Pagi berikutnya rutinitasku masih tak
berubah. Bangun dipagi hari dan
bersiap untuk selanjutnya menikmati
sarapan pagi bersama kedua orangtuaku.
Menghabiskan beberapa menit untuk mengobrol dengan Papa tentang pekerjaan dan beberapa menit yang lain untuk mendengar keinginan atau aku lebih suka menyebutnya sebagai keluhan Mama karna tak adanya seorang wanita yang saat ini ku kencani.
Mama sangat ingin melihatku
membawa seorang wanita yang
benar-benar kuinginkan kehadapannya. Bukan hanya sekedar
main-main seperti yang sebelumnya
kulakukan.
Jika sudah seperti itu, aku tahu
kemana arah pembicaraan ini akan
berakhir. Menyebalkan..
“Bukan aku tak mau berkencan
Ma.. Tapi lihatlah apa yang sudah
Papa lakukan padaku. Aku bahkan
hampir tak punya waktu untuk sekedar melirik seorang gadis. Semua
pekerjaan itu menghalangiku untuk
melakukannya..”
dengusku kearah Papa yang seperti
biasa, menganggap lalu semua
keluhanku.
“Hmmm.. Begitukah?”
Aku mengangguk dengan wajah
memelas kearah Mama..
“Ini masa mu untuk bekerja keras
Azka.. Sama hal nya dengan apa
yang kulakukan dulu”
“Tapi Pa.. Dulu saat Kau seusia
Azka, Kau sudah memiliki Aku juga
menimang bayi Azka dilenganmu..”
“Itu karna aku lebih pintar darinya.
Aku mengutamakan untuk mengejar
dan mendapatkanmu lebih dulu
istriku..”
Aishh..
Melihat wajah Mama yang merona,
Aku bisa memastikan jika Mama
takkan lagi memikirkan wajah
memelas yang kutunjukkan.
Yang justru akan terjadi jika aku tetap berada diantara mereka, Aku hanya akan dijadikan pendengar sekaligus penonton cerita manis mereka seperti yang sudah sering terjadi.
Dan aku tidak menginginkannya lagi.
Aku bahkan sudah menghapal diluar
kepalaku karna seringnya mereka
menceritakan hal itu kepadaku..
“Aku harus berangkat..”
Melirik jam pada pergelangan
tanganku, Aku berdiri untuk kemudian mencium Mama.
Ini sudah menjadi aturan yang tak
boleh dilupakan.
“Mama punya banyak kenalan dan
mereka mempunyai anak-anak gadis
yang cantik. Mungkin itu akan
membantumu untuk melirik salah satu diantaranya dan menetapkan
pilihanmu.”
Aku memutar mata kearah Mama yang nampaknya tak memperdulikan reaksi penolakan dalam bahasa tubuhku.
“Jangan macam-macam Mama..
Hari ini aku tak punya waktu untuk hal seperti itu”
Mama mengangkat bahu, Aku bisa
menangkap ketidak perdulian dimatanya.
Oh..
Mengapa harus ada topik semacam itu dipagi ini. Benar-benar merusak mood ku..
***
Setiba dikantor dan sebelum
memasuki ruang kerjaku, terlebih dulu aku akan mengingatkan dua wanita berseragam resepsionis itu untuk memberi alasan ketidak hadirankupada siapapun yang mencoba menemuiku.
Sekedar berjaga-jaga, Aku punya
firasat jika Mama akan melakukan
sesuatu. DanDan aku tak ingin diganggu dalam pekerjaanku..
“Jika ada siapapun yang mencariku
tanpa membuat janji terlebih dulu,
katakan aku tidak ada..Terutama jika
itu seorang wanita, jangan pernah
mengijinkannya untuk naik keruanganku”
“kami mengerti Pak..”
Keduanya mengangguk tanda mengerti dengan apa yang kukatakan, termasuk gadis yang sebelumnya dengan berani menatapku.
Meneruskan langkahku menuju lift
khusus, Aku membutuhkan tak kurang dari lima menit untuk berada dibalik meja kerjaku dan berhadapan dengan banyaknya pekerjaan yang harus kuselesaikan.
Tuhan melindungiku dengan tidak
adanya gangguan selama beberapa
jam aku berkutat dengan kertas-
kertas berisi banyak hal termasuk
salah satunya catatan bisnis dengan
beberapa perjanjian yang
menyertainya.
Mengerang beberapa kali, Aku teringat akan Yuri.
Disaat seperti ini aku benar-benar merasa kehilangannya. Aku membutuhkan kehadirannya disini,
untuk membantuku menyelesaikan
semua pekerjaanku.
Yuri..
Aku harus secepatnya menemuinya.
“Azka Rianda..”
Terkejut, aku mendongak mendengar
seseorang menyebut namaku. Dan
berdiri disana seorang wanita yang
tak kukenal tersenyum dengan
kedipan mata kearahku.
“Siapa kau?”
“Oh, kukira ibumu sudah memberi
tahu”
Dia melangkah mendekatiku..
“Siapa yang mengijinkanmu masuk?”
Dia berkerut keheranan..
“Seorang resepsionis mengatakan jika kau sudah menungguku..”
Sialan..
Berani-beraninya mengabaikan ucapanku.
Mengambil telpon, Aku akan
memperingatkannya..
“Siapapun Kau.. Naik keruanganku
sekarang! Jika dalam waktu lima
menit Kau tak berada dihadapanku.
Kau dipecat!!”
Aku akan melihat siapa yang berani
mengabaikan ucapanku..
Aku benar-benar merasa
kesal terhadap siapapun yang telah
membiarkannya masuk, juga pada
kehadiran wanita yang entah berasal
darimana, tapi jelas keduanya telah
membuyarkan konsentrasiku.
Berdiri dari dudukku dengan kedua
tangan terlipat didepan dada juga
tatapan tajam yang terarah padanya,
kurasa aku telah berhasil
membuatnya terintimidasi oleh
sikapku.
Dan segera setelah ini aku juga akan
membuat siapapun yang mengabaikan ucapanku menyesali keteledorannya.
“Maaf.. tapi aku tak tahu jika kau
sedang sibuk Azka.. Ibu mu yang
mengatakan jika Aku bisa bertemu
denganmu disini, dan resepsionis tadi juga mengatakan jika Kau sedang menungguku. Maka kurasa ibumu sudah mengatur pertemuan kita..”
Mama akan mendapat teguran dariku segera setelah aku menginjakkan kaki dirumah.
Tapi untuk saat ini aku benar-benar
menginginkan siapapun resepsiois itu
yang telah mengijinkan wanita ini
masuk untuk berada dihadapanku dan menerima konsekuensi atas tindakan lancang yang dilakukannya dengan mengabaikan ucapanku..
“Azka..”
Wanita itu memanggilku dengan suara rendah nya, terlihat takut-takut..
“Jadi apa yang sekarang kau inginkan
nona?”
“emm.. Kurasa ini sudah terlanjur
terjadi. Kita sudah bertemu, maka tak ada salahnya jika kita berkenalan
bukan..”
Aku mengerutkan dahi mendengarnya,
ternyata dia cukup punya nyali dengan mengulurkan tangannya padaku..
“nama ku Jessica.. senang bisa
berkenalan denganmu, Azka..”
Aku bahkan tak memperkenalkan
diriku nona, tapi kau lah yang lebih
dulu mengenalku lewat campur tangan Mama tentunya.
“Kau sempurna.. Sama seperti yang
dikatakan Ibu mu padaku”
tentu saja, Ibu mana yang tidak akan
membanggakan putranya. Terlebih
aku adalah anak semata wayang yang dimilikinya.
Sudah pasti aku bisa membayangkan
bagaimana Mama menceritakan
tentang diriku kepada gadis-gadis
yang ditemuinya.
Mama akan bertindak layaknya SPG
yang mempromosikan produk yang
dijualnya tanpa cela.
Demi Tuhan..
Aku pernah melihat mama
melakukannya dan itu cukup memalukan untukku.
Aku bukan tak ingin serius dengan
gadis yang ku kencani.
Aku hanya belum menemukan gadis
yang bisa mengikat hatiku dan
membuatku berpikir untuk
memilikinya, dan membawanya ke
altar pernikahan seperti apa yang
diinginkan Mama, agar aku serius
menjalin satu hubungan dan
berkomitmen setelahnya.
“Jadi kau benar-benar sibuk?”
“Sangat..”
“tidak ada waktu sebentar untuk kita
bisa mengobrol?”
“sama sekali tidak.. Kurasa aku akan
menerima kerugian fantastis bila aku
menggunakan waktu kerja untuk
sesuatu yang tidak penting, seperti
mengobrol..”
Raut wajahnya berubah dan
mendengus kesal mendengar
ucapanku..
Aku masih tak perduli dan tetap
menunggu seseorang itu untuk berada diruanganku.
Aku bisa menghitung saat ini bahkan
telah lewat dari waktu lima menit
yang kuberikan.
Dan kemudian pintu ruanganku
diketuk, dengan Doni yang
kemudian masuk. Jelas bukan
resepsionis bodoh disana.
“Mana dia?”
“Saya akan menjelaskan pada anda
Pak..”
Aku tahu Doni selalu mengerti
dengan apa yang ada dikepalaku,
terbukti ketika dia kemudian
menghampiriku dan menarikku sedikit
agak menjauh dari Jessica.
Jika bukan karna aku yang telah lama
mengenalnya bahkan tumbuh besar
dengannya, Aku takkan membiarkan
Doni melakukannya, terlebih
didepan seorang wanita yang berada
diruanganku.
“maksudmu resepsionis dibawah? Dia yang kau tanyakan?”
Doni tidak akan memanggilku
secara formal bila kami hanya
berbicara berdua.
“Ya.. Dia mengacaukan konsentrasiku
dengan membiarkan wanita itu masuk, sementara aku sudah
memperingatkan sebelumnya..”
Doni tahu betapa aku tak suka jika
waktu kerjaku terganggu.
Dia juga tahu, dua bulan kehilangan
Yuri sebagai sekertarisku membuatku
berubah lebih buruk dengan sikapku
itu.
Aku terbiasa mengandalkan Yuri. Dia
wanita paling pintar yang pernah
kukenal. Dan kehilangannya
membuatku pincang dalam urusan
pekerjaan.
Bukan aku tak mencari penggantinya.
Tapi aku tak menemukan yang seperti dirinya dari dua puluh sekertaris baru yang
sempat kupekerjakan dan kupecat
dalam dua bulan terakhir.
Kesemuanya tak ada yang sepintar
Yuri dalam menangani pekerjaan.
“Sebaiknya Kau urus pesangonnya,
Aku sudah memecatnya!”
“Tapi Kau tak bisa melakukannya..
Dia punya kontrak kerja”
“Persetan dengan itu.. Aku tak perduli!”
“yang satu ini kau pasti perduli jika
aku memberitahumu siapa dia
sebenarnya..”
“siapa?”
“gadis itu bernama Yuna.. Dia adik
Yuri..”
adik Yuri..?
“Aku ingin mengatakan ini padamu
sebelumnya, Aku yang membawanya
bekerja disini karna dia
membutuhkannya setelah kepergian
Yuri, dia butuh uang..”
Doni juga yang dulu membawa
Yuri untuk bekerja. Dan keduanya
cukup dekat.
Aku bahkan sering melihatnya pergi
bersama. MakaMaka aku cukup heran saat dia tak tahu kemana Yuri pergi.
Dan sekarang dia membawa adik
Yuri?
Tentu Aku butuh lebih banyak penjelasan untuk itu..
“jelaskan padaku setelah kau bawa
wanita itu keluar dari ruanganku”
“Baik.. Aku akan melakukannya..”
Doni kembali masuk keruang
kerja ku setelah beberapa saat
kemudian. Aku tak bisa menahan
diriku dan langsung bertanya
padanya..
“Jadi gadis itu adik Yuri?”
“Ya.. Seperti yang kukatakan padamu
tadi. Dia memang adik Yuri.. Dia
berada disini juga untuk membayar
hutang Yuri pada perusahaan.. Karna
itu kau tak bisa memecatnya begitu
saja”
Oh..
Ini sedikit mengagetkan,
Aku baru tahu jika Yuri memiliki
hutang pada perusahaan.
Kurasa aku menggajinya cukup besar sebagai sekertarisku..
“Bukankah kau tadi mengatakan dia bekerja karna butuh uang? Kenapa
sekarang menjadi dia dipekerjakan
untuk melunasi hutang? Dan kupikir
selama ini Yuri tak pernah berhutang
pada perusahaan.. Dia bisa meminjam padaku secara pribadi jika dia membutuhkannya”
“Kau pasti tahu, Yuri takkan
segampang itu melakukannya. Dia cukup punya harga diri..”
Ya..
Yuri memang tak pernah sekalipun
mengeluhkan tentang kehidupan
pribadinya padaku.
“Yuna mengatakan butuh pekerjaan
dan saat itu satu posisi resepsionis
kosong. Maka aku menawarkannya
dan dia menyetujui”
“kenapa kau tak membicarakannya
denganku terlebih dulu?”
“Kau berada di Tokyo minggu lalu..
dan kupikir kau akan bisa
menerimanya. Itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan”
Aku memikirkan bagaimana gadis itu
kemudian menghidupi dirinya jika ia
masih harus melunasi hutang yang
ditinggalkan Yuri. Karna setahuku Yuri tak lagi memiliki orangtua, otomatis keduanya menghidupi diri mereka sendiri.
“berapa sebenarnya hutang yang
ditinggalkan Yuri? Bebaskan saja
semua itu..”
“Aku akan memeriksanya lebih dulu..”
***
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ibra Ibrahim
Spti drakor yahhh tp lupa judul film, hanya kknya meninggal, salah paham
2020-05-11
0