Bab 2 - Berita Tentang Pak Hadi

...Bab 2 - Berita Tentang Pak Hadi...

...***...

Tin! Tin!

Klakson mobil sedan hitam itu menjerit. Pemuda berambut gondrong tadi mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

“Woi! Buta, Luh? Minggir sana!” serunya.

“Aku punya mata tau! Berani kamu sama anak yatim piatu kayak aku?” Ratu mendelik.

Adam berusaha menenangkan pemuda gondrong bernama Joni yang hanya ingin dipanggil Jhon. 

“Udeh, Jon, jangan marah-marah masih pagi gini. Lagian berani Luh sama anak yatim piatu itu? Doanya kuat, Bro!” cegah Adam.

Joni menelan saliva-nya berat. Akhirnya, ia mengalah. Mobil sedan itu ia lajukan melewati Ratu. Sementara itu, tatapan Adam pada Ratu mulai berbeda. Ada bayangan hitam setinggi paha gadis itu yang tak bisa ia fokuskan cirinya. Yang jelas, ada makhluk astral yang menemani Ratu kala itu.

...***...

Siang itu, ujian sekolah Ratu berakhir juga. Ucapan syukur serentak dilantangkan para murid, begitu juga dengan Ratu.

“Tu, kamu gak bisa apa izin kerja dulu? Ayo, ikut aku sama anak-anak yang lain makan bakso!” ajak Tina, teman sekolah Ratu.

“Duh, maaf ya… aku gak bisa bolos kerja lagi soalnya. Kapan-kapan aja aku ikut kalian buat makan-makan.” Ratu lalu pamit dan menuju ke arah toilet.

Di dalam toilet, Ratu melihat seorang murid perempuan yang menangis di depan pintu salah satu toilet. Gadis itu mendekatinya karena bermaksud menanyakan perihal kenapa gadis itu bersedih. 

“Halo, kamu kenapa nangis?” tanya Ratu.

Gadis yang wajahnya tertutup rambut itu lalu menoleh. Lidah gadis itu terjulur dengan mulut penuh busa. Ratu ingin menjerit tetapi mendadak lidahnya kelu. Tubuhnya terasa kaku, padahal ia ingin segera berlari. Wajah gadis itu pucat lalu mengeluarkan tangisan darah. 

‘Ya Allah, tolong bantu aku’ 

Ratu membatin seraya merapal ayat kursi di dalam hatinya. Sosok gadis yang bukan manusia itu mengulurkan tangannya. Dia hendak mencekik Ratu. Namun tak lama kemudian, sosok hantu mengerikan itu  terpental dan menghilang. 

“Ratu, elu nggak apa-apa kan?” Teman Ratu yang bernama Lala menepuk bahu gadis itu.

Tubuh Ratu sudah lunglai dan terduduk di lantai kala itu. Sontak saja, Ratu menjerit dan segera berlari meninggalkan Lala yang masih menatapnya keheranan. 

“Tu! Ratu elu kenapa?!” teriak Lala.

Ratu tak mengindahkan panggilan kawannya, ia hanya ingin pergi menjauh dari toilet kala itu. Gadis itu bahkan sampai menabrak Rara, guru bahasa inggris di sekolah Ratu.

“Hei, kamu kenapa, Tu?” tanyanya.

“Anu, anu itu, itu Bu….”

“Tenang dulu. Tarik napas yang dalam terus buang,” pinta Rara.

Setelah mengembuskan napas beberapa kali, Ratu mulai tenang. 

“Sa-saya, saya lihat hantu di toilet, Bu. Sumpah saya nggak bohong. Ibu percaya deh sama saya, saya lihat hantu, Bu. Itu hantunya Sisi yang bunuh diri bulan lalu,” ucap Ratu bertubi-tubi.

Gadis itu yakin kalau Rara pasti akan menertawainya karena tak percaya dengan penglihatannya barusan. Rara sempat mengernyit. Lalu ia menoleh ke arah toilet. Ibu guru cantik itu sebenarnya memiliki kemampuan melihat makhluk astral, sehingga ia percaya dengan ucapan Ratu. Apalagi, sosok hantu bernama Sisi itu sempat melintas di dekat toilet.

“Ibu percaya, kok. Sekarang anggap aja kamu mimpi buruk.”

“Tapi, Bu, saya beneran lihat hantunya Sisi.”

“Saya tahu. Dia belum tenang makanya masih gentayangan,” ucap Rara pelan.

“Ibu, bisa lihat dia?” bisik Ratu.

Rara mengangguk.

“Sekarang kamu pulang, ya. Nggak usah kamu ceritakan apa yang kamu lihat tadi. Saya takut ada yang nggak percaya dan malah menganggap kamu gila. Saya pernah merasakan hal itu,” ucap Rara.

Ratu mengangguk. Gadis itu sempat menoleh ke arah toilet lagi. Namun, Rara memintanya untuk pulang jangan menoleh ke arah toilet lagi. Ratu akhirnya menurut. Akan tetapi, pikirannya masih kalut. 

Bagaimana bisa dia melihat hantu padahal dia belum pernah melihat hal tersebut sebelumnya? 

“Apa ini ada hubungannya dengan mimpi buruk aku, ya? Apa sejak aku mimpi makhluk kerdil itu, aku jadi bisa lihat hantu?” gumam Ratu.

...***...

Pukul tujuh malam, Ratu pulang dengan wajah letih. Namun, dia harus bergegas untuk pergi ke warung Mbak Raya di sebelah panti asuhan tempat tinggalnya. Akan tetapi, jaguar hitam yang terparkir di halaman panti membuatnya menghentikan langkah.

“Kayak mobilnya Pak Hadi, deh,” gumam gadis itu.

Bu Ros dan seorang pria yang Ratu kenal tengah menunggunya. Membuat langkah gadis itu bergegas menghampiri.

“Mas Karyo, apa kabar?” sapa Ratu.

“Kabar saya baik, Non,” jawabnya.

Pria bertubuh tegap dan berusia 35 tahun yang biasanya humoris itu terlihat lesu. Karyo merupakan ajudan dari Pak Hadi yang selalu datang menemani tuannya untuk berbagi di panti asuhan tersebut.

“Loh, Pak Hadi di mana? Kok, Mas Karyo sendiri aja?” tanya Ratu lagi.

Bu Ros sudah meraih tas ransel gadis itu. Ia juga meraih paper bag berisi seragam sekolah Ratu. 

“Duduk dulu, Tu. Temani Mas Karyo sebentar. Ibu mau ambil minum dulu buat kamu,” ucap lembut Bu Ros.

Meski Ratu masih berpikir keras dengan keadaan yang terjadi saat itu, tetapi gadis itu tetap menuruti perkataan ibu panti. 

“Tolong dibaca dulu,” kata Mas Karyo seraya menyerahkan map kuning ke arah Ratu.

“Apa ini, Mas?” tanya gadis itu seraya meraihnya.

“Ini wasiat dari Bapak,” ucapnya.

Ratu paham dengan kata “bapak” yang dimaksud Mas Karyo, karena pria itu memanggil atasannya dengan sebutan tersebut dibandingkan dengan sebutan tuan.

“Apa maksud semua ini, Mas?” 

Ratu mendelik, menatap lekat dengan saksama saat membaca secarik wasiat dari Pak Hadi. Di sana tertulis kalau Pak Hadi menyerahkan seluruh harta miliknya pada Ratu. 

“Aku masih nggak ngerti dengan wasiat ini. Lagian kenapa Pak Hadi kasih hartanya buat aku? Memangnya Pak Hadi sekarang di mana, sih? Aku mau ngomong sama dia,” cecar Ratu.

Mas Karyo membetulkan posisi kaca matanya. Ia melepasnya dan mengusapnya lembut dengan tisu yang dia ambil dari meja. Lalu, dia kenakan kembali kacamata itu.

“Bapak sudah meninggal, Non.” Raut wajah pria di hadapan Ratu terlihat sedih.

“Inalillahi waa innailaihi rajiun, kapan Pak Hadi meninggalnya?” tanya Ratu.

Bu Ros datang dengan secangkir teh manis di tangannya. Ia meminta Ratu untuk meminumnya seolah ingin menenangkan gadis itu agar tidak terkejut dengan hal selanjutnya yang akan diutarakan Mas Karyo.

“Bapak meninggal kemarin, Non. Terus saya dikasih wasiat itu dan diminta bawa Non Ratu pulang,” jawab Karyo.

“Pulang? Rumah saya di sini, Pak,” tegas Ratu.

“Maaf, Non. Maaf kalau selama ini saya merahasiakan sesuatu yang harusnya sudah Non ketahui sejak Pak Hadi datang ke sini lima tahun yang lalu.” 

“Rahasia apa?” tanya Ratu.

...******...

...To be continued…...

Terpopuler

Comments

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

apakah Ratu anak'y Pak Hadi🤔

2024-06-03

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

penasaran

2024-05-23

0

Tini Timmy

Tini Timmy

penasaran eey ratu anak siapa.
hadir kakak semangat terus nulisnya 😊

2024-05-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!