Bulan Madu

Seharian penuh berjalan sangat membosankan. Hanya untuk Radewa, sementara Amanda bersenang-senang dengan tidurnya. Lelaki yang mengenakan kaos oblong putih itu hanya bisa berjalan bolak-balik tanpa bisa keluar dari rumah. Masih was-was takut Baron datang karena dia sempat mendengar bibi dihubungi oleh mertuanya itu.

Hari sudah mulai sore, dari balkon Radewa bisa melihat langit senja yang begitu indah. Seindah wajah Dinda yang dilihatnya dari foto yang baru saja gadis itu kirimkan.

"Andai saja Omah merestui kita, Din. Pasti aku akan sangat bahagia sekali." Dewa merenung, entah alasan apa sehingga Sedayu membenci kekasihnya itu. Padahal Dinda adalah seorang dokter. Dia pasti akan merawat Sedayu dengan penuh kasih nantinya. Suasana rumah pasti akan harmonis sekali. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya ada sepi dan sepi.

Radewa memang yatim piatu. Dia kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil akibat kecelakaan mobil. Kecelakan sengaja yang dilakukan oleh musuh bisnis keluarga mereka. Radewa juga tidak memiliki saudara. Sedayu pun hanya punya anak satu. Maka dari itu saat dia akhirnya bertemu Dinda tiga tahun lalu, dia begitu bahagia. Dinda adalah wanita ceria yang selalu memberi kasih sayang pada Dewa.

"Woyyy, buka!!!" Suara gedoran pintu membangunkan lamunan Dewa. Dia berdecak membuka pintu kamarnya.

"Anda ini bukan hanya bodoh, tapi juga budeg. Sia-sia Tuhan memberikan telinga untuk anda!"

"Kamu, sehari saja tidak menyebalkan memang tidak bisa apa? Jadi perempuan tidak punya kelembutan sekali. Tidak seperti keka...."

"Stttt, berisik. Saya tidak butuh ceraman anda. Sekarang anda turun, karena Papa saya ada di bawah. Anda, masih butuh uang, kan?" Tanpa perlu persetujuan, Amanda menggandeng lengan Dewa, memaksa lelaki itu kembali turun ke lantai dasar.

Begitu lift terbuka, Keduanya langsung bisa melihat Baron yang tengah duduk santai di sofa. Entah kapan datangnya pria itu padahal Dewa sejak tadi berada di balkon. Mungkin karena terlalu fokus memikirkan Dinda dia sampai tidak menyadarinya.

Tapi lupakan tentang itu, Radewa harus bersikap manis di depan mertuanya itu. Dia berikan senyuman manis dan dia pun mendapat pelukan ala bromance dari sang papa mertua.

"Manda tidak menyusahkan, kan?" Baron bertanya.

"Tidak, Pa. Dia wanita yang sangat baik. Saya tidak salah pilih."

"Jangan bilang seperti itu dulu. Kita lihat sampai satu minggu ke depan. Mungkin kamu akan berubah pikiran."

"Papa ... apa-apaan sih. Jangan bikin nama aku jelek di depan Mas Dewa!" Manda menyela, mau tidak mau, dia juga tidak mau dicurigai karena dia mau menyelamatkan karirnya sebagai model profesional.

"Hahaha... lucu sekali. Akhirnya kamu bertemu seseorang yang bisa menjinakanmu. Baguslah, biar tidak liar terus. Pusing Papa dengan sifat kamu."

"Papa...."

"Iya, iya.. Papa berhenti. Papa ke sini juga cuma mau mampir sebentar. Papa hanya mau memberitahukan kalau Papa sudah memesankan tiket ke Maldives untuk kalian bulan madu. Papa tidak terima penolakan, besok pagi kalian harus berangkat."

"Pa, kenapa mendadak sekali!" protes Manda, saling lirik dengan Dewa.

"Tidak mendadak, Papa sudah memikirkannya sejak tanggal pernikahan kalian ditentukan. Papa juga sudah mencocokan jadwal kamu dengan manager kamu. Begitu juga dengan Dewa. Pokoknya Papa sudah bekerja extra, jadi jangan ditolak."

"Makasih, Pah. Dewa sama Manda akan menyiapkan semuanya malam ini." Giliran Dewa yang menyela. Dia santai saja karena setidaknya dia bisa beristirahat dari dunia kerja yang melelahkan itu.

"Nah, kalau seperti ini kan Papa senang. Ya sudah, Papa harus pulang sekarang. Jaga kesehatan, safe flight buat besok. Papa sudah ingin menimang cucu." Baron pergi usai mengatakan kalimat terakhir yang tidak ditanggapi apapun oleh Manda maupun Dewa. Keduanya sama-sama bergidik geli mendengarnya.

"Anda beneran menerima tawaran Papa?" tanya Manda setengah tak percaya.

"Kenapa tidak. Setidaknya saya bisa istirahat di sana. Jangan berpikir kalau kita akan tidur satu kamar, saya tidak sudi."

"Astaga, rupanya anda memang memiliki tingkat narsis yang begitu tinggi. Siapa juga yang mau tidur satu kamar dengan anda. Tenang saja, biar saya yang memesan kamar lain, saya tau uang anda pasti tidak cukup."

"Kurang ajar. Saya yang akan memesan kamar saya sendiri!"

"Oh baguslah, setidaknya anda tahu diri. Tidak melulu meminta gratisan."

Tangan Dewa mengepal. Dia harus mengontrol amarahnya jika tidak mau semakin direndahkan. Meski masih kalah, setidaknya sekarang dia tau jika melawan Manda bukan dengan emosi. Toh, dia juga sudah menemukan salah satu kelemahan wanita itu, meskipun baru satu.

Meski sering pamer, ternyata untuk urusan privasi, Manda pintar menyembunyikannya.

***

Maldives, banyak pasangan baru beramai-ramai ke sana untuk berbulan madu. Penginapan di atas laut menjadi destinasi favorit mereka. Pikir Baron, Manda dan Dewa pun akan menyukainya. Ah... tingkah laku pasangan baru itu memang bisa menipunya. Sejak akhirnya Manda setuju untuk dijodohkan, mereka memang selalu bersikap mesra satu sama lain.

Alih-alih berbulan madu, Manda dan Dewa justru pisah kamar sejak mereka datang. Apalagi mereka tiba saat matahari telah terbenam. Sampai kamar, mereka segera berbesih badan dan lanjut untuk tidur.

Hingga malam berlalu dengan cepat dan keduanya berpapasan kembali paginya. Manda berjalan ke mana, Dewa pun ke mana. Mereka tidak saling tegur sapa, saling melirik pun enggan. Tapi saat mereka berpapasan kembali, akhirnya kontak mata itu terjadi.

Dewa usai kepergiaannya beberapa jam datang kembali dengan membawa seorang perempuan. Dia adalah Dinda, rupanya wanita itu menyusul ke sana. Kehadiran Dinda lah yang membuat Manda terkejut meski hanya sekilas.

"Tenang saja, saya bakal tutup mulut," kata Manda dibarengi senyum lantas berbelok ke kamarnya. Dia ingin menikmati air laut yang bening yang membuatnya bisa melihat kehidupan di bawahnya yang begitu indah.

"Dia sesantai itu?" Dinda keheranan sendiri. Maksudnya, meski perjodohan dan dia juga tau kesepakatan di antara mereka, tapi bukan berarti Manda harus bersikap sesantai itu bukan?

"Tidak usah dipikir. Kita ke kamar saja. Kamu pasti lelah sekali." Dewa segera mengangkat koper Dinda.

"Kita sekamar?" tanya Dinda lagi.

Radewa terdiam. Dia mencintai Dinda, sangat. Tapi bukan berarti dia bebas menyentuh wanita itu. Mereka tidak pernah melakukan hal terlarang kecuali ciuman panas.

"Kamu tunggu di sini sebentar. Aku lupa memesankan kamu kamar." Dewa berlari, kebetulan ada staff resort yang melintas. Jika saat dia memesan kemarin masih ada kamar yang kosong, harusnya hari inipun ada. Tapi sialnya dia salah, kamar di sana telah penuh. Dia kembali kepada Dinda dengan wajah kebingungan.

"Maaf, Sayang. Saya benar-benar lupa. Saya juga tidak mau kita satu kamar, saya takut kelepasan. Kalau semisal kamu tidur dengan Manda, kamu tidak masalah, kan?" lirih Dewa.

Dinda tersenyum. "Nggak papa, Dewa. Tapi masalahnya dia mau atau tidak?"

"Aku tanyakan sebentar, ya." Dinda mengangguk.

Butuh beberapa ketukan sampai pintu kamar Manda terbuka. Lelaki itu segera mengatakan niatnya tanpa basa-basi mengingat Dinda yang jelas kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang.

"No. Saya tidak mau diganggu. Bawa saja dia ke kamar anda, saya akan tutup mulut," tolak Amanda.

"Please, saya tidak bisa satu kamar dengan dia."

"Kenapa tidak bisa, bukannya kalian memang terbiasa tidur bersama."

"Jaga bicara kamu. Dinda bukan perempuan seperti itu!"

"Whatever. Tidak ya tidak. Don't disturb me please. Atau saya akan melaporkan anda ke Papa saya."

"Fuck you!"

"Yes i'm." Manda menutup pintu, terkekeh sekilas. Enak saja dia harus satu kamar dengan manusia asing. Berbasa-basi dengan yang tidak dikenal hanya akan membuat energinya terbuang secara percuma.

Radewa menelan ludah. Mau tidak mau dia harus satu kamar dengan Dinda. Jelas ini memang salahnya, tidak mungkin juga dia menyalahkan Manda. Hanya saja dia kesal sekali sebab harus bertemu manusia sebatu istri kontraknya itu. Tidak punya hati!

***

...Yang bakal punya cucu Papa Baron atau Nyonya sedayu doang nih?...

Bahaya sekali satu kamar😳

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan like dan komen

see you❤️❤️❤️❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!