...Bab 10 - Ratu Bertemu Adam...
...***********...
“Non, ini saya Siti. Non Ratu kenapa?”
Suara gadis yang Ratu kenal terdengar, membuat hatinya sedikit lega. Gadis itu perlahan menarik gagang pintu kamarnya.
“Non, kenapa teriak?” tanya Siti.
“Aku, aku kaget, Ti.”
Ratu masih melirik ke arah bawah ranjangnya. Gadis itu ragu bila menceritakan tentang kejadian buruknya malam tadi.
“Kaget sama saya? Saya kan nggak bawa petasan, hehe.” Siti terlihat canggung setelah mendapati wajah datar Ratu kala itu.
“Ada apa, Ti? Masih subuh gini tumben ke kamar aku?” tanya Ratu.
“Oh iya, mau ngajak ke mushola,” kata Siti.
“Mau subuh di sana?”
“Iya, Non. Ada kajian subuh Ustad Yusuf. Katanya mau ikut,” kata Siti.
“Oh iya, aku mau ikut. Tapi, Ti….”
“Tapi apa?” Siti menyimak keraguan Ratu.
“Aku takut nggak diterima warga di sana,” kata Ratu menunduk sedih.
“Eh, ndak mungkin Non. Kan ada Ustad Yusuf. Dia pasti bakal ngebelain Non Ratu. Udah yuk ikut! Ustad Yusuf masih mudah loh, ganteng lagi,” kata Siti.
Ratu mengangguk lalu bersiap mengambil mukena putih gadingnya setelah ia berwudhu mensucikan diri. Mira sempat melihat kepergian Siti dan Ratu pagi buta itu. Tatapannya lagi-lagi terlihat sinis. Namun, Ratu tak peduli. Rasanya sekarang lah waktu yang tepat bertemu ulama desa dan bertanya padanya mengenai kebenaran pesugihan milik bapak apa benar atau hanya gosip semata.
...***...
Di mushola Desa Gandasturi, beberapa warga melirik tajam ke arah kedatangan Ratu dan Siti. Ada yang mulai buka suara untuk melarang Ratu masuk, tetapi Ustad Yusuf melerai. Ia meminta warga bersikap tenang dan saling menghargai.
Ratu mulai terpesona pada aura kebaikan di balik sosok tampan dari pria matang berusia tiga puluh lima tahun itu. Apalagi Ustad Yusuf baru saja menjadi duda setelah istrinya meninggal dunia karena sakit. Setelah mengikuti sholat subuh berjamaah dan mendengarkan tausiyah milik sang ustad, Ratu mengangkat tangan untuk bertanya.
“Pak Ustad, apa pesugihan itu ada?” tanya Ratu membuat semua warga yang menjadi jamaah kala itu tersentak.
Adam dan rekannya yang mengikuti kegiatan subuh kala itu, jadi melihat dan fokus terhadap keberadaan Ratu yang baru ia sadari.
“Didalam islam disebut kalau pesugihan itu ada. Pesugihan adalah perbuatan yang kufur dan jelas dilarang secara hukum, baik hukum agama maupun hukum negara. Selain hal itu merupakan perbuatan kufur dan keji juga meresahkan masyarakat. Dijelaskan dalam Al-Quran hanya setan-setan itulah yang kafir, mereka yang mengajarkan sihir kepada manusia. Maka dari itu, orang yang melakukan sihir itu adalah orang yang paling kufur, paling keji, dan sangat menentang Allah dan Rasul-Nya serta kepada hamba-hamba yang mukmin,” ujarnya menjelaskan.
“Bagaimana cara membuktikan kalau orang tersebut melakukan pesugihan apalagi orang yang dituduh itu sudah meninggal. Kalau tidak benar kan namanya fitnah,” ucap Ratu yang kali ini berani menatap para warga satu persatu bahkan.
Ustad Yusuf tersenyum lalu menjawab, “tentu saja jika tidak didasarkan pada bukti yang kongkrit dan hanya menuduh, itu bisa dikatakan fitnah.”
“Tuh, dengar semua ya, kalau cuma menuduh saja itu namanya fitnah.” Ratu mulai bangkit tetapi Siti langsung memintanya untuk duduk kembali.
“Non, bisa tenang kan? Jangan bikin malu di sini,” bisik Siti.
“Tapi, Ti–”
“Non!”
Ratu akhirnya menurut. Tatapan gadis itu saat duduk mulai bertemu dengan sosok Adam. Pemuda tampan yang duduk di sudut baris shaf ketiga, melayangkan senyum manisnya pada Ratu. Namun, Ratu malah berpaling. Tatapannya kembali fokus pada Ustad Yusuf.
“Mengenai gosip yang beredar belakangan ini, saya rasa sebaiknya bapak -bapak dan ibu-ibu sekalian berbenah diri. Jangan asal menuduh atau malah saling menaruh curiga. Semua kejadian yang sudah terjadi pasti sudah atas izin dari Gusti Allah. Kita harus berbaik sangka dengan apa yang terjadi, karena pasti ada hikmah di balik semua kejadian yang ada di desa. Makin perbanyak ibadah dan meningkatkan keimanan,” ucap Ustad Yusuf menutup kajiannya pagi itu.
Pukul enam kurang sepuluh menit, tertera di arloji mungil yang melingkar di tangan kiri Ratu kala itu. Para jamaah pun mulai bubar. Ratu bahkan ingin mendekati Ustad Yusuf untuk berterima kasih dan berharap bisa berbicara lebih sering lagi, tetapi Siti menahannya.
“Non, jaga diri,” bisik Ratu.
Akhirnya, gadis itu tak dapat lagi mengejar Ustad Yusuf yang sudah pergi menjauh bersama beberapa warga lainnya.
“Hai! Kayaknya kamu bukan warga sini, deh,” sapa Sule pada Ratu.
Di belakangnya ada Adam dan Adit mengikuti.
“Loh, Mas Sulaiman kan? Apa kabar? Sekarang pulang kampung?” Siti yang pernah menjadi teman kecil Sulaiman menyapa.
Dia masih ingat betul sosok kurus Sulaiman karena sesekali, pemuda itu juga pernah pulang kampung itu pun menginap di desa seberang dan bertemu kala Siti mengunjungi kenduri di desa seberang bersama ibunya.
“Eh, Siti, apa kabar juga? Kok, kamu nggak tinggi tinggi, sih?” kelakar Sule.
“Huuuu, sembarangan!” Siti menepuk bahu Sule keras sampai mengaduh.
“Sakit tau, Ti!” keluh Sule.
“Kamu ngapain di sini, Mas?” tanya gadis itu.
“Kita lagi KKN di sini sekalian mau bantu-bantu warga yang terkena wabah penyakit itu loh. Eh, emang bener ya kalau korbannya rata-rata anak-anak?” tanya Sule.
“Bener, Mas. Banyak yang meninggal juga karena penyakit ini,” jawab Siti.
“Sule, kok kita nggak dikenalin sama cewek-cewek cakep ini?” Adit buka suara seraya menyibak rambut ke belakang bak model papan atas.
Namun, pemuda itu tak sengaja terantuk batu dan jatuh ke pelukan Sule.
“Badan elu tuh berat tau nggak! Kalau jalan pakai mata!” seru Sule.
“Gue jalan pakai kaki, masa pakai mata! Emang gue beruang sirkus apa?!” sungguh Adit yang merasa malu di hadapan Siti dan Ratu.
“Tapi mirip sih, kayak beruang sirkus,” bisik Siti pada Ratu lalu keduanya mulai tertawa kecil.
Sule pun akhirnya memperkenalkan dua rekannya pada Siti. Begitu juga dengan Siti yang memperkenalkan sang majikan kepada Sule dan lainnya.
“Ti, ayo pulang! Aku lapar, nih!” pinta Ratu.
“Kayaknya kita pernah ketemu deh, tapi di mana ya?” tanya Adam pada Ratu.
“Ummm, alamat ini mah, gombalan maut!” cibir Sule melirik Adam.
“Beneran, gue pernah lihat ini cewek. Tapi, gue lupa,” sahut Adam.
“Kayaknya kalau dipikir-pikir aku juga pernah lihat kamu deh. Tapi ... aku lagi nggak mau mikir. Ayo kita pulang, Ti!” Ratu langsung menarik tangan Siti untuk bergegas pulang.
Tiba-tiba, Adam merasa melihat gumpalan asap hitam di kaki kanan Ratu. Pemuda itu mengucek kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya. Namun, bayangan berupa asap hitam tadi sudah menghilang.
“Dam, ngapain elu bengong? Kesemsem ya sama tuh cewek?” goda Sule menepuk bahu Adam.
“Nggak, Le, gue kayak ngeliat … ah udah lah salah lihat kali gue. Ayo, kita siap-siap buat kunjungan ke warga!” ajak Adam.
...********...
...To be continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
di Adit malu bet dah
2024-05-25
0
Tini Timmy
makin seru nih 😃
semangat nulisnya kakak😊
2024-05-24
1
rodiah
tengsin abis ya dit... takut ciwi ciwi ilfil hahahaha....
2024-05-24
1