Di sebuah tempat yang terlihat cukup mewah, sebuah pesta sederhana digelar disana. Hanya untuk merayakan hari ulang tahu gadis kecil yang mereka sayangi, itu adalah saat ulang tahun Oliv. Saat itu orang-orang terdekat yang ada dirumahnya berkumpul di satu tempat kecuali kakaknya, meski dia sedih kakaknya tidak bisa datang tapi ia mengerti kalau dia perlu sedikit waktu lagi untuk pulang.
Pesta yang hangat itu di iringi gelak tawa dan juga ucapan-ucapan hangat, kedua orang tuanya juga tersenyum lebar kepadanya.
" Nah, putriku. Tipulah lilinnya dan ucapkan keinginan mu. " ucap sang ayah kepadanya.
" Iya, lakukan sayang. " sahut ibunya pula dengan sangat bersemangat.
" Baik. " Oliv menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar, dia merasa begitu senang. Ia pun menyatukan kedua tangannya dan mulai mengucapkan harapannya. " Aku berharap, aku bisa terus berkumpul dengan ibu dan ayah yang menyayangiku. Dan juga yang lainnya, lalu saat itu kakak juga pulang kerumah. " ucapnya.
Dan sesaat setelah ia akan meniup lilin itu, semua tempat berubah menjadi gelap gulita. Tidak ada satupun hal yang terlihat ditempat itu, Oliv yang sendirian menjadi ketakutan dan mencari orang tuanya ditengah kegelapan.
" Ayah.. Ibu.. Kalian dimana?? " panggilnya namun tidak ada satupun yang menyahuti panggilannya.
Dan kemudian ia kembali bisa melihat semua nya, namun yang ia lihat bukannya orang tuanya yang menyambut dengan senyuman hangat lagi. Tapi tubuh mereka yang bersimbah darah bersama dengan orang-orang yang lainnya, dan ada satu orang pria yang berdiri didepannya, sambil memandangi tubuh tidak bernyawa kedua orang tua nya.
Air mata nya tumpah membasahi pipinya yang putih, rasa sesak menerpa nya, ia tidak sanggup berkata apapun lagi.
" A.. Ayah.. Ibu... " tangisnya, tubuhnya gemetar tak berdaya melihat hal itu.
Sementara pria itu, orang yang ada dihadapannya menoleh kearahnya dan tersenyum dengan kejam. " Happy birthday, Zia. " ucapnya, menatap Oliv dengan tatapan penuh minat.
Ia berjalan mendekati nya, Oliv yang terduduk itu tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun karena rasa takut. Bagai diikat dengan rantai yang membelenggu setiap pergerakan nya, ia hanya bisa menangis.
" Selamat ulang tahun yang ke-18, sekarang kau jadi milikku. "
" Tidak.. Tidak mau... Jangan mendekati ku. " ucap Oliv dengan ketakutan.
" Kau tidak akan bisa menolak, kau hanya milikku. "
Pria itu mengulurkan tangannya kearahnya, mencoba untuk meraih Oliv. Sementara Oliv memohon dihadapannya dengan teramat sangat takut dan berderai air mata.
" Jangan.. aku mohon.. "
***
( Real life)
" Tidak.. Jangan mendekat... tidak mau.. " gumam Oliv dalam tidurnya.
Saat kemudian ia tersentak dan langsung membuka matanya kemudian berteriak. " Tidakkkk!!! "
Oliv terbangun dari mimpi buruk nya, jantungan berdebar sangat cepat, keringat membasahi tubuhnya, dan dia diserang rasa takut yang sangat besar. Air matanya tak berhenti mengalir, kembali teringat dengan kejadian pembunuhan itu membuatnya sangat tersiksa.
" Heuk.. Hiks.. Hiks.. Ayah... Ibu.. " Oliv berusaha menghapus air matanya yang terus mengalir menggunakan tangannya, namun itu tidak segera hilang.
Kejadian itu tidak akan pernah bisa dihilangkan dari hidupnya, dengan sangat jelas ia melihat kematian kedua orang tuanya yang sangat tragis tepat didepan matanya, dan lagi hanya dia yang disisakan orang itu ditempat mengerikan yang sebelumnya ia sebut rumah itu.
Ceklek....
Saat mendengar suara pintu tebuka, Oliv langsung menoleh dengan sepontan, ia terus menatap kearah pintu kamarnya dengan sangat ketakutan. Membayangkan bagaimana jika yang masuk adalah orang itu, apa yang harus dia lakukan untuk lari..?
Tapi... saat kakaknya lah masuk kesana dia jadi sedikit tenang, meski begitu tubuhnya masih gemetaran. Henry tahu itu, ia pun kembali menutup pintu kamar Oliv dan berjalan masuk ke dalam
" Oliv, Maaf kakak tidak mengetuk pintu dulu. Kakak sangat khawatir karena kau tiba-tiba berteriak. " ucap Henry yang kemudian pun duduk disamping Oliv, sedangkan Oliv hanya menganggukan kepalanya sebagai respon.
Henry pun kembali bertanya, " Ada apa, hmmm?? "
" Kakak. " sementara Oliv langsung memeluk nya dengan erat.
Henry pun juga balas memeluknya, dia bisa merasakan nya. Tubuh Oliv bergetar ketakutan, hal yang selalu terjadi dan membuatnya semakin khawatir dengan adiknya. Kilas balik dari traumanya dan kematian orang tua mereka.
Henry pun mengusap kepala Oliv dengan lembut, berusaha meyakinkan kalau dia aman sekarang. " Mimpi buruk lagi, ya. "
Sedangkan Oliv terus menangis dalam pelukannya, " Kenapa.. Kenapa dia Selalu menggangguku, bahkan dalam mimpi pun.. Kenapa dia tidak melepaskan ku, kak... " ucapnya sangat putus asa.
" Ssttt... Jangan khawatir, kakak akan lakukan apapun agar dia tidak mengganggumu lagi "
Henry menemani Oliv sampai dia tenang dan tidur kembali, ini sudah kesekian kalinya Oliv seperti ini. Karena trauma nya akan hari itu sekarang membuat nya menjadi seperti ini, selama ini Oliv bisa tidur dengan baik karena obat tidur yang selalu ia minum sebelum tidur.
Tapi karena beberapa waktu terakhir dia bisa tidur dengan tenang tanpa obat, dia berhenti meminumnya, dan ini adalah yang pertama kalinya lagi sejak saat itu.
Henry terus mengusap kepala Oliv sampai ia tidur dan masih melakukannya, sesaat kemudian matanya berubah kosong. " Apa harus bergantung pada obat lagi?? " gumamnya pelan.
Ia memandangi wajah adiknya dengan tatapan sayu, ia tahu adiknya lebih menderita dari pada dirinya. Tapi dia tidak bisa terus membuat Oliv meminum obat-obat itu terus menerus, satu-satunya hal yang bisa membuat Oliv jadi tenang adalah membuat akar masalah nya hilang selamanya.
Karena Oliv tidak akan bisa melawan rasa takutnya jika orang itu masih tetap berdiri dengan tegak...
" Tidak lama lagi, kau bisa bebas Oliv. " ucap Henry, ia menggigit bibirnya kemudian membaringkan Oliv yang tertidur dipelukannya dengan pelan ditempat tidur. Ia pun juga mengecup keningnya dengan singkat, kemudian kembali berkata. " Hanya sedikit lagi... tolong bertahanlah sedikit lagi."
Henry menggenggam tangan Oliv dengan erat, setelah cukup lama ia pun melepaskannya dan beranjak pergi dari kamar Oliv menuju kamar nya sendiri. Tapi ketika ia hendak membuka pintu kamarnya, ia tiba-tiba berhenti...
Henry diam sejenak disana kemudian mengurungkan niatnya untuk tidur, ia justru berbalik dan pergi kekamar lain yang hanya dia yang bisa masuk ke dalam sana.
Dia melarang Oliv untuk masuk kesana, bukan tanpa alasan. Tapi tidak mau dia terlibat rencana balas dendam nya, Oliv satu-satunya yang tersisa baginya. Jika Oliv sampai terlibat, dia takut itu akan membahayakan nyawanya lagi.
Henry tepat didepannya, ia perlahan membuka pintu kamar itu, dan ruangan yang sangat rahasia itu sekarang terungkap. Semua rencana dan informasi penting ia simpan disana, juga informasi tentang orang itu, orang yang membuat adiknya mengalami trauma seperti sekarang.
Henry berhenti didepan sebuah meja yang merapat ke dinding, dimana laporan-laporan dan jejak juga tertempel diatas papan didinding depannya. Mengikuti pola benang merah yang mengikat mereka. Ia memperhatikan foto seorang laki-laki..
Saat itu, wajahnya pun langsung mengeras. Dan tangannya mengepal kuat, " Aku tidak akan pernah melepaskan mu, tidak akan pernah. Akan kubuat kau membayar untuk apa yang telah kau lakukan. " gumam nya penuh kebencian.
Dengan mata penuh keyakinan, dia sudah membulatkan tekat untuk membereskan apa yang sudah membuat adiknya menderita. Bahkan jika itu membuatnya berjalan dijalan yang dipenuhi duri sekalipun..
****
Beberapa hari berikutnya, Oliv harus kembali ke sekolah karena libur sudah selesai. Seperti biasa dia menunggu bus di halte untuk pergi kesekolah, tapi sayangnya bus itu sangat lama datangnya.
" Lama sekali, aku bisa terlambat. " gerutu Oliv kesal.
Saat itulah, sebuah mobil tiba-tiba berhenti didepannya, Oliv merasa agak bingung kenapa mobil itu tiba-tiba berhenti. Tapi rasa bingung nya pudar sesaat kemudian, saat kaca mobil itu diturunkan nampak lah orang yang mengemudikan nya.
" Pagi, Oliv. " sapa Samuel kepadanya.
" Senior, kau belum berangkat juga?? " tanya Oliv agak terkejut dengan itu.
" Iya, aku agak bangun kesiangan, hehe. " kekehnya.
Oliv ikut terkekeh melihat tingkah Samuel yang seperti itu, dia selalu merasa nyaman jika dekat dengan nya. Seperti berada di dekat kakaknya, dia juga selalu membuat Oliv tertawa senang dan lucu dengan tingkahnya yang tidak membeda-bedakan itu.
" Kau masih menunggu bus?? Bagaimana jika berangkat denganku saja?? " tanya Samuel kemudian.
Oliv nampak berpikir sebentar, sepertinya itu bukan ide yang buruk. Daripada dia terlambat karena menunggu bus, lebih baik dia ikut saja dengan orang yang menawarinya tumpangan. Lagipula dia mengenalnya, juga tujuan mereka itu sama.
" Mmm... Boleh, jika itu tidak merepotkan Senior. " ucap Oliv agak tidak enak.
" Tentu tidak, ayo masuk. " sementara Samuel tersenyum ceria karena itu.
Oliv pun segera masuk dan duduk disamping Samuel yang menyetir mobil itu, Samuel juga langsung menjalankan mobilnya menuju kesekolah tempat mereka belajar.
Dan ditengah jalan, " Ngomong-ngomong, apa kau sakit?? Kau pucat sekali. " ucap Samuel memulai pembicaraan, ia terlihat cukup khawatir.
" Ah, tidak kok. Aku hanya agak kurang tidur saja. " jawab Oliv sambil tersenyum canggung dengan itu.
" Kau yakin, lebih baik kau tidak usah sekolah jika tidak enak badan. "
" Tidak apa-apa kok, jangan khawatir senior. "
Oliv terus tersenyum menunjukkan kalau dia baik-baik saja, sebenarnya tidak, dia juga sudah merasakan nya, tapi dia tidak mau diam sendirian dirumah seharian karena itu membosankan.
Samuel juga menyadari kalau dia tidak baik-baik saja, ia ingin menyangkal saat Oliv bilang baik-baik saja, tapi dia mengurungkan niatnya dan hanya meminta Oliv beristirahat di UKS jika semakin tidak enak badan. Oliv juga mengiyakan ucap Samuel.
Samuel pun memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan agar lebih nyaman dengan Oliv, hingga tidak terasa mereka sudah sampai di campus mereka sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Oi Min
Semoga Samuel bnr orang baik
2021-03-08
0
Puri Handayani
up dong
2020-08-15
0
Violla
baru mampor
2020-08-15
0