Pembalasan

"Dasar wanita iblis. Jika kamu tidak menyukai saya, katakan. Celakai saya saja, jangan kekasih saya!" hardik Dewa melewati Manda yang sebenarnya ingin membantu mereka.

"Sialan!" Manda menyambar handuknya, dia harus mengikuti Dewa untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Enak saja dia disalahkan.

"Memang wanita iblis. Aku nggak akan pernah mengampuni dia!" Dewa merutuk terus-terusan sembari menghangatkan kekasihnya dengan handuk kering.

"A.. aku..."

"Kamu tenang saja, tidak akan aku biarkan dia mencelakaimu lagi. Jangan pernah menemui dia tanpa diriku."

"Aku hanya ingin menyapa. Aku pikir akan sangat baik jika aku dan dia bisa akrab."

"Tidak perlu. Dia manusia licik. Di depan kamu saja dia berani angkuh apalagi di belakang. Pokoknya jangan pernah kamu dekati dia. Mengerti?"

"Hmm."

Langkah Manda tertahan di depan pintu. Dia menyungging smirk mendengarkan pembicaraan sepasang kekasih di dalam kamar itu.

Rupanya tebakannya benar, Dinda tidak sebaik itu. Alih-alih menjelaskan yang sebenarnya, dia justru mengiyakan tuduhan Dewa. Jadi siapa di sini yang licik?

Manda menjauh, lebih baik dia kembali ke kamarnya dibandingkan harus menjelaskan sesuatu yang sudah pasti tidak akan diterima oleh Dewa. Dia juga malas sekali harus berhadapan dengan Dinda yang berwajah dua itu. Padahal jika dia ingin, dia bisa mempermalukan Dinda seandainya wanita itu tetap menuduhnya. Di penginapan mereka jelas ada CCTV yang terpasang.

"Pasangan bodoh. Yang satu tak pandai menipu, yang satunya lagi mudah ditipu," gumam Manda.

"Amanda!!" Teriakan Dewa terdengar. Kayu yang menjadi tumpuan ikut bergetar sebab langkah pria itu yang begitu tegas.

"Apalagi, belum selesai dramanya?" santai Manda. Entah apalagi yang diadukan, tapi jika melihat kemarahan Dewa sekarang, pasti ada hal yang tidak Manda dengar.

"Kalau kamu memang tidak menyukai saya, celakai saya. Jangan celakai kekasih saya. Picik dan licik. Apa mau kamu sebenarnya!"

"Ckk. Siapa yang mau mencelakai dia. Orang gila pun enggah menyentuh manusia tukang drama seperti dia!"

"Jaga bicara kamu. Dinda bukan perempuan tukang drama. Kamulah di sini yang berdrama. Bilang saja jika kamu cemburu pada Dinda."

Manda tertawa kencang. "Cemburu? Cemburu untuk apa? Apa yang harus saya cemburui dari perempuan yang tidak punya restu, tidak punya harga diri dan pandai berdrama seperti dia. Dia jauh di bawah levelku."

"Persetan dengan omongan kamu. Bagi saya Dinda jauh lebih baik. Dia pandai menjaga diri. Pandai menempatkan diri. Tidak berpenampilan senonoh layaknya jalang. Dan satu lagi, dia adalah dokter, dia pintar. Bukan seperti kamu yang hanya bekerja sebagai model. Dari profesi saja sudah jelas siapa yang lebih murahan di sini!" Usai mengatakan kalimat panjang itu Dewa pergi kembali dengan tergesa.

"Bajing*n!" geram Manda, "hanya manusia bodoh yang melihat kepribadian orang lain dari penampilan. Dasar tidak tahu diri. Akan aku balas omongan kamu, Radewa!"

***

Manda bukanlah orang yang akan mengambil keputusan saat sedang dalam pengaruh amarah. Usai menenangkan diri di dalam kamar beberapa jam, wanita yang mengenakan feminim dress itu akhirnya membuat keputusan. Dia teguk wine yang sejak tadi menjadi teman lamunannya.

"Akan aku beri peringatan untuk kamu, Dewa. Siapa aku dan bagaimana caraku bertindak. Bodoh!"

Manda yang telah meneguk habis minumannya menyambar ponsel yang tergeletak di meja. Ada banyak pesan masuk dari teman-temannya tapi dia lebih memilih menggerakan jemarinya pada kontak bernama Sedayu. Wanita tua itulah yang akan menjadi pembalasan Manda kali ini.

Tak butuh waktu lama. Bunyi tutt dari ponselnya berubah cepat menjadi suara sapaan dari wanita tersebut.

"Halo, Sayang, ada apa? Bagaimana liburannya, menyenangkan?" Suara Sedayu lembut sekali, Manda suka mendengarnya. Suara itu mengingatkan dia pada suara Eyangnya yang telah pergi sejak dia kecil. Andai saja manda tidak memiliki firasat buruk tentang Sedayu yang baginya adalah perempuan gila harta, dia pasti sudah sukarela mendekatkan dirinya.

"Sangat tidak menyenangkan, Omah," sahut Manda melirih. Akan dia buat seolah dirinya begitu menderita.

"Hey, ada apa. Apa Dewa melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

"Sangat buruk Omah."

"katakan, katakan pada Omah apa yang telah dia lakukan padamu."

"Sebenarnya sejak awal datang kami tidak berada di satu kamar yang sama. Ternyata Dewa membawa kekasihnya datang ke sini. Omah, aku sungguh tidak terima mendapat perlakuan seperti ini. Meskipun kita belum saling mencintai, harusnya dia menghargaiku bukan. Aku, Aku ingin memberitahukan pada Papa, tapi aku takut. Jadilah aku memberitahu Omah lebih dulu."

"Astaga, Omah malu sekali pada kamu Manda. Maafkan Omah karena tidak bisa mendidik Dewa. Maafkan Omah karena tidak tahu jika dia masih berhubungan dengan wanita itu."

"Omah tidak perlu meminta maaf. Dewa yang salah. Aku juga salah, aku tidak berdaya untuk membuat Dewa jatuh cinta padaku. Omah, biar aku pulang saja, ya. Aku akan mengatakan pada Papa agar aku dan Dewa bercerai saja."

"Jangan, Sayang, jangan. Jangan katakan apapun pada Papamu. Biar Omah yang urus semua ini. Akan Omah kirim orang untuk datang ke sana."

"Tapi Omah, aku tidak sanggup di sini. Wanita itu, dia membuatku dimarahi Dewa." Manda pura-pura terisak. Sangat menyenangkan mengadu pada Sedayu yang seratus persen membelanya itu.

"Katakan apa yang wanita itu lakukan padamu, Sayang. Omah tidak terima!" Sungguh mengejutkan. Sedayu terdengar jauh lebih marah dari sebelumnya.

"Dia berpura-pura jatuh dan membuatku menjadi pelaku. Padahal aku tidak melakukan apa-apa. Aku sakit hati Omah, aku tidak sanggup berada di sini. Aku ingin pulang."

"Wanita sialan itu, beraninya dia menyentuh kamu. Tenang saja Sayang, Omah juga tidak akan membiarkan wanita itu tenang. Kamu berkemaslah. Akan Omah pesankan pesawat tercepat. Pulanglah tanpa sepengetahuan Dewa. Omah pastikan Dewa juga akan menyusul kamu segera."

"Omah yakin Dewa akan menurut?"

"Dia tidak punya pilihan lain."

"Terima kasih, Omah. Manda sedikit lega sekarang."

"Akan Omah lakukan apapun demi pernikahan kalian. Tunggu ya Sayang."

"Iya, Omah."

Panggilan mati, Manda yang sudah berair mata segera menghapus jejak air mata palsu tersebut.

"Aku tidak peduli dengan apa yang akan Omah kamu lakukan Dewa, yang jelas aku senang mendengar kemarahannya padamu dan wanita jalang itu."

***

Makin seru gak nih?

lanjut kan?

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

lanjut

2024-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!