Setelah mereka sampai di markas yang dimaksud oleh Kevin, atau bisa di bilang mansion lama Anastasia. Mereka sudah di sambut oleh banyak orang, Oliv dan teman-temannya tidak terkejut lagi dengan hal itu. Mengingat mereka juga tahu markas apa yang mereka datangi itu.
Tapi yang membuat mereka terkejut adalah saat dibawa masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar, dan di sana sudah ada banyak orang lagi yang menunggu mereka. Termasuk Henry.
" Kakak, kau disini??. " Oliv tidak tahu lagi apa yang dikerjakan kakaknya sampai dia bisa bersama dengan mereka sekarang.
Tapi Henry hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya, " Iya. "
Tapi Oliv merasa ada yang aneh dengan senyuman nya, dia terlihat was-was akan sesuatu. Oliv juga menyadarinya tapi tidak yakin dengan apa yang membuatnya begitu. Sejujurnya Shine dan yang lain juga terkejut melihat orang tua mereka masing-masing ada di sana, apalagi diruangan yang tidak bisa di masuki orang sembarangan.
Itu ruangan dimana mereka biasanya membicarakan sesuatu yang sangat rahasia..
Aristide pun yang pertama kali buka suara, " Loh, ada apa ini?? Apa ada pertemuan orang tua di sini?? " ucapnya terheran-heran.
" Bukan. Hanya pertemuan masalah bersama. " sahut Cassandra.
" Memang nya ada masalah apa, Mom??. " tanya Achilla pula yang sama penasarannya.
" Biar pamanmu yang mengatakan nya. " jawab Prensais yang kemudian melirik Damian.
Mereka semua pun ikut mengalihkan perhatian kepada Damian yang duduk didepan sama, semakin penasaran dengan apa yang akan dia katakan sampai-sampai dikumpulkan seperti ini. Mereka sangat fokus karena tahu ini pasti hal yang sangat penting, tapi Oliv dan yang lain jadi semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi ditempat itu.
Sampai kemudian Damian pun mulai buka mulut, " Jadi baiklah, kita mulai saja. Sebenarnya tujuanku memanggil kalian adalah untuk bertanya kepada Oliv. " ucapnya terus terang, " Oliv kau bilang kau merasa pernah bertemu dengan ku, kan??. " lanjutnya.
" Iya. " jawab Oliv dengan tenang, meski dia sangat bingung saat ini
" Lalu apa kau juga merasa begitu pada ku??. " kali ini Anastasia yang bertanya kepadanya.
Anastasia tersenyum dengan ramah kepada Oliv, agar dia tidak terlalu tegang diajukan pertanyaan seperti itu. Oliv pun hanya menganggukan kepalanya sambil menatap Anastasia, entah kenapa dia merasakan perasaan dejavu kepada nya sama seperti Damian.
Anastasia semakin melebarkan senyuman nya, dia yakin akan sesuatu. Dia pun memberikan suatu kode kepada Katania, yang juga dianguki olehnya, Katania pun berjalan mendekati Oliv.
" Oliv, apa kau tahu dia siapa??. " tanya Katania.
Dia menyerahkan selembar foto ditangannya kepada Oliv. Saat melihat foto yang diberikan Katania kepadanya, Oliv sangat terkejut tapi dia tidak mengatakan apapun. Dan foto itu juga membuat yang lain ikut penasaran.
" Apa, apa?? Foto apa?? " tanya Kalisa sambil ikut melihat nya.
" Haa.. Bukankah dia putri kerajaan negara A??" tanya Alvin.
Dan Ryuzen pun menyahutinya, " Tidak salah. "
Disisi lain, Shine mulai menyadari sesuatu. " Apa maksudnya ini, ayah?? " tanyanya dengan kening berkerut.
Dia agak kurang suka dengan situasi ini, orang tuanya terlihat seperti sedang menginterogasi atau membongkar sesuatu. Dan Oliv terlihat gelisah dan takut dengan itu.
" Woww, tenang Shine. Kami tidak akan melakukan apapun, kami hanya ingin bertanya. " Justic pun menengahi ketika ketenangan Shine mulai runtuh.
" Bertanya tentang apa??" tanya Arcane yang terlihat berusaha menyangkal sesuatu didalam kepalanya.
" Tentang keluarga kerajaan tentu saja. Bukannya sudah jelas? " jawab Jeffry, tapi tidak banyak membuat mereka paham. " Bukankah begitu... putri Christine Zia Tezevia." lanjutnya.
Mendengar itu mereka semua pun langsung menoleh kearah Oliv dengan serentak, ekspresi mereka menunjukan kalau mereka terkejut seolah tidak percaya dengan hal itu. Kecuali Amelia dan Mia tentu saja, yang menghalangi Oliv dibelakang mereka dengan gugup.
Namun kebenaran kalau teman mereka itu sebenarnya adalah putri yang dikabarkan menghilang, memang tidak bisa disepelekan.
Tapi berbeda dengan mereka, Oliv bukan terkejut mendengar itu. Tapi ekspresi ketakutan nya menjadi terlihat jelas, ia menjatuhkan foto ditangannya dan berjalan mundur sambil memegangi kepalanya. Dia takut akan sesuatu, bahkan sampai gemetar dan menangis saking takutnya.
" Tidak... Tidak!! Jangan sebut aku dengan nama itu!! " teriak Oliv dengan histeris.
Henry yang melihat itu pun tentu saja langsung panik, " Oliv...!!" ia langsung buru-buru mendekati dan memegang tangan nya.
Tentu semua orang terkejut dengan reaksi Oliv, bahkan Damian selaku orang yang pertama tahu. Tadinya mereka hanya ingin bertanya, tapi sepertinya Oliv terlalu sensitif dengan hal yang berkaitan dengan itu.
" He.. Hei, Oliv. Tenang okey, tenang semuanya akan baik-baik saja. " ucap Mia, sambil menggenggam tangan Oliv yang lain.
" Benar, kami disini. " sahut Amalia pula. Mereka berusaha menenangkannya sebisa mungkin.
Tapi nampaknya itu tidak berhasil, " Tidak, jika.. Jika dia tahu. Dia akan.. Akan membawaku pergi.... Dia.. " tubuh Oliv limbung
Dan sebelum Oliv menyelesaikan kata-katanya, dia jatuh pingsan lebih dulu. Semua orang kembali tekejut melihat nya, beruntung Arcane dan Kevin yang berada tepat dibelakangnya dengan sigap menangkap tubuh Oliv sebelum menghantam lantai.
" Oliv..!!" Suasana pun berubah jadi panik..
" Oliv, Oliv! Bangunlah, kakak mohon!." Henry pun berusaha untuk membangunkannya, tapi sama sekali tidak ada respon.
" Apa yang kalian tunggu?! Cepat bawa kak Oliv ke kamar!!" teriak Kalisa yang langsung menyadarkan mereka dari kepanikan.
Dan mereka langsung membawa Oliv keluar dari sana sesuai yang dikatakan Kalisa, dan membawa Oliv ke salah satu kamar yang ada di sana, Jeffry juga langsung memeriksa keadaannya, itulah gunanya ia ada disana. Perbincangan itu dihentikan sementara karena keadaan yang tidak terduga itu.
Beberapa saat berlalu dan kemudian Jeffry pun keluar dari kamar tampat Oliv dibaringkan.
" Bagaimana keadaannya??. " sambar Shine dan Henry ketika mereka melihat Jeffry keluar.
Jeffry yang langsung ditanya ketika baru keluar pun tersentak, kemudian menghela nafas sejenak. " Jangan khawatir, dia hanya terlalu terkejut saja. Dan jika ku tebak.. Dia pasti juga mengalami gangguan kecemasan, bukankah begitu?? " ucap Jeffry yang kemudian melirik Henry.
" Be.. Benar. "
Henry terlihat sangat sedih dengan itu, apalagi mengingat penyebabnya. Itu membuat nya merasa sangat kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.
" Ayo bicara di tempat lain. " ajak Veronica yang datang setelah disuruh Anastasia.
Dia pun membawa Henry, Shine dan Jeffry ke tempat dimana yang lainnya berkumpul sekarang, mereka memutuskan untuk pindah karena suasananya jadi kurang nyaman setelah Oliv pingsan.
Untunglah, orang-orang dikediaman ini tahu bagaimana cara untuk menutup mata dan telinga dari apa yang mungkin mereka lihat atau dengar disana. Jadi kemungkinannya kecil, kecuali ada orang luar yang menguping hal ini.
Mereka akan melakukan membicarakan nya di ruang tamu..
" Aku tidak menyangka Oliv itu putri Mahkota kerajaan Negara A. Kupikir mungkin saja itu Mia, karena dia selalu mengalihkan pembicaraan saat membahas tantang itu. " ucap Aristide sambil memijit kepalanya yang mendadak pusing karena masalah ini.
" Aku hanya berusaha memahami situasi, kau lihat sendiri bagaimana reaksi nya, kan. " jawab Mia masuk akal.
Iyah, dia memang sahabat yang paling pengertian dan bisa di andalkan. Bahkan tidak mengambil kesempatan dari kesempatan, dan tidak perlu diberitahu untuk mengerti. Oliv benar-benar sangat beruntung mendapatkan teman seperti mereka.
" Sejujurnya aku sih sudah agak curiga dengan itu. " ucap Achilla kemudian.
" Benarkah? Bagaimana bisa?. " tanya Amelia pula penasaran.
" Dia terlalu tenang untuk ukuran orang yang tidak pernah tidak peduli terhadap orang lain. " sahut Kevin diantara mereka.
Amelia mengangguk mengerti, memang sih Oliv itu orang yang tidak akan pernah tidak peduli kepada orang lain. Jadi saat dia tidak menunjukan ketertarikan soal berita putri yang hilang, itu jadi aneh. Tapi dia tidak menyangka mereka bisa sadar hal itu.
" Ngomong-ngomong soal itu, kami jadi penasaran dengan ceritanya. Bisakah anda menceritakan hal ini, pangeran pertama?? " ucap Prensais kepada Henry, semua mata pun langsung tertuju kepadanya.
Namun sebelum menjawab, Henry menggelengkan kepalanya. " Tidak. Tolong jangan panggil aku seperti itu. Aku sudah lama membuang identitasku sebagai pangeran pertama, jadi itu terasa kurang nyaman sekarang, dan iya.. Sepertinya aku memang harus menceritakan ini kepada kalian. Nah... Harus kumulai dari mana, ya. " Henry memejamkan matanya dan mulai berpikir sejenak.
Kemudian ia pun membuka matanya lagi dengan perlahan, " Benar juga, mungkin akan baik jika aku memulainya dari waktu itu, agar semuanya jadi lebih jelas.... "
**** Henry pov
13 tahun yang lalu..
Saat itu aku baru berumur 10 tahun, dan nama ku masih sama seperti sebelumnya, Taylor Chrisos Tezevia. Dan Christine yang baru saja berusia 5 tahun. Kami bermain di taman istana bersama, saat kami mendengar kalau ibu kami memanggil kami.
" Pangeran, putri. Ternyata anda berdua ada di sini. " Ibu asuh kami bergegas datang kearah kami.
" Em... Kakak main sama Christine. " adikku yang manis pun menjawab dengan imut.
" Ada apa?? " aku bertanya karena ibu asuh kami terlihat sangat bersemangat saat datang.
" Raja sudah kembali. "
Dan aku yang mendengar itu pun langsung sangat senang, itu karena ayah kami pergi untuk mengurus beberapa orang yang mencoba menyerang keluarga kerajaan. Aku bangkit dari rerumputan dan menggenggam tangan Christine untuk pergi menyambut ayah kami.
Dan didepan pintu masuk istana, aku melihat nya. Ayah kami yang sedang bicara dengan ibu, aku berlari ke arahnya diikuti Christine dan langsung memeluknya.
" Ayah~Selamat datang kembali. "
" Haha.. Ayah pulang. Kau menjaga adikmu dengan baik, kan. "
Ayah menjawab dengan suara hangat yang biasa kami dengar, dan aku hanya menganggukan kepalaku dan tersenyum kepadanya sebagai tanggapan.
Dan dibelakangku, Christine merentangkan tangannya kepada ayah dan bicara. " Ayah, ayah. Peluk Christine. "
Ayah yang melihatnya pun langsung memangku Christine dan memeluknya. Dia menciumi pipi chubby Christine dan membuatnya tertawa merasa geli.
Kemudian ayah pun mulai bertanya, " Bagaimana keadaan putri ayah selama ini??. "
" Baik, kakak mengajak Christine main bola. " Christine pun langsung menjawab dengan bersemangat.
Dan ibu yang sedari tadi memperlihatkan pun terkekeh karena tingkah imutnya. " Astaga, Taylor dan Christine sangat rindu pada ayah, ya?? "
" Iya. " kami berdua pun menjawab dengan serempak.
Aku sangat senang karena keluarga kami sangat rukun dan bahagia, keluarga yang biasanya sulit ditemukan sebagai keluarga seorang pemimpin.
Dan saat itulah, perhatian ku tertuju kepada hal lain. Aku melihat nya untuk pertama kalinya, seorang anak kecil yang ada di belakang ayah kami.
" Ayah, dia siapa?? " aku bertanya ingin tahu.
Sementara anak itu nampak terkejut karena aku melihat keberadaan nya, nampaknya dia sangat canggung dengan kami semua. Kemudian ayah pun menjawab...
" Ouh, dia.. Kemarilah, nak. "
Anak itu pun dengan ragu berjalan mendekati kami. Dan ayah juga menurunkan Christine dari gendongan nya, ia berlutut disamping anak itu dan memegang pundaknya.
" Taylor, Christine. Perkenalkan dia adalah sepupu kalian, namanya Cadric. Umurnya 3 tahun lebih muda dari Taylor, dan dia korban dari kelompok jahat itu. " ayah memperkenalkan nya kepada kami.
Sepupu kami?? Itu artinya dia anak dari paman kami. Aku pernah dengar sebelumnya, paman adalah kakak dari ayah. Dia menyerah kan posisi raja kepada ayah dan pergi untuk menjalani hidup sendiri, tapi dia ditemukan meninggal baru-baru ini karena pembunuhan. Kupikir mungkin itu karena kelompok yang ayah bereskan itu.
Anak ini hidup sendirian saat orang tuanya mati, dia pasti telah mengalami hidup yang sulit. Anak itu nampak sangat tersiksa, atau mungkin memang di siksa. Jujur aku bersimpati padanya. Aku pun berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan.
" Hai, Cedric. Namaku Taylor. " aku menyapanya dengan tulus.
" Ha.. Halo. " dan dia pun menyahutiku dengan canggung.
Dia menyambut uluran tangan ku meski ragu, tapi akhirnya kami berjabat tangan. Christine juga mendekati nya dan menatap Cedric dengan wajah polosnya yang imut kemudian memegang tangannya.
" Kakak, ayo main dengan Christine. " dan ia langsung mengajaknya bermain sambil tersenyum manis, bahkan tanpa berkenalan lebih dulu.
Cedric terlihat sangat terkejut dan juga malu karena itu, dilihat dari wajahnya yg memerah karena senyuman Christine.
" Fufufu... Memang tidak ada yang bisa tahan dengan senyuman adikku. " itulah yang awalnya aku pikirkan.
Dan akhirnya aku pun juga menariknya untuk pergi bermain bersama kami di tanam, meski dia terkadang sangat kaku dan canggung saat kami bersama. Tapi dia anak yang baik.
Saat itu aku sama sekali tidak berpikir.... kalau dia akan menjadi sumber kepedihan bagi adikku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments