Keluar dari dalam kamar Kak Yuri,
Aku melihat Mas Doni yang
berdiri tak jauh dariku.
“Mas..”
Aku memanggilnya dan kami sedikit
berbicara ketika kemudian berjalan
keluar dari rumah sakit.
“Dokter mengatakan belum ada
perubahan pada Yuri..”
“Aku bisa melihat itu, mas..”
“Aku ingin memindahkan Yuri
ketempat yang lebih baik dan dengan
dokter yang juga lebih baik daripada
disini.. Kau setuju kan?”
“mas..”
“Aku ingin melihat Yuri kembali
seperti sebelumnya. Aku akan
mengusahakan apapun untuk
kesembuhannya..”
Ya..
Kau memang begitu baik mas.
“Aku ingin melihat gadisku, Yuri ku
yang kucintai tersenyum padaku. Aku
merindukan senyumnya”
Ya..
Aku juga menginginkan hal yang
sama.
Dan Kau sangat beruntung Kak.
Mas Doni memang begitu
mencintaimu.
Aku masih heran mengapa kau tak
menjatuhkan hatimu untuk pria sebaik
mas Doni dan justru memilih pria
bajingan itu.
“Aku setuju mas.. Aku ingin kak Yuri segera sembuh”
“Baiklah..Jika kau menyetujuinya.
Aku akan mengurus untuk
memindahkan Yuri secepatnya”
“terimakasih untuk bantuanmu,
Mas..”
Mencapai depan rumah sakit, mas Doni mengatakan tak bisa mengantarku pulang karna ada sesuatu yang harus dia kerjakan.
Maka aku membiarkannya melajukan
mobilnya, sementara aku memilih
untuk menunggu bis.
***
Pada pagi hari Aku terbangun, Aku
segera merasakan kekacauan.
Akibat telat bangun dan terlambat
mengejar bis yang bisa membawaku
sampai kekantor, Aku harus menunggu
bis berikutnya dan berlarian menuju
pintu masuk gedung setelahnya.
Aku tak ingin terlambat meski aku
tahu aku sudah terlambat datang.
Dan seketika bertambah buruk ketika
aku tak memperhatikan
kesekelilingku dan hampir membuat
diriku tertabrak sebuah mobil.
Aku memang hampir tertabrak tapi
aku sudah terjatuh..
“Awhh..”
perih menyerang lututku..
“Kau baik-baik saja nona?”
Oh dear..
benar-benar Sial..
Mendengar suara bajingan itu…
>>>
Azka POV
Pagi hari ketika alarm jam
diatas meja berbunyi, Aku mengerang dalam kefrustasian.
Jet lag dan lelah karna jam dua dini
hari tadi aku bahkan baru pulang
setelah berkutat dengan beberapa
urusan pekerjaan yang kukerjakan
selama seminggu di Tokyo.
Kini setumpuk pekerjaan lain menantiku
dikantor. Dan sekali lagi Aku akan
menyalahkan
Papa yang benar-benar keterlaluan.
Dia telah membebankan semua
urusan bisnisnya diatas tanganku.
Aku akan bersumpah tak jadi masalah
jika tak mendapatkan warisan apapun
darinya.
Demi Tuhan..
Aku sungguh merasakan ini
melelahkan.
Tapi kemana lagi Papa akan
mewariskan hartanya.
Aku adalah
satu-satunya putra yang dimilikinya.
Pewaris tunggal segala bisnis yang
dibangunnya.
Tak seharusnya aku menyalahkan
Papa.
Aku justru sebaiknya berterimakasih
dengan kemewahan yang
diberikannya.
“Azka.. Jam berapa ini? Bangun..”
Ya Tuhan..
Mama.. Tak bisakah memberikan
waktu untukku beristirahat lebih lama.
Dia sama saja seperti papa.
Sungguh pasangan yang klik..
“cepat Azka.. Bangunlah, sebelum
Papamu menyeretmu turun dari tempat tidur..”
Astaga..
Aku pria dewasa, dua puluh delapan
tahun dan aku masih diperlakukan
seperti seorang bayi.
Ini lebih dari sekedar Menyebalkan..
“Aku sudah bangun Ma..”
mengerang, aku menyingkap selimut
dari atas tubuhku.
“baguslah.. Segeralah bersiap,
Mama menunggumu dimeja makan”
Setelah menggunakan sepuluh menit
waktuku untuk mandi, aku bisa
melihat setelan jas yang sudah berada
diatas tempat tidurku.
Benarkan, aku memang seorang bayi..
Mama bahkan masih terus
menyiapkan pakaian untukku.
Kurasa dia juga akan memakaikan
pakaian yang telah disiapkannya jika
aku seorang anak perempuan.
Sayang sekali Mama, itu satu-
satunya hal yang tak bisa Kau lakukan diusiaku sekarang..
“Kemarilah Azka.. Bibi Lia
menyiapkan sarapan paling enak
untukmu”
Disaat aku melangkah keluar dari
kamar, aku langsung menghampiri
mereka dimeja makan.
“Kapan Mama yang akan memasak
untukku?”
“Tanyakan saja pada papamu, bukan aku tak mau.. Tapi papamu yang tak membiarkanku berada didapur. Menurutnya Api didapur bisa membakarku..”
Mama tersenyum dan melirik kearah
Papa yang segera mengalihkan
fokusnya pada koran yang sedang dia
baca untuk sekedar membalas
senyum dengan kedikan mata kearah
Mama.
Menggelikan..
Tapi Itulah yang aku suka dari kedua
orangtuaku. Diusia mereka sekarang,
cinta mereka tak sedikitpun memudar.
Tuhan benar-benar bermurah hati
menyatukan mereka dan
menempatkan aku diantaranya.
Betapa gerutuanku tadi sirna dan
berubah menjadi kebanggaan karna
mereka..
“Aku tak bisa sarapan.. Aku akan
memimpin rapat pagi ini”
Setidaknya aku tak melupakan aturan
untuk mencium Mama sebelum aku pergi.
***
Setelah menempuh beberapa menit
perjalan menuju kantor, aku
melangkah turun dari dalam mobil
untuk selanjutnya memasuki kantor.
Aku sudah terbiasa menerima
penghormatan ketika aku datang, tapi
ada hal yang berbeda kali ini.
Disaat semuanya membungkuk
kearahku, seseorang dengan
beraninya menaikkan dagunya
kearahku.
Dan pandangan pertamaku langsung
terfokus padanya.
Lancang..
Selama ini tak ada yang berani
melakukan hal semacam kebodohan
seperti itu dihadapanku.
Wanita muda itu bahkan berani
menatapku dengan mata berkilat-kilat
seperti kemarahan.
Marah..
Apakah dia marah?
Tapi siapa dia?
Jelas bila dilihat dari seragam
resepsionis yang dikenakannya, dia
bagian dari karyawan disini.
Maka tak
seharusnya dia memberiku tatapan
tak layak seperti itu.
“Apa yang sedang Kau perhatikan
nona?”
Mengerjap, dan seakan baru
menyadari kekeliruan yang
dilakukannya, dia langsung menunduk
menyembunyikan wajahnya yang
bersemu merah.
Lucu..
Setelah sebelumnya dengan tatapan
matanya yang terarah padaku, ia
seperti seekor serigala yang siap
menelanku, kini ia justru berubah
menjadi seekor rusa jinak dengan
wajahnya yang merona.
“Dia karyawan baru.. Dia pasti belum
mengerti apa yang harus dia lakukan
ketika anda datang..”
“Pastikan dia bekerja dengan benar.
Jika tidak, kau boleh memecatnya..”
Bagaimana nona?
Apa kau sudah salah memberikan
tatapan itu padaku?
Ataukah aku yang salah mengartikan
tatapan matamu?
Kau bukan marah, melainkan telah
salah mengekspresikan
kekagumanmu saat melihatku..
“Saya akan melakukan apa yang anda
katakan.. Tapi sebaiknya anda tak
berlama-lama disini. Ada rapat yang
harus anda pimpin..”
Kembali melangkah dan melewati
gadis bodoh itu aku lansung menuju
ruang rapat dengan beberapa direksi
yang sudah berada disana.
Ketika setumpuk pekerjaan masih
harus kukerjakan, ponsel yang berada
diatas mejaku berbunyi..
“Saya sudah menemukan wanita itu
Tuan..”
Kabar yang kuterima dari seseorang
yang selama ini kusewa cukup
mengagetkanku..
“dimana? Aku akan kesana
menyusulmu..”
Akhirnya aku menemukanmu Yuri..
Aku benar-benar menyesal telah
melakukan hal itu padamu.
Kau tak seharusnya pergi dariku
setelah malam itu..
Maafkan aku..
Aku baru saja akan menyingkirkan
tumpukan kertas-kertas diatas
mejaku dan meninggalkannya untuk
mendatangi Yuri, saat kemudian
seseorang itu kembali bersuara..
“Sebaiknya tidak sekarang Tuan..
Saya baru saja bertemu dengan gadis
muda yang mengaku sebagai
adiknya..”
“adiknya?”
“Ya.. Dia sedang berada disini”
“baiklah kalau begitu.. Tapi pastikan
kau tetap mengawasinya, dan segera
beritahu aku waktu yang tepat untuk
menemuinya”
Menghela napas dengan berat, aku
kembali menyesalkan kekeliruan
sikapku malam itu.
Andai aku tak melakukannya, Yuri
mungkin takkan pergi begitu saja
dariku.
Yuri pasti telah tersakiti karna itu..
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments