Tak berselang lama kereta kuda milik Louis sampai lebih dulu di pelataran kediaman Winston. Sedangkan Cassandra meminta untuk memilih jalan panjang, karena sedang menenangkan diri. Jemina merasa antara jiwa dan tubuh nya masih belum menyatu dengan baik. Ada beberapa moment dimana Jemina tidak bisa mengatur reaksi tubuh nya. Seperti saat berdekatan dengan keluarga nya tadi, dan juga saat bersama dengan Louis. hatinya seakan terpancing sesuatu yang tidak bisa di pahami.
" nyonya.. " panggil Helena membuyarkan lamunan Jemina. Wanita itu langsung menoleh ke asal suara.
" kita sudah sampai" lanjut Helena dengan suara rendah karena nyonya nya tampak kaget.
Jemina mengangguk pelan lalu menuruni kereta.
Ketika akan masuk, Jemina menangkap ada kereta kuda asing di area pelataran.
" kereta siapa itu?"
" milik Lady Daron, nyonya"
" Pamela?"
" iya nyonya"
Mendengar jawaban Helena, membuat sudut bibir Cassandra tertarik tipis. Pamela adalah wanita yang dekat dengan tuan Louis. Gundik yang mereka perdebatan sebelum kembali.
Jemina berjalan menuju kelantai 2.
" berikan pelayanan terbaik pada tamu kita" ucap Jemina sembari berjalan melewati para pelayan.
" baik nyonya" para pelayan itu saling pandang begitu melihat Cassandra menghilang di ujung tangga.
pasalnya ini pertama kalinya Cassandra bersikap baik dengan kedatangan Lady Daron. Biasanya hanya acuh menutup telinga seakan menyangkal tindak perselingkuhan suaminya.
Sesampainya di kamar Jemina langsung minta di siapkan pemandian hangat. kepalanya berat dan pikirannya penat. Menjadi bangsawan secara tiba-tiba membuatnya harus terbiasa dengan jadwal kegiatan yang padat. Apalagi dengan fakta fakta baru mengenai kehidupan Cassandra yang ternyata tidak seenak yang terlihat di luar sana. apalagi semuanya kini adalah hal yang harus dia lalui dan atasi.
" pemandian sudah siap, nyonya"
Jemina meminta semua pelayan pergi, dia akan menikmati moment kesendirian dulu.
tok tok tok
pintu kamar mandinya terketuk di pertengahan berendam, menganggu kesenangan nya. Jemina diam saja, dia tetap menutup matanya agar siapapun di depan sana bisa pergi.
" Cassandra.. " panggilan itu mengusik waktu bersantai nya. Wanita itu menarik nafas panjang, namun Jemina tidak mengubah keputusannya. Dia tetap diam tak menghiraukan.
Tak lama terdengar suara langkah kaki menjauh. Jemina kembali lega dan meneruskan beredam.
Setelah selesai, Jemina mengganti baju dan meminta Helena mengeringkan rambutnya.
" kenapa kau lama sekali?" gerutu Louis yang baru saja masuk ke kamar.
" ada urusan apa?" tanya balik Jemina tanpa menoleh sama sekali.
" apa kau yang menyuruh para pelayan untuk membuat Pamela celaka?" desak Louis dengan nada marah.
Jemina merasa jengah, ada masalah apa lagi. Dengan malas Jemina menatap wajah Louis.
" apa yang sebenarnya kau ributkan? Celaka apa? aku tidak melakukan sesuatu" balas Jemina yang sudah lelah.
Helena yang ada di belakang, kini memilih pamit dari kamar.
" kenapa semua makanan terasa begitu asin dan pedas? Karena hal ini Pamela harus mendapat pemeriksaan karena perutnya bermasalah"
" kalau masalah makanan kau tanyakan saja pada pelayan dapur, bukan padaku Louis . kau membuatku semakin pusing saja " Jemina beranjak meninggalkan meja rias.
" kemari ikut aku" Louis menarik tangan Cassandra menuju ke bawah.
" lepaskan!" Jemina berusaha menarik tangan nya namun tidak berhasil.
" katakan siapa yang menyuruh kalian memasukkan bubuk pedas pada semua makanan?" tanya Louis begitu mereka sampai di dapur. Jemina memegang pergelangan tangannya yang memerah kesakitan.
Jemina menatap sekeliling, pelayan sudah berbaris rapi. Ini artinya Louis sudah berbicara kepada mereka sebelum nya.
" katakan saja, apa Cassandra yang menyuruh kalian, hah!" ulang Louis menggebu-nggebu.
" Louis hentikan, kau menakuti mereka. sebenarnya apa yang kau ributkan? masalah makanan saja apa perlu membuat kehebohan seperti ini?" Jemina masih berusaha menahan diri. Dia merasa ada yang janggal dalam hal ini.
" masalah makanan saja kau bilang. Pamela adalah tamu ku, kenapa berani mencelakainya?"
" siapa yang berniat mencelakai,? pelayan kita selalu bertindak baik padanya selama ini. apa jangan-jangan ada yang sengaja mengadu domba?"
" kau lah yang ingin mengadu domba. Aku ingatkan padamu, ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku mentolerir sikap burukmu pada Pamela. Jika terjadi lagi aku tidak segan-segan mengembalikan mu pada keluarga Dixon mu itu " ancam Louis dengan tatapan tajam, dan belum juga memberikan penjelasan Louis langsung pergi dengan langkah panjang.
Jemina diam di tempat seperti terpaku tanpa melihat kepergian Louis. Lalu dengan langkah pelan meninggalkan dapur.
" nyo.. nyonya, kami benar-benar tidak melakukan apapun. Kami semua melaksanakan perintah nyonya untuk menjamu nona Pamela dengan baik" ucap Kepala pelayan dapur dengan sedikit gemetar di belakang Jemina. Dia takut akan mendapat amukan kedua dari nyonya nya. Namun saat melihat Cassandra ingin pergi, pelayan itu segera memberanikan diri untuk menjelaskan.
" kalian tau, aku tidak peduli dengan wanita apa yang terjadi pada wanita itu" jawab lugas Jemina dengan nada acuh lalu meneruskan langkahnya. Hari yang sangat panjang bagi nya. Dia ingin beristirahat dengan tenang malam ini.
Keesokan harinya Cassandra sudah duduk di depan meja rias sedangkan Helena menata rambut nya.
" bagaimana perkembangan kasus Jemina?" tangan Helena sempat terhenti sejenak, tiba-tiba saja nyonya begitu perhatian dengan pelayan.
" yang saya tau, kepala pelayan dan detektif tidak menemukan apa-apa dengan kematian Jemina apalagi tidak ada keluarga. Katanya mayatnya akan segera di kuburkan"
Jemina merasa miris dengan nasib tubuhnya, dia berniat untuk melakukan sesuatu yang bisa mengurangi rasa sedihnya.
" besok carikan peti untuk gadis itu, kita adakan pemakaman kecil untuk nya"
" nyonya sedang bercanda kan? dia hanya pelayan rendahan. bahkan malam itu.. "
" aku merasa sedikit kasihan saja. Setidaknya ini terakhir kalinya untuk nya" jawab Jemina.
Cassandra dan Helena waktu itu sangat kejam dan melampaui batas. Mereka membunuhnya tanpa belas kasihan. Tapi Jemina juga merasa kasihan pada Cassandra, kini tubuhnya harus berganti jiwanya, sedangkan jiwa Cassandra entah dimana saat ini.
" baik nyonya" ucap Helena.
Seharian ini Jemina memilih berdiam diri di kediaman sambil meneruskan membaca tulisan Helena yang tinggal beberapa lembar lagi. Muncul sedikit rasa penasaran serta kasihan saat mengetahui apa yang di lalui oleh Cassandra selama ini. Ibunya meninggal sejak kecil, lalu ayahnya Mr. Frank yang memiliki bisnis besar terlihat mendekati beberapa wanita bangsawan untuk mengambil keuntungan. Cassandra tumbuh tanpa cinta kasih tulus dari orang-orang di sekeliling nya. Dan hanya dengan prestasi baru mendapatkan pengakuan. Tidak heran jika selama ini Cassandra selalu mengejar ketenaran dan kekayaan, karena wanita ini butuh di akui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments