Bab 9 - Di Desa Gandasturi

Bab 9 - Di Desa Gandasturi

...***********...

“Mas Adam, ya?”

Pria berkumis tipis itu turun dari dalam mobil. Sesekali kacamatanya ia benarkan posisinya.

“Eh, Mas Karyo! Apa kabar?” tanya Adam.

Ada melirik pocong berwajah hitam yang langsung menghilang ketika melihat Mas Karyo. Padahal Adam benar-benar ingin mengerjainya barusan.

“Kabar saya baik, Mas. Loh, ini kenapa pada tidur di bawah gini?” Karyo terperangah heran dengan Adit dan Sule yang masih tak sadarkan diri.

“Tadi pada lihat pocong, Mas. Terus mereka pingsan,” tukas Adam.

“Hah? Pocong? Wah, jangan-jangan pocong yang suka diomongin warga kalau di dekat gerbang sini sering muncul pocong usil,” kata Karyo berusaha menepuk wajah Sule.

Sule merupakan keponakan dari Karyo. Pemuda itu juga lahir di desa tersebut. Akan tetapi, orang tuanya membawanya pindah sejak berusia lima tahun. Kalau pemuda itu tidak pindah, mungkin saja ia akan menjadi korban wabah penyakit selanjutnya atau tumbal pesugihan seperti yang dikatakan warga.

“Mobilnya mogok, Mas. Kayaknya pakai mobil Mas Karyo saja, deh. Besok baru kita ambil mobilnya,” pinta Adam.

“Saya setuju, Mas. Ayo, kita angkat dua anak ini!” ajak Karyo.

“Panggil saya Adam aja, Mas. Saya belum tua seperti, Mas, hehehe.”

“Ah, Mas Adam ngatain saya tua, dong!”

“Ya emang lebih tua situ kan dari pada saya. Makanya panggil Adam saja,” pinta Adam seraya menarik kedua tangan Adit.

“Saya bantu, Mas, eh Adam.” Karyo berusaha mengangkat kedua tangan Adit. Kemudian ia melepaskannya kembali seraya mencium kedua tangannya.

“Kok, bau pesing ya?” tanya Karyo.

Adam menahan tawanya kali ini.

“Ummm, anu deh, kayaknya si Adit ngompol ketakutan,” kata Adam.

“Waduh! Kok bisa begini, toh. Yo wis lah, ayo Dam kita angkat dia. Lumayan berat ini, loh.”

Sekuat tenaga Adam dan Karyo memasukkan Adit ke jok baris kedua mobil yang dikendarai Karyo tadi. Lalu, gantian mereka memasukkan tubuh Sule. Untungnya pemuda itu sudah mulai sadarkan diri.

“Gue di mana ini?” tanya Sule masih gelagapan.

“Elu udah di mobil paman lu tuh! Ayo, bantuin gue pindahin barang-barang!” seru Adam.

“Kamu toh gimana sih, Le. Masa bisa pingsan gitu,” tukas Karyo yang baru saja memindahkan tas besar berisi obat-obatan ke jok paling belakang mobil.

“Anu Pak Lek, tadi aku lihat pocong mukanya hitam semua, hiy serem banget,” jawabnya.

“Iteman mana muka kamu apa pocong itu? Masa gitu aja takut,” cibir Karyo seraya tertawa kecil.

“Wah, body shaming nih Pak Lek. Mentang-mentang saya item disamain sama muka pocong tadi,” sungut Sule yang langsung turun dari mobil dan membantu Adam memindahkan barang.

“Mobil gue gimana, Dam?” tanya Sule.

“Udah dipinggir ini. Elu kunci aja, besok kita ambil sekalian bawa orang yang bisa benerin mobil,” ucap Adam.

“Ya udah deh.”

Selepas selesai memindahkan barang, Adam dan Sule menyusul Karyo masuk ke dalam mobil. Adam duduk di kursi depan samping Karyo. Sementara, Sule duduk di samping Adit yang masih tak sadarkan diri. Bahkan mulai mendengkur.

“Ini si gendut pules apa pingsan, sih?” Sule menepuk pipi Adit.

“Kayaknya dia malah bablas pules, deh,” sahut Adam.

“Huh, dasar kebo pelor. Mana bau Pesing lagi,” sungut Sule.

“Oleh karena itu, besok kamu bersihin mobil Pak Lek dari bau ompol kawanmu itu, yo!” Karyo tersenyum menatap Sule dari kaca spion.

“Ya ampun, bikin kerjaan gue aja ini si gendut!” Sule menoyor kepala Adit dengan gemas.

Akan tetapi, pemuda bertubuh tambun itu masih saja terlelap. Sementara itu, Adam mengamati pemandangan sekitar dengan saksama. Aura Desa Gandasturi menang terasa berbeda. Di tengah kegelapan itu, hawa dingin menusuk sumsum tulang. Lembab mencekam sangat terasa. Pemuda itu berdoa dalam hati semoga misi KKN di desa itu berjalan dengan lancar.

...***...

Di kamar yang Ratu tempati, kesunyian melanda dan hanya menyisakan detik demi detik suara jam dinding bergambar hello kitty itu. Hawa dingin menusuk lebih dingin dari sebelumnya. Pasalnya selimut yang Ratu kenakan perlahan terjatuh.

Kegelisahan pun gadis itu rasakan. Ia meraih lagi selimut merah muda bergambar hello kitty tersebut. Lagi-lagi, selimut bulu yang ia kenakan tertarik dan jatuh ke lantai. Ratu mulai terjaga. Mengucek kedua mata, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

Gadis itu menyalakan lampu tidur di atas meja nakas samping ranjangnya. Kedua matanya kini mengerjap mencari keberadaan selimut miliknya. Tanpa rasa curiga, Ratu mulai meraihnya. Menguap sejenak, lalu kembali merebahkan tubuhnya dan menyelimuti diri. Namun kali ini selimutnya kembali tertarik dan jatuh ke lantai. Kali ini pula Ratu sudah terjaga dan menyadari ada sesuatu yang salah.

“Kok bisa, ya?” gumamnya seraya bangkit dan menyalakan lampu kamar yang lebih terang.

Gadis itu menggaruk kepalanya meski tak gatal. Ia tampak bingung. Dia raih lagi selimutnya dan mematikan lampu kamar setelah dipastikan tidak ada apapun yang aneh dan ia jumpai di kamarnya. Setelah dirasa nyaman, kali ini Ratu mulai memejamkan mata.

Selimut itu kembali tertarik. Kali ini Ratu mulai ketakutan. Lampu tidur belum ia matikan kala itu. Ratu kini sempat melihat ada sosok hitam yang baru saja melintas. Sosok itu bahkan menghilang menuju ke bawah ranjangnya.

“Tadi itu apa, ya?” Ratu bangkit dan kembali menyalakan lampu kamarnya.

Namun, kali ini lampu itu tak mau menyala. Berkali-kali Ratu menekan saklarnya, tetap saja tak mau menyala. Ratu meraih selimutnya dan memilih untuk kembali ke atas ranjang lalu menutup seluruh tubuhnya, bahkan menutup kepalanya. Pokoknya, ia mau menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut itu.

Tiba-tiba, selimut itu kembali tertarik. Kali ini, Ratu berusaha menahannya. Namun, gadis itu malah jatuh terjerembab ke lantai. Dan ketika ia menoleh ke kolong ranjang, ada sepasang mata merah menyala di sana. Terdengar suara bisikan memanggil nama Ratu dari dalam ranjang.

“Aaaaaaaaaaaa!” Ratu berteriak ketakutan lalu tak sadarkan diri kemudian.

Kokok ayam terdengar seiring lantunan azan subuh yang berkumandang. Ratu yang masih terbaring di lantai, mulai terjaga. Kedua matanya mengerjap. Suasana di kamarnya telah diterangi nyala lampu kamar. Padahal yang Ratu ingat semalam dia tak bisa menyalakan lampu kamarnya. Ketika gadis itu menyadari lagi kalau ia masih berada di lantai, ia segera bangkit.

“Duh, apa aku semalaman tidur di lantai, ya?”

Gadis itu bermonolog seraya merenggangkan tubuhnya. Badannya terasa pegal dan sakit.

“Astaghfirullah, aku ingat semalam aku lihat hantu di kolong kasur,” ucap Ratu.

Gadis itu perlahan memberanikan diri melongok ke dasar lantai di bawah ranjang kayunya. Tak ada apa pun di sana.

“Apa aku mimpi, ya? Tapi kalau aku mimpi kenapa aku bisa sampai tidur di bawah? Apa aku mimpinya sampai jatuh dari kasur juga?”

Ratu terus saja berbicara pada dirinya sendiri. Hingga sebuah ketukan di pintu kamarnya membuatnya tersentak dan menjerit.

...******...

...To be continued ...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

itu bukan mimpi

2024-05-25

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

ya ampun🤣

2024-05-25

0

rodiah

rodiah

👻👻👻 hantuuuuuu

2024-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!