Terbangun lebih dulu dalam keadaan yang sejatinya tidak pernah terpikir sebelumnya. Bagaimana bisa kesepakatan pernikahan palsu yang sudah matang disusun tiba-tiba lenyap dalam semalam. Amanda terus merutuk dirinya karena ulahnya yang terbuai suasana. Jelas di sini dialah yang paling rugi. Kehormatannya telah terenggut oleh pria yang belum tentu akan menjadi suami seumur hidupnya.
Sudah lebih dari lima belas menit Amanda diam, menunggu Dewa bangun lebih dulu. Namun yang ditunggu-tunggu tidak terasa gerak-geriknya. Pria itu masih terlelap dengan baik dalam keadaan terlentang, di bawah selimut di mana tubuhnya juga dipeluk hangat oleh Manda.
Setelah lama-lama menimbang, Manda memutuskan untuk beranjak lebih dulu. Tanpa sehelai benangpun di tubuhnya dia berhati-hati turun dari ranjang lantas berlari ke dalam kamar mandi. Dia setidaknya harus membersihkan apa yang tersisa semalam sebelum keluar dari kamar.
"Perih," eluhnya, susah baginya untuk berjalan normal. Manda harus memaksakan diri hingga akhirnya dia bisa memakai pakaiannya kembali.
Dengan hati-hati, Manda membuka pintu kamar mandi meski usahanya sia-sia. Dewa telah terbangun, bahkan dia berdiri menunggunya di depan pintu.
Cup! Dewa mencuri kecupan di bibir wanita yang mematung itu. "Morning kiss."
"Kamu mau membantu saya bebersih badan," kata Dewa menyadarkan Amanda yang masih berada di dalam kamar mandi padahal lelaki itu juga sudah masuk ke dalamnya.
Dalam syok yang masih teramat sangat, Amanda yang jelas-jelas sudah bergerak justru ditahan. Jangankan keluar, dia justru terjebak di dalam sana usai Dewa menutup pintunya.
"Kamu belum mandi. Mau mandi bersama?" tanya pria yang hanya mengenakan celana dalam itu. Manda bahkan belum menyadari jika Dewa masih setengah telanjang.
"Lupakan. Anggap saja tidak pernah terjadi," sahut Manda, gugup.
"Bagaimana bisa, pertama kalinya bukan. Saya juga menikmatinya, sangat. One more time."
"Mesum!"
"Istri sendiri, kenapa dianggap mesum."
"Perjan.. hmppttt."
Dewa kembali mencuri ciuman. Kali ini dia bahkan sengaja menahan tanpa gerakan. Menunggu balasan Manda yang justru mendorongnya.
"Gila!" Manda menginjak kaki Dewa dan berhasil keluar dari ruangan lembab beraroma sakura itu. Dia tidak akan tinggal, namun sebelum keluar dari kamar dia berhenti sejenak, menatap noda darah di atas ranjangnya.
"Ish!!" geramnya dan berjalan kembali lebih cepat. Kesal sekali melihat noda yang menggambarkan kebodohannya itu.
Persetan dengan bagian bawahnya yang perih. Persetan dengan tubuhnya yang terasa lengket. Manda harus tetap turun ke bawah, dia lapar sekali, tenaganya benar-benar habis semalam.
"Bi, masak apa?" tanya Manda.
"Enggak masak, Non. Kan semalam Non bilang mau pesan katring untuk diet. Sementara Tuan tidak biasa sarapan berat, paling cuma roti dan susu. Mau saya ambilkan, masih belum saya letakkan di meja makan soalnya."
"Nggak usah, Bi. Rotinya di mana memang?"
"Itu masih di dapur."
Manda mengangguk dan melangkah ke dapur. Roti, selai dan pisaunya sudah disediakan di sebuah nampan. Dia cukup mengambil satu lembar dan memakaikan selai coklat kesukaannya untuk mengganjal perut. Dengan tambahan air putih, dia akan kenyang. Dia tetap harus menjaga badan sebab dia sudah berniat untuk kembali ke dunia model.
Saat sedang mengoleskan selai, sebuah tangan tiba-tiba menelusup masuk dari bawah tangannya, memeluk pinggangnya yang ramping. Hembusan nafas yang hangat juga ikut terasa di pipi sebelah kanannya saat Dewa si pemilik tangan itu juga meletakkan dagu di bahunya. "Buatkan saya satu, saya juga lapar," katanya.
"Berhenti melakukan hal bodoh ini. Aku risih!" tolak Manda, dia tidak bisa serta merta bebas karena pelukan Dewa begitu erat.
"Buatkan saya satu. Saya lapar sekali, sungguh."
"Fine aku buatkan. Tapi bisa tolong lepas dulu!"
"Mungkin tidak bisa. Saya kedinginan, tangan saya juga susah sekali untuk melepaskannya. Di tubuh kamu ada lemnya mungkin."
"Jangan ngaco. Lepas!"
"Tidak mau."
Manda meletakkan pisau dan rotinya begitu saja. Dia tidak mau seperti ini dan dia harus melepaskan diri secepatnya. Tapi apalah daya, tubuhnya tak sekuat itu. Dia berhasil berbalik badan tapi tidak berhasil keluar dari hadangan Dewa.
Pria berbadan kekar yang hanya mengenakan celana panjang itu menahan Manda dengan kedua kaki, kembali menjatuhkan dagunya. Sementara kedua tangannya sibuk mengoleskan selai ke atas roti.
"Saya sudah selesaikan roti kamu. Dimakan, jangan terlalu kurus," kata Dewa, menggigit rotinya dan meninggalkan Manda yang kembali terpaku.
Manda harus menghirup nafas banyak-banyak, jantungnya hampir copot karena ulah pria itu. Dia benar-benar tidak mau menghirup kembali wangi tubuh Radewa yang sebenarnya sangat candu. Dia harus tetap waras, tidak boleh terhanyut kembali.
Manda menampar pipinya tiga kali. Memastikan bahwa dirinya sudah sadar, dia mengambil roti yang sudah dibuat Dewa. Memang pria itu tidak mau melihatnya kurus, dia menambahkan satu roti lagi di atas roti yang tadi sudah diolesi selai.
Duduk di kursi, Amanda menggigit rotinya pelan-pelan. Sesekali dia menggeleng kepala, bayangan semalam dan juga apa yang terjadi tadi terus saja mengotori pikirannya. Membuatnya susah berkonsentrasi.
"Bi, mau ke mana?" tanya Manda melihat pelayan membawa alat bersih-bersih.
"Membersihkan kamar Non dan Tuan."
"Kamar Dewa saja. punya saya biarkan. Ada benda penting yang saya mau bereskan sendiri."
"Baik, Non."
Untung saja meski sedang kacau pikirannya Manda masih bisa sadar jika pelayan lewat. Jika tidak dia pasti akan malu. Noda merah itu harus dia yang membereskannya sendiri.
"Gue harus buang benda itu. Sialan memang!" Tekad Manda sudah bulat. Meski dia merasa merugi, tapi berlarut-larut pada apa yang sudah terjadi hanya akan memperburuk hidupnya. Yang terpenting adalah dia harus menyingkirkan jejak yang tersisa dan berusaha mengabaikan untuk saat ini. Tentang melupakan dia masih belum yakin akan bisa, karena apa yang terjadi jelas menjadi yang pertama kali baginya. Tapi seiring berjalannya waktu, dia pasti bisa melupakannya, walau mungkin dia akan mengingatnya sesekali dalam suatu moment yang tidak disengaja.
***
Dewa berubah?
hmm??.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments