Bab 12 - Ruang Bawah Tanah

...Bab 12 - Ruang Bawah Tanah...

...***********...

“Dut, ayo ambil selang buat infus di atas lemari itu!”

Sule yang belum menyadari kalau sosok di sampingnya itu bukan Adit sesungguhnya, menarik tangan Adit memasuki sebuah ruangan.

“Nanti kan di Adam nggak koar-koar nyuruh ini itu. Gue udah inisiatif buat ambil selang infus ini. Lumayan kan masih pada segel,” gumam Sule.

Pemuda itu pun memerintahkan sosok Adit untuk mengambil kursi yang akan dia gunakan sebagai pijakan karena lemari setinggi satu koma delapan meter itu tak bisa ia gapai.

“Elu ambil kotak kasa sebelah sana, kali aja nanti kita butuh!” pinta Sule pada Adit yang mengangguk.

Sule menaiki kursi, ada beberapa selang infus di atas lemari yang masih tersusun rapi. Ia lalu meminta bantuan sosok Adit tadi.

“Kesiniin tangan elu, Dut! Bantuin gue! Banyak juga ini kotak selangnya!” seru Sule.

Tiba-tiba di hadapan wajahnya terulur ujung siku sebuah tangan yang masih meneteskan darah. Tubuh Sule lantas gemetar. Ia mengamati potongan tangan kanan itu sekali lagi. Lalu menoleh pada sosok Adit yang tengah meringis tersenyum padanya. Sule baru menyadari kalau sosok itu sangat pucat dan pastinya bukan manusia.

“Ma-maksud gue, bu-bukan tangan kayak gini,” ucap Sule gemetar.

Perlahan ia turun dari kursinya. Melangkah mundur menuju pintu masuk ruangan tadi. Sekilas ditatapnya sosok yang menyerupai Adit yang masing mengulurkan potongan tangan ke padanya.

“Tadi katanya butuh tangan, nih!” ucap hantu itu.

“Nggak, nggak usah! Buat kamu aja! Huaaaaaaaaaa!” Sule langsung berlari dengan kencang menuju ke tempat Adam berada.

Adam yang hampir saja keluar ruangan menuju mobil, malah tertabrak Sule dan Adit yang berlari sambil berteriak. Pardi yang sudah berada di bagian belakang mobil langsung menoleh heran.

“Elo pada kenapa pagi-pagi udah teriak begitu?!” seru Adam.

“Salahin aja noh si hantu! Pagi-pagi gini udah gangguin gue aja. Mana dia mirip banget sama si Endut!" Sule menunjuk Adit.

"Terus gue dikasih tangan buntung. Gimana gue nggak shock!” lanjut Sule dengan nada tersengal-sengal berburu oksigen.

“Gue juga digangguin anak genderuwo tau! Lagian elu kan gue suruh jaga depan WC, kenapa pergi?!” Adit menepuk bahu Sule dengan kesal.

“Lah, gue pikir elu udah kelar. Terus gue ajak aja ambil selang infus di sana.” Sule gantian menepuk bahu Adit.

Terjadilah adegan saling memukul bahu sembari meracau saling menyalahkan.

“Eh, udah udah udah! Ngapain pada ribut begini, sih? Buruan lah bantu gue beberes terus kita cabut dari sini!” pinta Adam.

Sule dan Adit menghentikan aksi mereka. Menatap Adam dengan kompak.

“Iya, Dam. Gue juga takut lama-lama di sini,” sahut Adit.

“Kayaknya ini tempat harus diruqyah dulu. Atau kita bikin pengajian,” ucap Sule.

“Gue setuju, nanti malam kita bikin pengajian kecil di sini,” kata Adam.

“Ta-tapi, masa malam ini juga, Dam?” Sule saling bertatapan cemas dengan Adit.

Adam tak peduli dengan tanggapan kedua kawannya. Ia hanya melayangkan senyum pada keduanya. Sesekali melirik penampakan hantu yang menyerupai Adit tadi telah mengubah diri menjadi wujud aslinya. Bentuknya seperti kera berwajah manusia. Mungkin saja sosok itu memang siluman kera penunggu hutan belakang puskesmas, yang dapat mengubah wujudnya seperti manusia.

...***...

Sore itu, Ratu baru saja mengunjungi makam ayah dan ibunya. Dia juga menanam bunga di atas makam orang tuanya. Saat hendak menuju rumah utama, Ratu melihat Mira melangkah menuju rumah belakang. Rumah yang pernah digunakan untuk mengkafani ayahnya.

“Pak, Bu, Ratu balik dulu ya,” lirihnya sebelum meninggalkan makam.

Rasa penasaran membuatnya kedua kaki jenjangnya memilih mengikuti Mira. Namun, sosok wanita itu tak memasuki rumah tersebut, dia malah melangkah menuju ke bagian belakang. Sebuah pintu kayu berukuran 2 x 1 meter, yang dia tarik dari permukaan tanah da ditutupi rumput, mulai terbuka ke atas.

“Apa ada ruang bawah tanah di sana?” gumam Ratu.

Gadis itu masih bersembunyi dan memilih menunggu sampai Mira keluar. Dengan sabar, ia bersembunyi di balik sebuah pohon asem dekat rumah tersebut. Hampir lima belas menit berlalu, akhirnya Mira keluar dari lubang itu. Setelah dirasa aman dan melihat Mira sudah pergi menjauh pergi ke rumah utama, Ratu menuju pintu bawah tanah tadi. Namun sayangnya, pintu itu terkunci.

“Duh, gimana buka pintu ini?” Ratu mencoba menarik sekuat tenaga.

Sampai akhirnya gadis itu menyerah. Dia akan meminta bantuan Siti untuk mencarikan alat dan membuka ruang bawah tanah tersebut. Itu juga kalau Siti mau melakukan perintahnya, begitu batin Ratu. Namun, terdengar suara klik dari dalam ruang bawah tanah tersebut.

“Apa itu, ya?” Ratu memastikan lagi pendengarannya.

Ia yakin kalau ada suara dari bawah pintu itu seolah ada yang membukanya dari dalam. Dan benar saja, perlahan pintu itu terbuka ke atas sedikit. Ratu sempat takut kala mengintip dan memastikan siapa yang membuka pintu itu. Akan tetapi, tak ada siapa pun dia jumpai. Gadis itu lantas memberanikan diri untuk masuk ke dalamnya setelah memastikan tidak ada seorang pun di sekitar rumah itu.

“Assalamualaikum, permisi numpang-numpang anaknya Pak Hadi mau masuk,” lirihnya.

Terdapat anak tangga menuju ke bagian bawah. Gadis itu mengernyit seolah pernah berada di tempat seperti itu sebelumnya.

“Apa iya aku pernah berada di sini? Ah, rasanya nggak mungkin.”

Ratu terus melangkah menapaki lantai kayu yang lembab itu. Hawa pengap dan menyesakkan menusuk ke rongga dadanya. Ada empat ruangan yang tertutup sampai Ratu tiba di sebuah ujung koridor yang ia lalui. Ruangan itu terbuka, bau anyir amis menyeruak.

Tiba-tiba, sebuah guci terjatuh dari meja. Kepulan asap membumbung dari dalamnya. Tampak sosok yang Ratu kenal, Hadinata Praditha. Gadis itu sampai mengucek kedua matanya berkali-kali untuk memastikan kalau apa yang dia lihat benar adanya.

“Pak Hadi?”

Ratu mencoba mendekat.

Sosok bayangan itu tersenyum. Kedua tangannya dia ulurkan seolah menyambut Ratu ke dalam pelukannya. Gadis itu mendekat. Kali ini, ia biarkan tubuh mungilnya itu direngkuh oleh bayangan yang menyerupai ayahnya.

“Terima kasih sudah datang ke sini. Sekarang Bapak ingin menitipkan sesuatu padamu,” ucap pria itu.

“Titip? Titip apa, Pak?”

Ratu mundur beberapa langkah. Secara mendadak sosok Bapak Hadi menghilang menyisakan kepulan kabut asap yang membuat Ratu kehilangan penglihatan sesaat. Padahal pertanyaannya belum dijawab sepenuhnya. Dia juga masih ingin menanyakan banyak hal tentang misteri kematian ayahnya.

“Pak? Bapak di mana? Jangan pergi, Pak. Aku masih mau bicara!” Ratu terus berseru seraya meraba sekelilingnya.

Tangannya terus mencoba mencari keberadaan sang ayah. Sampai Ratu merasakan sebuah tangan meraih pergelangan tangan kanannya itu. Kabut asap mulai sirna perlahan. Penglihatan jelas Ratu pun mulai kembali. Gadis itu mendadak saja terkesiap dengan sosok yang ia lihat di hadapannya. Kedua matanya membulat tajam.

“Ngapain kamu di sini?” pekiknya penuh amarah.

...********...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

rodiah

rodiah

jangan jangan jebakan tu

2024-05-26

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

apa setan kerdil

2024-05-26

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

di titipin apa

2024-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!