Setengah hari berdiri dibalik meja
resepsionis ini, entah sudah yang
keberapa kalinya aku dibuat
mendengus kesal karna kehadiran
beberapa wanita yang datang
bergantian sejak pagi hari tadi.
Dan yang mereka cari adalah seorang
Azka Rianda.
Pria yang sedang bersembunyi dibalik
meja kerjanya sementara aku harus
membohongi wanita-wanita itu
dengan mengatakan ketidak hadiran
pria itu dikantor.
“Aku ingin bertemu Azka..”
ketika seorang wanita lagi datang
menghampiriku, Aku tak bisa bersabar
lagi..
“Oh, ya.. Tuan berada diruangannya
dan menunggu kedatangan anda
nona..”
Wanita itu kemudian tersenyum miring
dan segera melangkah pergi dari
hadapanku.
Aku tahu saat ini Husna sedang
melotot kearahku.
“Kau gila Yuna!”
“terkadang aku memang bisa menjadi
gila..”
Husna justru terlihat khawatir, saat
aku menunjukkan wajah datarku dan
kembali mengalihkan perhatianku
pada deringan telpon dihadapanku..
“Halo..”
“Siapapun Kau.. Naik keruanganku
sekarang! Jika dalam waktu lima
menit Kau tak berada dihadapanku.
Kau dipecat!!”
Dia membanting telpon nya..
Oh dear..
Kau akan mendapat masalah dari
bajingan itu.
Bersiaplah..
Aku berdiri dengan gelisah, menyadari
apa yang selanjutnya akan terjadi.
Bodoh..
Harusnya aku bisa sedikit menahan
diriku dan mengendalikan keinginanku
untuk memberontak pada pria itu.
Sial..
Jika sudah seperti ini apalagi yang
bisa kulakukan kalau bukan
menghadapinya.
“Kau kenapa, Yuna?”
Husna pasti melihat keresahan
diwajahku..
“apa yang harus kulakukan..”
“kenapa?”
“Presdir memanggilku..”
“Tuan muda itu?”
Aku mengangguk sambil menggigit
bibir bawahku..
“Oh no.. Aku sudah menduganya.
Inilah akibat kegilaanmu membiarkan
wanita tadi masuk. Tuan muda akan
sangat marah.. Dia sudah
memperingatkan kita sebelumnya..”
Aku membayangkan kengerian dari
kata-kata Husna yang bahkan juga
dirasakan olehnya.
Demi Tuhan..
Ia tak seharusnya menakutiku dan
membuatku justru menjadi gugup.
“Ini masalah, Yuna..”
“Ya.. Aku tahu. Aku akan mendapatkan
masalah segera setelah aku
menginjakkan kaki diruangannya”
Oh..
Aku bahkan belum mengetahui dimana
letak ruang kerjanya.
“Dimana ruangan Presdir?”
“Kau benar-benar akan naik dan
menemuinya?”
Aku mengangguk..
“Tak ada pilihan bukan.. Jadi ke lantai
berapa aku harus naik?”
“Tiga puluh..”
Oh Tidak..
Jadi selama ini sejauh itu jarakku
dengan si bajingan itu.
Tuhan tahu aku sangat ingin
menghancurkan nya.
Tapi mengetahui dia berada disana
bahkan hampir tak tersentuh olehku,
bagaimana bisa aku akan
melakukannya..
“Baiklah.. Aku akan menemuinya”
“Kau harus meminta maaf padanya..”
Tidak..
Itu bukan sesuatu yang kuinginkan
dan mustahil kulakukan.
Sepertinya..
Memberikan setengah senyum dari
bibirku, Aku mengangguk pada
Husna yang kemudian mengusap
pundakku.
“Aku berdoa agar Tuan muda tidak
memecatmu..”
Ah..
Dia terlalu mendramatisir.
Tapi dipecat..
Ya Tuhan..
Tidak tidak, Aku bahkan belum
mencapai apapun saat ini.
Mas Doni kau harus
menolongku..
Aku berlari kearah lift dan menunggu
lift untuk terbuka dan membawaku
untuk naik.
Lima menit..
Dia hanya memberiku waktu lima
menit, dan kurasa aku telah
kehilangan lima menit itu.
Aku terus mendesah dan benar-benar
gelisah didalam lift saat menunggu
satu persatu angka yang bergerak
naik.
Tiga puluh..
Aku ingin segera mencapai lantai tiga
puluh dan menemuinya.
Persetan jika kemudian pria itu
berteriak didepan wajahku, bahwa aku dipecat.
Aku punya kontrak kerja.
Dia tak akan bisa memecatku
semaunya.
Ya..
Aku akan menggunakan perjanjian
kerja itu untuk menolak kesewenang-
wenangannya.
Tuhan..
Kau harus bersamaku sampai detik itu
terjadi.
Menyadari lift yang kunaiki berhenti
diangka tiga puluh dan kemudian
terbuka, Aku langsung melangkah
cepat keluar.
Menatap kesekeliling, aku hanya
menemukan satu pintu.
Itu pasti pintu ruangannya yang harus
kumasuki dan yang akan menentukan
nasibku.
Mengatur napasku, tanganku terulur
untuk mengetuk pintu dihadapanku
namun kemudian seseorang meraih
pergelangan tanganku dan
menariknya.
“Kau tidak perlu masuk..”
“Mas Doni..”
“Aku yang akan menyelesaikannya..
Aku hanya bisa mengangguk,
mengerti.
Terimakasih banyak Mas Doni
Kau menyelamatkanku lagi dari pria
bajingan itu.
Aku masih tetap berada disini meski
Mas Doni telah masuk kedalam
ruangan itu.
Aku sangat ingin mendengar apa yang
kemudian dikatakannya untuk
membelaku.
Tapi tak ada sedikitpun yang bisa
kudengarkan dari pembicaraan
mereka. Ruangan itu sepertinya kedap
suara?
Benar-benar menyebalkan..
“Astaga.. Kenapa lama sekali?”
Mengetukkan sepatu yang kukenakan
dan memilin jemariku, aku sedang
mencoba menghilangkan
kegelisahanku menunggu mas Doni
yang tak juga keluar dari dalam
ruangan itu.
Mas Doni tak berhasil
meyakinkannya agar tidak
memecatku?
Sejujurnya aku memang tak
menginginkan bekerja disini. Maka
tak masalah bila kemudian dia
memecatku.
Sungguh aku takkan perduli.
Tapi aku belum menjalankan rencana apapun..
Dan demi kak Yuri lah seharusnya
aku tetap berada disini.
Sampai pada akhirnya pintu itu
terbuka, Mas Doni yang
keluar menarik seorang wanita
bersamanya.
Dia wanita yang tadi kuijinkan masuk,
sedang menggerutu dengan raut kesal
diwajahnya.
Siapa dia sebenarnya? Dan
Mengapa pria itu justru marah disaat
seorang wanita cantik
mendatanginya..
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ibu'e Gendis
Semoga ga bertele tele dan ga membosankan
2020-02-03
3
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
semuanya masih misteri...ga bisa nebak kelanjutannya....hhmmmm... menarik...
2019-12-20
5