Di Nagara A.
Lebih tepatnya di istana kerajaan, pusat pemerintahan negara A. Di salah satu ruangan, tengah ada sebuah rapat penting antara petinggi disana, membahas persoalan masalah putri mereka yang telah hilang. Pemerintah di negara itu sempat terhenti sementara saat hilangnya sang putri, dan bertanya pun langsung menghebohkan semua tempat.
Namun sekarang semuanya mulai kembali berjalan meskipun itu hanya sementara..
Ada sekitar lima sampai tujuh orang, yang sedang saling berpendapat ditempat itu.
" Bagaimana ini, jika putri tidak segera ditemukan kita harus mencari pangeran pertama yang entah ada dimana keberadaan nya. "
" Tapi kita tidak bisa berhenti begitu saja, atau rakyat akan berpikir kita tidak berusaha untuk menemukan sang putri. "
" Tapi mau kemana lagi kita mencarinya, kita bahkan sudah menyiarkannya keseluruh dunia. Harusnya ada yang minimal melihatnya kan? Tidak mungkin beliau hilang seperti ditelan bumi. "
" Ada kemungkinan... Ini adalah ulah pangeran pertama. " ucap seseorang yang ada disana yang langsung membuat suasana panas ditempat itu langsung berubah dingin. Dia bernama Vulcan Hendall, menteri kerajaan negara A.
Kericuhan kembali terjadi karena pendapat nya itu, pasalnya mereka tidak percaya jika itu adalah ulah pangeran pertama kerajaan mereka. Dan setiap orang mulai mengutarakan penyangkalan mereka masing-masing..
" Itu tidak mungkin, pangeran sangat menyayangi adiknya. Dia tidak akan melakukan hal buruk apapun kepadanya. "
" Benar, pangeran pertama saja tidak di ketahui keberadaan nya. Bagaimana bisa dia menyusup kemari tanpa di ketahui oleh siapapun. "
" Pokoknya kita harus segera menemukan tuan putri kita secepatnya, kita tidak bisa berhenti hanya karena ini. Bukankah sudah ada beberapa jejak yang kita temukan? Kita hanya harus mengusutnya lebih dalam. Termasuk apa yang terjadi dimalam kematian Raja dan Ratu, dan hal yang membuat sang putri terus bungkam dan mengurung diri dikamarnya sebelum menghilang. "
Semua orang yang ada di tempat itu mengangguk bersama, menyetujui hal itu, tapi mentri bernama Vulcan itu diam-diam terlihat tidak puas dengan jawaban dari orang-orang yang ada disana. Padahal dia bisa saja langsung mengendalikan orang-orang itu jika putri tidak menghilang, tapi karena kepergian nya dia jadi harus eksta bersabar.
***
Rapat itu berlangsung lama dan alot. Namun setelah rapat itu selesai Vulcan langsung pergi ke ruangan lain untuk melalui seseorang, dengan menahan emosi yang menggebu-gebu dia berjalan ke tempat orang itu biasa berada.
Pintu ruangannya tepat ada didepan matanya, ia hendak membuka pintu itu. Namun kemudian berhenti secara sepontan, ia menghela nafas sejenak dan mulai dari mengetuk pintu.
Tok.. Tok.. Tok..
" Tuan, ini aku Vulcan. " ucapnya berusaha sesopan mungkin.
" Masuklah. " seseorang menyahutinya dari dalam.
Mendengar jawaban itu, dia lantas membuka pintu ruangan dan masuk kedalam nya, disana ada seorang pria berumur sekitar 20 tahunan lebih sedang duduk dengan tenang sambil membaca buku yang ada ditangannya.
Tatapan matanya terus tertuju pada buku itu, dan lalu ia pun mulai bersuara. " Apa yang membuatmu sangat tidak tenang seperti itu hari ini, Vulcan?? " tanyanya kepada sang menteri.
Lalu Vulcan yang ditanya pun mulai menjawab, " Tuan, apa anda akan terus berdiam diri seperti ini saja, sang putri bahkan belum bisa ditemukan. Jika terus seperti ini, para petinggi yang lainnya akan menyerahkan tahta kepada pangeran pertama. " ucapnya dengan suara gelisah.
" Hmm... Lalu?? " sementara orang yang ada dihadapannya terlihat tidak tertarik dengan itu.
" Tuan, jika pangeran pertama naik tahta, maka akan ada dua hal yang tidak bisa anda miliki. Pertama, kekuasaan yang mutlak. Dan yang kedua, sang putri sendiri. "
Orang itu langsung menghentikan kegiatan membacanya mendengar ucapan Vulcan, terlebih kepada yang kedua, dan menutup buku ditangannya itu. Dia menghela nafas sejenak kemudian mulai menatap Vulcan yang ada dihadapannya saat ini.
" Jangan khawatir, aku juga sudah mengumpulkan beberapa infomrmasi. " ucapnya dengan yakin.
Mendengar itu, mata Vulcan pun langsung berkilau. " Benarkah, apa anda sudah menemukan keberadaan nya?? " tanya Vulcan dengan sangat antusias.
" Belum, tapi.... "
Dia mengambil sesuatu dari balik jas yang ia kenakalan, dan melemparkan nya keatas meja. Itu adalah beberapa foto dari gadis yang terlihat mirip dengan putri yang mereka cari-cari selamat ini.
Namun Vulcan yang melihatnya terlihat kurang yakin, tapi gadis itu benar-benar terlihat seperti putri mereka yang hilang.
" Tuan, ini... " ucapnya menggantung.
" Aku akan memastikan nya sendiri, kau tidak perlu khawatir. Akan ku kabari jika sudah menemukan nya. " ucap orang itu yang kemudian beranjak dari kursinya dan berjalan pergi dari sana.
" Anda mau mencari nya kemana?? " tanya Vulcan memastikan.
Pria itu pun menyunggingkan sebuah senyuman misterius diwajahnya, dan berhenti sesaat sebelum keluar dari sana. Dia menoleh lagi kearah Vulcan dan tersenyum miring.
" Negara S." ucapnya singkat, kemudian kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti.
Kini tinggal Vulcan seorang didalam ruangan itu, dia juga ikut tersenyum licik ketika melihat foto gadis yang mirip putri itu. Setidaknya jika dia buka putri yang sesungguhnya, dia bisa menggunakan nya sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan.
" Hahaha... Pertama pria itu lebih dulu, lalu kemudian kau putri. Tidak ku sangka pria itu akan sangat terobsesi padamu, hingga sangat mudah dikendalikan. " batinnya sambil menatap foto itu.
Iya, dia contoh orang yang hanya tahu bagaimana caranya mendapatkan kekuasaan dengan cara instan, hingga bisa menggunakan cara apapun untuk melakukan nya.
Matanya pun kembali teralihkan kearah pintu, dimana pria tadi baru saja keluar dari sana. " Hmph.. Cedric Gration Walves. Sifat mu itu sama seperti ayahmu yang selalu tidak menginginkan tahta. Tapi tidak aku sangka kau malah jatuh cinta pada adik sepupu mu sendiri, bahkan sampai membunuh keluarga kerajaan. " lanjut batinnya pula.
****
Di tempat lain, Henry sedang berada dalam suasana yang canggung saat sedang menemui Damian sendirian. Iya tidak juga sih, disana masih tetap setia Ryuzen yang menemaninya. Tapi tetap saja, dipihak nya dia hanya sendirian.
" Harusnya aku juga membawa seseorang. T_T." batinnya menangis karena itu.
Suasana canggung itu tidak kunjungan hilang, malah semakin bertambah ketika Damian yang memperhatikan nya dari ujung rambut sampai ujung kakinya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Ryuzen yang melihat sikap anehnya juga terheran-heran, dia bisa lihat bagaimana Henry sedang menahan kepanikan karena terus ditatap tajam oleh Damian sejak tadi. Jadi ia pun memutuskan untuk menghentikan suasana tidak menyenangkan ini..
Ryuzen terbatuk agak kencang hingga membuat Damian langsung menoleh kearah nya, " Ekhem... Bisa kau berhenti memperhatikan nya seperti itu sekarang, dan mulai saja menanyakan apa maksud mu memintanya datang jemari. " ucap Ryuzen sambil menatap Damian dengan serius.
Sementara Damian yang sadar akan maksud nya hanya tertawa singkat, " Haha.. Maaf, aku hanya sedang mengingat seseorang ketika melihat mu. " ucapnya yang langsung berubah jadi santai.
" Tidak apa-apa, tuan. " sahut Henry pula.
Dia senang suasana canggung itu akhirnya hilang ketika mereka mulai bicara satu sama lain. Tapi itu tetap tidak menjawab alasan Damian memanggilnya secara tiba-tiba begini.
Sampai, Damian pun langsung ke intinya, " Baiklah... Kita langsung saja ke intinya. Apa kau kenal dengan orang yang ada di foto ini?? " tanyanya yang menunjukan foto seseorang kepada Henry.
Henry pun menatapnya sejenak, gadis yang ada difoto itu sungguh cantik dan lembut. Henry pun mengangkat kepalanya menatap Damian.
" Tentu saja, dia putri negara A kan. " jawabnya setelah melihat foto itu. " Bukankah foto ini juga sudah dipublikasikan, ya. " lanjutnya kemudian.
Damian pun menganggukan kepalanya sebagai reapon, dan berkata..." Iya benar, tapi kurasa kau juga akan mengenalinya bahkan sebelum foto ini disebarkan. Bukankah begitu... " ucap Damian yang menggantung kata-katanya.
Entah kenapa mendengar itu membuat Henry jadi gugup, apalagi Damian yang memandangi nya dengan sangat serius seperti itu. Sepertinya dia tahu apa yang akan terjadi...
" ...Pangeran pertama. " dan Damian pun melanjutkan kata-katanya.
Sesuai tebakan Henry, meskipun begitu, ia tetap tidak bisa menahan keterkejutannya dan langsung bangkit berdiri sembari menatap Damian dengan waspada.
Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh seorang Damian, dia juga tidak bisa membiarkannya menyebarkan info tentang itu. Dan tentu saja, reaksi Henry sudah meyakinkan Damian tentang kenyataan nya.
" Dilihat dari reaksi mu itu, sebenarnya memang benar. " ucapnya yang kemudian menumpu tangannya diatas meja.
****
Di tempat Oliv..
Sekarang dirumah nya bukan hanya ada para gadis lagi, tapi para pria juga entah kenapa malah datang kesana. Bahkan Shine yang tadinya bilang akan pergi ketempat ayahnya langsung membatalkan niatnya dan ikut dengan mereka kesana.
Rumah yang biasanya sepi pun berubah semakin ramai dengan adanya mereka di sana, Oliv benar-benar senang karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan mereka. Meski dia juga merasa terbebani akan sesuatu...
" Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu. " ucap Shine tiba-tiba, langsung mengalihkan perhatian Oliv dan menoleh kearahnya.
Dia berdiri tepat disampingnya, kemudian duduk bersama Oliv diteras rumah sebelah samping, hanya terhalang oleh dinding yang memisahkan mereka dengan anak-anak rusuh yang sedang berisik didalam.
" Mm.. Tidak kok, tidak ada. " jawab Oliv yang kemudian menundukan kepalanya agak canggung.
Shine memperhatikan nya dengan seksama, dia tidak tahu apakah Oliv memang begitu polos hingga berpikir dia tidak akan sadar atau dia hanya tidak ingin membagi masalahnya dengan orang lain. " Kau sedang berbohong, kan. Kau tidak akan bisa menipuku, kau hanya akan menipu dirimu sendiri." sahut Shine kemudian.
" Me.. Memangnya kenapa?? Aku tidak menyembunyikan apapun, kok."
" Semakin kau menyangkal, semakin jelas kalau kau menyembunyikan sesuatu."
Oliv yang mendengar kata-kata Shine pun semakin menundukan kepalanya dengan murung, dia memang tidak salah. Hanya saja...
" Jika ada pun... itu demi kebaikan dan keselamatan semua orang."
" Masalah identitasmu lagi??. "
Oliv terlihat ragu untuk menjawab tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya singkat. Dia menampakkan raut wajah sedih saat mengingat itu. Sebenarnya dia ingin memberitahukan itu kepada Shine dan yang lainnya, tapi dia tidak bisa mengambil resiko.
" Memangnya seperti apa identitasmu hingga begitu berbahaya. " ucap Shine terdengar cukup santai, namun mendengar nya yang menakankan kata 'identitas' berarti dia sangat penasaran dengan itu.
Dan hal itu langsung menarik tawa Oliv keluar, " Pftt, hahaha... Aku tidak bilang identitas ku berbahaya, hanya tidak mau kalian terlibat." sahut Oliv, dia jadi gemas sendiri karena Shine yang se-penasaran itu tantang dirinya. " Lagipula, bagaimana kau bisa tahu aku terbebani karena itu? " tanyanya kemudian.
" Karena.. Aku selalu memperhatikan mu. "
Shine mengatakan itu sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Oliv, itu membuat Oliv memerah malu mengingat jarak antara wajah mereka yang hanya beberapa centimeter, dan betapa tampannya wajah Shine. Dia pun buru-buru mengalihkan wajahnya, agar wajah konyolnya itu tidak terlihat jelas oleh Shine.
" A.. Apa yang kau maksud?? Jangan mengatakan hal seperti itu, kau bisa membuat orang salah paham. " ucap Oliv berusaha menyangkal sesuatu.
Tapi perkataan Shine kemudian membuatnya terdiam kaget, " Jika kubilang aku menyukai mu, bagaimana?? Hanya kau yang berpikir aku tidak menyukaimu disini. "
Oliv terpaku merasa tidak percaya, jadi ia pun langsung kembali manatap Shine, tapi dia sangat terkejut karena ketika berbalik wajahnya benar-benar lebih dekat dari sebelumnya. Wajahnya semakin memerah karenanya, jantung Oliv berdebar lebih kencang. Dan pikirannya tiba-tiba jadi tak karuan...
" A-anu.. itu..."
" Uhuk... Uhuk... "
Saat kemudian Oliv dan Shine mendengar suara itu dan langsung terdiam seketika, mereka pun melihat kearah jendela besar disamping mereka.
Adegan romantis itu malah diganggu oleh anak-anak rusuh, mereka menguping pembicaraan mereka bahkan dengan cara yang sangat jelas ketahuan nya karena mereka sama sekali tidak mencoba untuk bersembunyi.
" Uhuk.. Ada yang sedang menyatakan cintanya disini. " ucap Alvin dengan entah kenapa.. wajahnya tersipu tapi suaranya terdengar bangga.
Kalisa diantara mereka, dia menggelangkan kepalanya dengan ekspresi kasihan. " Yah, enggak jadi adegan 'kiss'nya. Kak Alvin sih malah batuk. Lebih baik kita jangan mengganggu momen kakak bersama dengan calon kakak ipar ku ini. " ucap Kalisa panjang lebar.
Sementara Achilla yang memiliki ekspresi nakal diwajahnya, " Kalau begitu langsung nikahkan saja. "
Disisi lain, wajah Oliv semakin merah lagi karena itu, dia sangat malu karena diperhatikan disaat seperti. Bahkan Shine yang biasanya tanpa ekspresi pun berubah malu seketika, karena pernyataan cintanya didengarkan oleh orang lain.
" Ciee... Ada yang malu-malu " Aristide tahu itu dan mulai menggoda mereka juga.
Sementara itu, " Jangan ganggu mereka, aku tidak tanggung jawab loh. " Arcane hanya diam dan fokus kepada video game diponselnya ketika semua orang mengganggu Shine.
Tanpa dilihat pun dia tahu, ekspresi Shine pasti mulai berubah gelap karena marah saat ini.
Dan iya itu benar, " Kalian...!! Awas saja, ya!!. " Shine langsung berusaha menangkap mereka yang dengan tidak sopannya menguping percakapannya dengan Oliv.
Tapi tentu saja mereka semua langsung kabur ketika melihat Shine berdiri dan mengejar mereka. Yang lainnya hanya diam di tempat mereka, tidak mempedulikan mereka yang kejar-kejaran disana. Dan Oliv pun juga akhirnya ikut masuk ke dalam sana, mungkin saja dia bisa menangkap seseorang dan menjewernya.
Dan saat itulah, akhirnya mereka berhenti karena pesan yang diterima oleh Kevin.
" Hei, kita diminta berkumpul di markas. Semuanya. " ucap Kevin langsung menyela dengan sepontan.
Membuat semua orang berhenti dan menatap kearahnya..
" Yah, padahal kan sedang seru main bersama. " keluh Raisa terlihat agak kecewa.
" Semuanya. " ulang Kevin sambil menekankan kata-katanya.
" Maksudnya bersama kami juga?? " tanya Mia yang langsung memiringkan kepalanya bingung.
Yang mana dibalas anggukan dari Kevin. Mia, Amelia dan juga Oliv saling pandang satu sama lain. Kenapa mereka juga diharuskan ikut??
Nama : Cedric Gration Walves.
Umur : 20 tahun.
Ket : Kakak sepupu Oliv.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Oi Min
Ternyata Olive dan Henry anak kerajaan??? Wuih.... Hebat....
2021-03-08
0
Kikoaiko
yg d maksud putri sama pangeran tuh olive sama henry ya?
2021-02-12
1