"Jadi bagaimana perasaan mu saat ini Suami ku?" tanya Zamora.
"Aku baik-baik saja sekarang, tidak perlu mengkhawatirkan aku," ucap Aztron.
"Oh baiklah." angguk Zamora yang tidak ingin terlalu banyak bicara.
Aztron pun turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya yang di bantu oleh Zamora dengan memegang tangannya.
Saat ini yang harus di lakukan adalah mencari informasi bagaimana Dom Hills dan Mega saat ini.
Saat itu terlihat mertua yang bernama Zila dan Kakak iparnya, Ziza yang sedang menonton TV.
Saat itu mereka sedang menonton sebuah berita besar.
Tentang kematian Panglima Perang yang sangat di hormat itu mati di Medan perang.
Suasana sangat menyedihkan, semua orang mengantar kepergian dan memberi penghormatan terakhir untuknya.
Terlihat 2 orang sedang berdiri menangis yang membuat hati Aztron marah dan penuh dendam melihat wajah pengkhianat itu pura-pura menangis.
Mega bersimpuh di malam Kingztron sambil memegang batu pusaranya.
"Suami ku yang tercinta, selamat jalan. Selamat jalan untuk selama-lamanya, aku benar-benar tidak menyangka kau pergi begitu saja dengan membawa nama yang terhormat hingga kau mati. Jasa mu akan di kenang selalu dan abadi di hati semua orang. Semoga kau damai di sana, aku sudah ikhlas menerima kepergian mu. Kau adalah pahlawan," ucap Mega sesenggukan.
Aztron menggenggam tangannya erat saat melihat berita di TV tersebut.
"Ya, saya mewakili sebagai kakak kandungnya ingin meminta maaf sebesar-besarnya atas kesalahan yang pernah ia lakukan semasa hidupnya," ucap Dom Hills.
"Sial! Dia bilang aku pernah melakukan kesalahan demi untuk menutupi kesalahannya dengan cara menjelekkan aku?! Aku tidak akan melepaskan mu Dom Hills dan Mega!" ucap Aztron gusar.
Dan saat itu juga, jabatan Panglima Perang di berikan kepada Dom Hills, berhubungan Kingztron Hills gugur, sebagai penggantinya Dom Hills mendapatkan jabatan itu. Karena Dom Hills juga ikut berperang.
"Dom Hills, aku sengaja memberikan jabatan ini di makam Kingztron Hills karena aku yakin jika Kingztron Hills sangat bangga kepada mu dan jika dia punya sisa nafas terakhir ia pasti setuju dengan keputusan ku ini. Tolong jaga amanat panglima perang ini untuk Kingztron Hills sebagai tanda penghormatan terakhirnya," ucap kepala Negara tersebut sambil menepuk pundak Dom Hills tersenyum.
Semua prajurit hormat sebagai tanda jika mereka akan mengikuti keputusan kepala Negara.
"Terima kasih kepada Negara, amanah ini akan ku genggam dengan tangan ku hingga sampai darah terakhir sekali pun atas pengorbanan adikku yang tercinta. Aku bersumpah seumur hidupku tidak akan mengkhianatinya," tegas Dom Hills menggenggam erat tangannya dan mengangkat tangannya ke atas.
Dom Hills melihat ke arah Mega yang saat itu matanya sembab, Mega membalas senyuman Dom.
Mereka memang tersenyum haru, tapi sekilas mereka tersenyum licik dan Aztron menyadarinya.
Zamora tidak mengerti kenapa suaminya terlihat gusar saat melihat berita itu.
"Suami ku, mari kita makan, kau pasti lapar kan?" Tanya Zamora.
Mendengar suara Zamora, Zila dan Zezi melihat ke arahnya.
"Oh, sudah bisa keluar dari kamar rupanya ya? Sekarang kau pergi sana ke dapur, banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan!" perintah Zila Mama Zamora sambil bercekak pinggang.
"Tolong Mama, jangan suruh Aztron bekerja, dia baru saja ...."
Aztron menghalangi Zamora dan maju ke depan.
"Itu bukan pekerjaan ku, tapi pekerjaan kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian semena-mena terhadapku mulai hari ini, tidak akan pernah!" tukas Aztron tegas.
"Heh! Kau berani menjawab rupanya? Sudah pandai melawan? sepertinya kau tidak mati dan malah makin berani. Kau minta di pukul ya!" ucap Zila geram dan ia mendatangi Aztron dan mengangkat tangannya memukul ke arah Aztron.
"Mama jangan!" teriak Zamora ingin melindungi Aztron karena selama ini memang ia adalah pelindung bagi Aztron.
Tapi Aztron refleks menarik tangan Zamora agar ia tetap di belakang.
Aztron menangkap tangan Zila dan menggenggamnya erat.
"Aduh! Aduh! Aduh sakit! Lepaskan!" teriak Zila Kesakitan.
"Hey lepasin Mama!" teriak Zezi yang juga ingin memukul Aztron.
Aztron menendang perut Zezi hingga ia jatuh ke lantai.
"Dengar! Aku tidak akan berbaik hati pada orang yang sudah menyakiti ku! Aku tidak akan melepaskannya termasuk keluarga ku sendiri karena mereka sudah menyakiti ku! Aku akan buat kalian sengsara dengan ulah kalian sendiri!" ucap Aztron geram dan terus menggenggam tangan Zila.
Zila benar-benar kesakitan, rasanya tulang jarinya seperti di remukkan oleh Aztron.
"Sialan! Kau ingin mematahkan tangan ku! Cepat lepaskan!" pekik Zila.
Aztron menarik tangan Zila lalu mendorongnya dengan kuat hingga kepalanya membentur sofa.
Duakkkkkk!
"Akhhhhhhhhh!" teriak Zila merasakan sakit di kepalanya dan matanya mulai kunang-kunang.
"Mama!" teriak Zezi bangun dan berlari dan menghampiri Zila.
"Bawa aku ke keluarga ku! Aku ingin melihat tikus-tikus itu bagaimana mereka saat ini sedang tertawa," ucap Aztron kepada Zamora.
"Tapi kan kamu baru saja bangun, bagaimana jika nanti mereka melukai mu," ucap Zamora khawatir.
"Tidak apa-apa, aku sudah sembuh. Mereka tidak akan bisa melukai ku," jawab Aztron dengan mata yang penuh keyakinan.
"Baik, apa pun yang terjadi pada mu, aku akan melindungi mu," ucap Zamora menguatkan dirinya meski ia tahu jika mereka mencari maut.
Baru saja ingin beranjak, tiba-tiba saja terdengar langkah kaki beberapa orang masuk ke dalam rumah tanpa permisi.
"Di mana calon tunangan ku, aku ingin menjemputnya?" Tanya seorang pria datang dengan langkah lebar.
"Tuan Azon, selamat datang," ucap Zezi yang langsung berdiri dan membungkukkan badannya memberi hormat.
"Oh, kau sudah bangun rupanya? Kenapa tidak mati?" Tanya Azon kini berdiri yang berhadapan langsung dengan Aztron.
"Jika aku mati maka kau bisa semena-mena atas wasiat Papa," jawab Aztron dengan beraninya.
Azon menekuk alisnya merasa aneh dengan ucapan Aztron yang sudah beberapa tahun ini tiba-tiba berubah.
Biasanya ia hanya bisa bersembunyi di belakang Zamora dan ketakutan seperti anak kecil.
Tapi tidak saat ini, dari matanya memancarkan kepercayaan diri dan ketegasan yang sudah lama tidak ia lihat.
"Oh, kau berani bicara seperti itu pada ku rupanya? Dengar! Aku ke sini untuk menjemput tunangan ku, dan kau akan melihat acara bahagia kami dalam keadaan terluka! Cepat pukul dia sampai kembali idiot lagi!" perintah Azon.
Pengawal itu ingin menarik tangan Zamora, tapi di halangi oleh Aztron.
"Jika kalian berani menyentuhnya maka kau akan mati!" seru Aztron membelalakkan matanya.
"Usah pedulikan dia, cepat bawa Zamora pergi dan pukul dia hingga tersisa nafas terakhir untuk melihat acara ku nanti!" titah Azon lagi.
Pengawal itu pun ingin mengambil Zamora lagi, dengan cepat tangan Aztron menarik tangan pengawal itu memutarnya lalu menghempaskan ke lantai.
Bruukkk!
"Akhhhhhhhhh!" pengawal itu merasakan sakit yang luar biasa di punggungnya.
Pengawal yang lain juga datang menyerangnya langsung, Aztron tak membuang waktu, ia pun menghabisi para pengawal itu sekali tendangan.
Mereka terjatuh dan Aztron memukul mereka hingga babak belur.
Azon terbelalak melihat Pengawalnya di pukul dengan cepat.
"Kau ... Kau ...." Azon menujuk ke arah Aztron dengan membelalakkan matanya.
"Sekarang giliran kamu lagi! Katakan kau ingin di pukul bagian mana?" tanya Aztron berjalan mendekati Azon.
Sedangkan Azon ketakutan dan mundur kebelakang.
"Kau jangan mendekat! Atau kau akan ku tembak!" teriak Azon mengambil senjata apinya dari balik bajunya dan menodong ke arah Aztron.
Aztron tetap mendekat lalu memegang senjata yang di pegang oleh Azon lalu menarik pelatuknya.
"Heh! Ini adalah mainan ku, kau bahkan tidak mengisi pelurunya," ucap Aztron tersenyum sinis lalu mengambil senjata api itu dan meremukkannya.
Azon bertambah terbelalak, terkejut dan panik.
Tanpa pikir panjang lagi, Aztron menarik tangan Azon lalu memukul wajahnya.
Bukkk!
Pukulan yang sangat keras itu membuat giginya copot dan ia terjatuh kelantai.
"Kau ... Kau akan menerima akibatnya, karena Kakak besar tidak akan melepaskan mu! Dia ... sudah pernah membuat mu idiot, berarti dia juga bisa membuat kau idiot lagi!" ucap Azon kesakitan sambil memegang mulutnya.
Aztron hanya menatapnya sekilas. Sepertinya Kakak besar yang di sebut Azon itu bukan orang biasa, mungkin ia harus punya kekuatan yang lebih kuat lagi untuk menghadapinya.
"Ayo kita pergi, aku ingin melihat seperti apa Kakak besar itu," ucap Aztron dengan tatapan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Al^Grizzly🐨
Maaf Kepala Negara itu hanya jabatan..dan bukan panggilan kepada orang...harusnya di panggil pak Presiden atau Pak Perdana Mentri...tidak ada Pemimpin sebuah Negara di panggil Kepala Negara...Terasa aneh dengar Panggilan Kepala Negara.
2024-07-12
0
Lumayan seru
2024-06-21
0
Jimmy Avolution
gaskeun
2024-06-17
0