Yuna POV
Meski aku sudah mengerjapkan mataku berkali-kali tapi tetap saja, wanita yang semalam menatapku tajam, memaki penuh kemurkaan didepan wajahku kini sedang berdiri didepan pintu rumahku dengan wajah yang masih tak kalah mengancam. Kemarahan dan ketegangan jelas masih membingkai wajah tua nya.
Tidak..
Aku seharusnya tak menyebutnya tua. Dia akan sangat marah bila aku berani mengucapkannya.
Terlepas dari rasa sakit hatiku atas apa yang dikatakan dan tuduhkannya padaku, Aku mengakui Ibu Azka adalah seorang wanita cantik, bahkan kemarahan yang membingkai wajahnya, masih tak bisa untuk mengalahkan gurat-gurat kecantikan itu diwajahnya yang ‘sedikit’ menua.
Jelas berbanding terbalik dengan keadaanku saat ini. Aku kacau dan berantakan. Aku bahkan tak mengganti gaun yang kukenakan semalam. Entah bagaimana aku terlihat dimata wanita itu sekarang.
“Kau masih tak mendengar apa yang kukatakan..?!”
Terbengong, terkejut dan tidak menyangka akan kedatangan Ibu dari si bajingan itu dipagi hari seperti ini, setelah semalam bahkan aku sudah sempat terpikir untuk tak akan lagi datang kekantor apalagi bertemu dengan bajingan itu, aku mungkin akan kabur dan melarikan diri.
Tapi didepanku sekarang, Ibunya justru menyuarakan ide konyol dengan mengatakan padaku untuk mengemas barang-barangku dan pergi dengannya.
Tidak..
Aku takkan melakukannya.
“kemasi barang-barangmu sekarang..!”
“tapi nyonya.. Saya..”
“kenapa? Kau akan menolak..?”
Mengerikan..
Bagaimana bisa wanita itu memiliki tatapan yang dingin dan sekaligus tajam seperti saat menatapku.
Aku pernah melihat Azka juga memiliki tatapan yang sama seperti itu. Kini aku tahu itu adalah keturunan dari ibunya.
Mereka bahkan sanggup mengintimidasi siapapun yang sedang berbicara dengannya hanya dengan tatapan itu.
“Kau tidak sedang berada dalam pilihan untuk bisa menolak..”
Dan dia menerobos masuk kedalam rumahku.
Ya Tuhan..
Apa yang akan dilakukannya?
“Nyonya.. Apa yang akan anda lakukan?”
“Aku bahkan tak melihat ada sesuatu yang layak untuk dikemas..”
Matanya memutar seakan sedang menjelajahi isi rumahku.
“Nyonya Tapi saya tidak akan kemana-mana. Saya akan tetap berada disini”
“Aku sudah katakan Kau tak punya pilihan untuk menolak. Kemasi pakaianmu sebelum aku kehilangan kesabaran dan menyuruh orang untuk menyeretmu keluar..”
“Nyonya..”
“Kau tahu betapa susahnya saat ini untukku melihat wajahmu, Yuna.. Aku sedang berusaha menahan diri sekarang.. Maka lakukan apa yang kukatakan sebelum aku kehilangan kendali dan menyerangmu..!”
Wajahku pasti sudah berubah pucat sekarang. Wanita itu benar-benar pandai mengancam hingga aku tak dapat melihat sisi ke-ibu-an dalam dirinya.
Bahkan Kak Yuri memiliki sisi itu saat mengurusku, meski dia belum menjadi seorang ibu.
Aku mengangguk dan dengan terpaksa melangkah masuk kedalam kamarku, sebelumnya aku memperhatikan dari ekor matanya, Ibu Azka mengikuti langkahku.
Dengan cepat, Aku lantas mengemas beberapa pakaianku, kemudian memasukkannya kedalam satu-satunya koper yang kumiliki.
“Hanya itu yang kau miliki?”
Aku terkejut saat dia berada diambang pintu kamarku. Meneliti dengan serius apa saja yang berada didalam koperku yang seakan tak layak bahkan untuk sekedar dilihat oleh kedua matanya.
“Aku tak ingin mengomentari apa yang pernah kau dan Azka lakukan didalam kamar sempit ini..”
Aku juga memutuskan untuk tidak mengomentari kalimat yang baru diucapkannya yang jelas salah besar. Tidak seorang pria pun pernah masuk kedalam kamarku.
“Saya tidak memerlukan banyak pakaian untuk dibawa. Mungkin saya tidak akan lama tinggal bersama anda..”
“Kau tak berhak untuk menentukan itu. Aku yang akan memutuskan berapa lama kau bisa tinggal ataupun pergi.. Meski saat ini aku sangat ingin membuatmu pergi dari kehidupan putraku. Aku tidak akan melakukan itu dengan terang-terangan..!”
Apa ini sebuah ancaman lagi bagiku?
Tuhan..
Bagaimana aku bisa menghadapi wanita itu jika hanya dengan kata-kata yang diucapkannya sudah cukup untuk membuatku menahan napas dan merinding takut.
Aku benar-benar merasa jika Ibu Azka adalah wanita paling mengerikan yang pernah kutemui sekaligus ibu paling cantik yang pernah kulihat. Susah untukku mendeskripsikan wanita semacam itu, apalagi setidaknya sampai saat itu aku juga pernah melihatnya tersenyum manis saat bersama dengan mantan calon tunangan putranya.
“Cepatlah.. Berapa lama lagi kau akan berada disana?”
buru-buru menutup dan mengancingkan koperku, aku lantas menyeretnya dan mengikuti Ibu Azka yang sudah melangkah keluar dari dalam rumahku. Aku memastikan mengunci pintu sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah kecilku.
Aku harus menahan napas selama berada didalam mobil bersamanya dan duduk disampingnya. Terperangah mendengarnya saat melakukan pembicaraan dengan Azka melalui sambungan ponselnya…
***
Author POV~
“Kau tidak akan memiliki sekretaris mulai hari ini..”
“Mama.. Apa yang kau lakukan pada Yuna?”
“kenapa? Kau marah pada mama karna mengambil kesenangan yang kau dapatkan dari gadis belia itu..”
“mama.. Jangan kekanakan..”
“dengar Azka! Mama memperingatkanmu.. Jangan lagi menggunakan sekretaris wanita jika hanya untuk kau tiduri didalam ruang kerjamu..! Kau pria dewasa, mama tidak ingin kau bermain-main lagi. Ini sudah kelewatan untuk mama..!”
“mama.. Aku tidak serendah itu, percayalah..”
“Terlambat.. Kau yang membuat mama tak lagi bisa sepenuhnya mempercayaimu. Yuna bersama mama, dia akan tinggal dirumah kita dan akan terus dalam pengawasanku.. Sebaiknya jaga kelakuanmu!!”
Ny.dania langsung mengakhiri pembicaraan, menghela napasnya dengan kasar dan selanjutnya hanya terdiam sepanjang perjalanan menuju rumahnya.
Apa yang kemudian membuatnya mendatangi dan membawa Yuna untuk tinggal bersamanya adalah telepon dipagi hari dari Ibu jessica yang mengumpat, memaki dan menghina kelakuan putranya.
***
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Laura Putri
suka thor
2019-12-06
1