ini? Ya, Tuhan semoga yang mendengarkan teriakanku, semakin tuli, dan yang malas jawab semoga bisu. Amin,” tuturnya memohon yang menyidir pedas.

Sebuah sapu melayang ke bahunya dan itu sudah dipastikan ulah dari temannya. “Aw, pekiknya kesakitan.

“Rasakan! Doamu tentu langsung dijawab dengan sapu melayang. Itu tandanya jangan doa yang tidak-tidak, bodoh!" ucap Felix menghampiri Felix.

“Felix, kamu memang yah-"

“Apa? Suaramu membuat gendang telinga kita pecah. Sana Io beres-beres, jangan ganggu kegiatan kita hari ini,” usirnya seraya melanjutkan kegiatan menyapu.

“Awas lo, gue balas nanti,” tuturnya menarik kopernya menuju kamar.

Sesampai di kamar ia justru disambut Greisy yang baru bangun.

“Astaga, nenek lampir. Lo, baru bangun?” tanyanya kaget luar biasa. Melihat bola mata seperti mata panda.

Greisy masih menguap, rasa kantuk itu masih menghampiri dirinya. Greisy bangun karena perutnya yang sudah demo dari tadi.

“Eh, Grei jawab, lo ngapain ajah semalam?" pekiknya melihat Greisy keluar.

“Begadang,” jawabnya ngasal. “Ck, aneh lo,” cibir Lily.

Greisy berjalan menuju dapur. Kebetulan pas bangun sudah mendapati makanan yang baru dimasak. Tidak segan, Greisy menyedok makanan itu ke piringnya, dan menikmati dengan sendiri tanpa temannya.

“Astaga, lo yah baru bangun langsung makan. Kerja napah sih,” tutur Valerie meletakkan sayur lode yang baru masak.

“Sorry Val, Jo, aku lapar banget. Silahkan kalian makan!" ucapnya.

Valerie dan Jois berdecak kesal. Mereka langsung duduk karena juga kelaparan. Garvin, Felix, dan Lily juga ikut menyusul makan. Tidak ada keributan hanya dentingan sendok makan yang terdengar.

“Bagaimana Li di sana?” tanya Garvin seraya menyodok satu suapan ke mulutnya.

“Aman. Pak dosen suruh kita berhati-hati, dan jangan sikap saja. Kerjakan sesuai program saja," jawabnya santai.

“Baguslah kalau begitu. Kita menunggu dua minggu lagi di sini. Baru bisa kembali ke kota.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!