Senior itu mendandani Cheva layaknya seorang badut. Pipi Cheva dipakaikan lipstik merah membentuk lingkaran. dan bibir juga diwarnai merah membentuk hati dibagian depan. Cheva tidak memberontak meskipun kini kedua tangannya telah mengepal dengan keras disamping pinggang karena kesal. Wajahnya pun kini terlihat dingin dan kesal. Cheva tahu meskipun dia melawannya sekarang itu akan buruk kedepannya, terlebih ini adalah hari pertanya masuk sekolah. Artinya perjalanannya disekolah ini masih sangat panjang, dan Cheva tidak ingin membuat keributan
" Benarkan kamu terlihat sangat cantik, pakailah ini dan minta tanda tangan senior Diaz! Bukankah kamu penggemarnya? "
Senior itu memakaikan Cheva sebuah kardus kecil yang diberi tali dan dikalungkan pada leher Cheva bertuliskan " Aku gadis paling cantik dan aku sangat mengagumi senior tampan "
Cheva berjalan meninggalkan kerumunan dilapangan dan mencari ruang kelas Diaz
" Maaf kak, permisi. Apa kakak tahu dimana kelas kak Diaz? "
Tanya Cheva pada beberapa senior wanita yang sedang berkumpul
" Lihatlah ada badut dari mana ini? Waah ternyata penggemar kak Diaz cantik banget ya, dan ga punya malu "
Bukannya mendapatkan jawaban, Cheva justru malah di ejek oleh mereka
" Maaf kak, kakak bisa memberitahu kelasnya kak Diaz atau tidak? JIka memang tidka bisa, maka saya bisa bertanya pada orang lain. Permisi "
Cheva yang memang sudah kesal dengan perlakuan para seniornya, tidak lagi menahan marah. Dia berkata dengan sinis kepada para senior
" Eh dasar anak baru tidak tahu diri. Bagaimana bisa kamu bicara tidak sopan seperti itu pada seniormu? "
Siswi yang mengejek Cheva berteriak padanya, namun Cheva tidak mempedulikan dia dan kembali mencari kelas Diaz. Dia tetap berjalan melewati para siswa meskipun semua menertawakannya
" Permisi, apa kakak tahu dimana kelas senior Diaz? "
Tanya Cheva dengan datar, karena sudah kesal
" Itu, kelas sebelah "
Jawabnya dengan tangan menunjuk, pandangan Cheva mengikuti arah telunjuknya
" Terimakasih kak "
Dia pun kembali berjalan ke kelas satunya lagi, yang katanya kelas Diaz.Cheva berdiri di dekat pintu dan memperhatikan ke dalam kelas. Terlihat Diaz dan Lian sedang berbincang dikursi.
" Lihatlah ada gadis paling cantik seperti badut yang berkunjung kekelas kita! "
Kata salah seorang teman sekelas Diaz yang melihat Cheva, ruang kelas Diaz seketika menjadi ribut. Diaz dan Lian pun menoleh kearah pintu. Betapa terkejutnya Diaz ketika melihat adik sepupu yang sudah seperti adiknya sendiri berpenampilan buruk dengan wajah kesal yang terlihat jelas.
Diaz segera berdiri dan mendekati Cheva, kini terlihat juga raut muka yang kesal diwajah Diaz. Diaz menarik tangan Cheva ketempat sepi. Lian mengernyitkan dahi melihat sikap Diaz yang tidak seperti biasanya
" Sepertinya ada sesuatu diantara mereka "
Gumam Lian ketika melihat Diaz mendekati Cheva dengan tergesa - gesa
" Kenapa penampilan kamu seperti ini, Cheva? "
Tanya Diaz ketika telah berdua dengan Cheva, dia memperhatikan wajah Cheva dan tulisan yang ada di dadanya
" Ini ulah salah satu senior wanita yang menjadi panitia. Cheva yakin kalau dia salah satu penggemarnya kak Diaz, jika tidak, mana mungkin dia melakukan ini hanya padaku saja? Haah,, seharusnya aku mengikuti saran papi saja untuk tidak bersekolah disekoah yang sama dengan kak Diaz. Menyebalkan, padahal ini hari pertamaku. Sepertinya aku akan sangat kesulitan sebelum kakak lulus sekolah dari sini "
Cheva mengeluh dan menghela napas kasar
" Berhentilah mengeluh! Untuk apa kamu datang kemari? "
Tanya Diaz dengan lembut pada Cheva
" Ini. aku butuh tanda tangan kakak. Dia menyuruhku untuk meminta tanda tangan kakak! Entah apalagi yang akan mereka lakukan padaku? Sepertinya aku mengerti bagaimana kesalnya mami dulu saat harus satu sekolah dengan om Biru. Eh tidak, aku dan mami berbeda nasib, jika mami harus jadi perantara untuk para gadis mendekati om, maka aku menjadi saingan mereka dalam mendekati kak Diaz. tetap saja keduanya menyebalkan "
Diaz hanya tersenyum dengan tingkah Cheva, dia meraih kertas dan balpoin yang diberikan Cheva lalu memberinya tanda tangan
" Ini, sudah. Ayo, biar aku antar ke lapangan! lagi pula belum ada guru yang mulai mengajar "
Ajak Diaz dengan meraih tangan Cheva
" Tidak kak, aku bisa mati sebelum tiba dilapangan jika berjalan bersama dengan kak Diaz. Tatapan mereka padaku seperti malaikat pencabut nyawa yang bisa membunuhku kapan saja. Rasnya ingin ku congkel saat itu juga matanya. Tapi,,, bagus juga sepertinya. Karena aku bisa belajar bersenang - senang, seperti yang kulihat dari mami "
Cheva tersenyum ceria saat mengatakannya
" Belum saatnya untuk kita melakukan itu! Kita masih anak sekolah yang belum bisa mengambil tindakan apa - apa. kamu jangan membuat ulah! "
Nasehat Diaz pada Cheva
" Kakak tenang saja, aku tidak akan membuat ulah. Aku hanya akan jadi anak baik yang serius belajar dan mencari teman "
Jawab Cheva dengan senyum
" Kalau begitu sebaiknya kamu kembali sekarang! "
" Ya aku harus kembali kelapangan sebelum aku dihukum mati. Apa kakak tidak bisa menghukum mati mereka lebih dulu? "
Tanya Cheva dengan mendekatkan wajahnya pada Diaz
" Kamu terlalu banyak nonton televisi. Pikiran mu sudah tercemar! "
" Aww! Sakit kak "
Diaz menyentil kening Cheva hingga dia kesakitan
" Ya sudahlah aku kembali dulu, sampai nanti kak "
Cheva berjalan meninggalkan Diaz sendiri, namun tak lama Diaz juga berjalan menuju lapangan
" Ini kak tanda tangannya "
Cheva memberikan kertas tanda tangan Diaz pada senior yang mengerjainya
" Waah ternyata kamu bekerja keras juga ya untuk dapat tanda tangan ini. Benar - benar tidak tahu malu. Karena kamu berani pada senior Diaz, kenapa tidak sekalian pada senior Lian? Sekalian kamu berlutut di didepan kelasnya dan menyatakan cinta padanya "
Kata senior itu dengan sinis
" Saya sudah melakukan apa yang kakak perintahkan. kenapa saya juga harus kembali kesana dan berlutut sedangkan yang lain telah di izinkan istirahat? "
Protes Cheva kepada senior itu
" kamu berani melawan saya ya. Saya ini senior kamu dan juga panitia disini. Saya bisa memerintahkan anak baru apa saja! "
Jawab senior yang mulai kesal
" Ini diskriminasi namanya. Kakak hanya meminta saya saja yang melakukannya sedangkan yang lain tidak. Saya rasa kakak memiliki masalah pribadi dengan saya? "
Tanya Cheva dengan dengan nada sinis dan senyum tipis
" kamu ini sombong ya. berani - beraninya melawan senior! "
Senior itu dan Cheva kini menjadi pusat perhatian. Diaz memperhatikan dengan bersandar pada sebuah tiang dan tangan yang dilipat di dada
" Saya tidak akan melawan jika seniornya adil dan tidak diskriminatif, sedangkan senior dihadapan saya hanya berani menggunakan kekuasaannya untuk menindas saya "
" Apa katamu? "
Senior itu sudah mengangkat sebelah tangannya hendak menampar Cheva namun
tiba - tiba
" Sharena! Jika kamu berani menyakitinya, maka kamu akan berurusan denganku! Sudah kubilang tidak ada kekerasan dalam penerimaan siswa Baru "
* Jangan lupa like\, vote dan komentarnya *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 442 Episodes
Comments
Nimranah AB
Diaz
2021-02-11
1
✰͜͡v᭄pit_hiats
ahh da ges te aneh... jd hayang maledog..👡👡👡👡🙄🙄🙄
2021-01-04
10
Alya Jambu
next
2020-12-30
1