Bab 16 - Kejadian Tepi Sungai

...Bab 16 - Kejadian Tepi Sungai ...

...********...

Di kediaman keluarga Prayoga, Dita sedang memanaskan kuah kari ayam untuk keluarganya.

“Bun, Yanda bawa tempe mendoan, nih. Tadi habis lewat Jalan Pramuka yang jual tempe mendoan enak itu.” 

Sang suami tercinta datang membawa satu kotak kardus berisi tempe mendoan. Anan mengecup pipi Dita yang tengah mengaduk sayur dalam panci tersebut.

“Wah, enak banget pastinya. Makasih ya, Yanda.” Dita memeluk Anan sekilas lalu menyiapkan cemilan yang dibawa suaminya ke atas piring keramik putih. 

Saat meletakkan ke atas meja, cucu cantiknya muncul seraya menarik ikatan sosok pocong anak kecil di tangannya.

“Akek, Atu unya ainan balu.” 

Celoteh putri cantik Dita dan Arya yang memamerkan mainan barunya itu. Jalannya masih tertatih dan kadang terjatuh sampai bokongnya mendarat di atas kepala pocong tadi.

“Astaghfirullah, nemu di mana si Ratu pocong kecil begini?” pekik Dita.

Anan hanya bisa menggeleng seraya menepuk dahinya. Ada saja kelakuan aneh yang selalu dibuat cucu pertamanya itu.

“Ya Allah, Ratuuuuu… Bunda kan tadi bilang jangan ditarik begitu? Lagian kenapa ini pocong ngikutin aja, sih?” Anta segera menarik pocong kecil itu dari tangan putrinya yang jelas saja mengelak.

Dita segera menggendong Ratu. 

“Kamu suruh dia pergi, Nta!” pinta Dita pada putrinya.

“Anta juga maunya begitu, tapi ini pocong malah demen kayaknya jadi mainannya Ratu.” Anta lantas membopong sosok pocong kecil tersebut ke luar rumah.

“Danan, Unda… ainan Atu itu!” pekik Ratu seraya menangis.

“Nanti Nenek beliin mainan baru boneka yang besar,” ucap Dita.

“Kalau perlu boneka pocong,” sahut Anan.

“Hush, ini apa lagi si kakek malah bilang gitu.” Dita melirik gemas ke arah Anan.

“Ya biar aja, Nda. Masih mending cuma boneka pocong dari pada mainannya beneran pocong kayak tadi, hayo?” Anan mengacak-acak gemas rambut Ratu.

Anta kembali dari luar rumah, ia lantas mencuci tangannya di wastafel sudut dapur.

“Itu pocong cari orang tuanya, Bun. Dia kayaknya masih balita, deh. Terus gentayangan eh ketemu kita tadi pas lagi jajan cilok dekat sekolah,” kata Anta yang duduk manis menyantap tempe mendoan di meja.

Dita meletakkan Ratu di kursi bayi dan memberikannya cemilan pisang dan stroberi disertai susu. Membuat gadis kecil itu akhirnya mau terdiam dan sibuk menyantap makanannya dengan lahap.

“Terus kamu tahu orang tuanya?” tanya Anan.

“Kepsek sekolah itu, Yanda. Anak itu dijadiin tumbal proyek gitu. Kejam, ya. Semoga cepat dapat azab dia itu,” ucap Anta.

“Kamu ke manain pocong anak tadi?” tanya Dita yang menyiapkan menu makan malam untuk Anan. 

“Ditaruh di mobil terus dijagain Tante Silla. Besok mau Anta balikin ke sekolah dan ungkap kebenaran tentang kepsek itu. Itu juga kalau si Jin bisa cari bukti tentang kejahatan kepsek itu,” kata Anta.

Tiba-tiba, Anta dan Dita merasakan dada kiri mereka sakit. Jantung mereka berdenyut kencang. Keduanya langsung mengeluh dan memegangi dada kiri mereka, bahkan mencengkeramnya juga.

“Kalian pada kenapa?” tanya Anan mulai panik.

“Telepon Raja, Dira, dan Adam. Cari tahu di antara mereka yang sedang dalam bahaya. Cepat, Yanda!” pinta Dita.

Anta lantas berpegangan pada tangan Dita. Keduanya memusatkan pikiran dan mengumpulkan energi dari titisan sang Ratu Kencana Ungu untuk menolong keluarga mereka yang sedang dalam bahaya.

...***...

Sementara itu, di tepi sungai tempat Adam berada. Mata gadis di hadapan pemuda itu terlihat melotot menatapnya. Ia melayang menuju ke permukaan tanah tempat Adam berpijak. Kedua tangan gadis itu terulur dan tertuju ke arah leher pemuda itu. Ratu mulai mencekik Adam.

“Ratu! Sadarlah, Tu!” pekik Adam mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Ratu.

Tubuh Adam mulai mengeluarkan cahaya ungu yang berpendar. Pemuda itu merasakan ada kekuatan yang bertambah di dirinya. Ia berhasil melepaskan cengkraman tangan Ratu dan memegangnya erat. 

Gadis itu mulai berteriak. Menunjukkan rasa kesakitan yang teramat. Adam dengan kuat memegangi tangan Ratu untuk menahannya. Sampai akhirnya, gadis itu jatuh ke pelukan Adam karena tak sadarkan diri kemudian. 

Tak jauh dari tempat Adam berada, ia melihat sebuah gubuk yang pintunya terbuka. Suara kerumunan orang tampak terdengar dari dalamnya. Persis seperti suara orang-orang yang lalu lalang di pasar malam. 

“Sepertinya itu jalan keluar,” gumam Adam. 

Pemuda itu lantas membopong Ratu menuju ke dalam gubuk tersebut. Sosok kerdil yang terlihat seolah hanya berupa siluet itu, tengah berdiri di atas jembatan menatap kepergian Adam dan Ratu. Ia tak dapat menahan pemuda tersebut untuk tetap berada di alamnya dan dimusnahkan.

Benar saja dugaan Adam, ia kembali ke wilayah pasar malam dan berada di samping toilet. Beberapa orang yang melihat Adam membopong Ratu di tangannya, tampak heran dan bergunjing.

“A-apa, apa yang terjadi denganku?” 

Suara Ratu lirih terdengar ketika ia sudah terjaga. Adam segera memposisikan tubuh Ratu untuk berdiri tegak.

“Anu, tadi elu pingsan. Kayaknya elu kecapean deh,” jawab Adam.

“Tapi, tadi kayaknya aku ada di sungai. Terus aku lihat banyak anak-anak dengan kondisi menyeramkan,” kata Ratu.

“Itu khayalan elu aja kali pas pingsan,” ucap Adam berbohong.

Adam memilih untuk tak menceritakan kebenaran pada Ratu. Ia takut gadis itu akan ketakutan dan berlebihan memikirkan kejadian sebelumnya. Apalagi mereka baru saja berada di alam gaib. Alam tempat makhluk kerdil itu berada. 

“Non Ratu, Mas Adam! Yeeee dicari dari tadi taunya pada mojok di situ!” 

Siti yang tengah berada bersama Adit, Sule, dan Sari, berseru memanggil. Di belakangnya ada Karyo yang berjalan menyusul seraya memegang kacang rebus dan melahapnya. Adam mengernyit memerhatikan ke arah Karyo yang seolah tak terjadi apa-apa.

“Dam, jangan ceritain kalau aku pingsan, ya?” pinta Ratu.

Adam menjawab dengan anggukan.

“Kita tadi lagi ngobrol bentar,” sahut Adam.

“Ngobrolin apa?” Sari menatap tajam ke arah Ratu.

“Jangan kepo, Non, sama urusan orang lain!” ucap Siti seraya menahan tawa

“Ih, siapa kamu berani berani marahin aku?! Sari berkacak pinggang di hadapan Siti.

“Aku Siti, Non. Pake tanya lagi, hihihi.” Siti sukses membuat Ratu menyunggingkan senyum manisnya. 

Adam melirik ke arah gadis itu yang baru saja menularkan senyum ke wajahnya.

“Eh, pulang aja, yuk! Pertunjukkan kuda lumpingnya juga udah habis. Jadi, kita pulang aja, yuk!” ajak Adit.

“Halah, bilang aja elu takut gara-gara tadi hampir dijadiin percobaan, kan?” ledek Sule.

“Lah iya jelas dong gue takut. Masa gue mau dihipnotis terus disuruh makan beling. Kalau gue kebablasan terus jadi doyan nyemilin beling, apa kabar kondisi gigi sama mulut gue? Hidih, amit-amit!” seru Adit.

“Tapi lucu tau, Mas, kali aja bisa diet pake beling,” ledek Siti.

“Hush, ngawur kamu! Aku nikahin juga nih!” Adit mencubit ujung siku kiri Siti.

“Hidih, maaf-maaf ya Mas Adit. Siti masih mau berkarir dulu,” elaknya.

“Emang karir kamu apaan yang mau kamu seriusin?” tanya Adit.

“Ya, pembantu profesional, hahaha!” Siti tertawa sendirian.

Gadis itu menyadari kalau hanya dia yang baru saja merasa lucu sendiri. Semua menatapnya garing. Namun, Adit yang jatuh hati pada Siti langsung tertawa menimpali.

“Gue jijik denger aku kamu kalian berdua!” Sule lantas melangkah menuju mobilnya.

Adit dan yang lainnya menyusul kemudian. Namun, Adam sengaja berjalan mensejajarkan diri dengan Karyo.

“Ada apa, Dam? Kok, ngeliatin saya kayak gitu?” tanya Karyo.

...*******...

...To be continued ...

Terpopuler

Comments

It's Bri

It's Bri

update thor

2024-06-05

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

lanjut

2024-06-03

0

Tini Timmy

Tini Timmy

semangat nulis kk/Smile/

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!