ARC 1.16 PERTEMUAN: MELAWAN DIRI SENDIRI

Sementara Kamandaka tengah memepecundangi kedua lawannya, di alam pikiran, Bumirang pun tengah bertarung melawan dirinya sendiri. Dua sosok berwajah kembar berdiri saling berhadapan, tatapan menguarkan aura permusuhan yang sangat kuat. Sampai-sampai angin pun seperti takut berembus sehingga udara pun terasa panas dan gerah.

Mana sisi Bumirang yang baik dan mana sisi yang buruk, bisa dibedakan dari pendar cahaya tipis yang membungkus tubuh mereka, hitam dan putih.

Si hitam tiba-tiba melompat, menerjang maju sambil mengoceh, "Jangan munafik. Aku adalah kamu, Bumirang!" Serangannya dengan mudah ditangkis si putih, bahkan pergelangan kakinya digenggam erat-erat hingga tidak berkutik.

Si hitam mengayun tangan hendak memukul, tetapi si putih menarik kepala ke belang. Setelah itu, seperti memantul, kepalanya mengayun ke depan secepat bayangan berkelebat. Tidak ayal lagi dahi keduanya pun beradu. Seketika itu juga tubuh mereka terdorong mundur dan begitu berhenti langsung memasang kuda-kuda.

Efek benturan tidak mereka anggap serius, tidak ada tanda-tanda kesakitan. Si hitam malah tersenyum mencemooh, lalu meludah jijik. "Bohong saja kalau kamu bilang tidak kecewa atau marah pada laki-laki tua itu karena sudah merahasiakan jati dirimu yang sebenarnya," ujarnya kemudian.

Si putih pun dengan santai menanggapi, "Jangan mendramatisir. Egois, kecewa dan marah adalah sifat dasar manusia. Tapi selain itu manusia juga dianugerahi nurani dan pikiran untuk menimbang dan mengarahkan. Dalam situasi bagaimana pun, kita harus tetap bisa berpikir positif karena jika negatif yang kita kedepankan, sama saja dengan menghancurkan diri sendiri."

"Omong kosong! Jika melampiaskan segala amarah adalah cara terbaik supaya hati merasa lega, untuk apa harus menahannya?!"

"Perbedaan hanya ada pada pola pikir. Kamu yang selalu berkubang dalam nista dan kegelapan, tidak akan pernah mengerti apa itu menahan diri untuk mendapatkan sebuah kebaikan yang lebih besar. Kamu hanya tau marah dibalas marah, benci harus dibalas benci, dikecewakan juga harus mengecewakan. Benar-benar tidak ada kebaikan dan ketulusan, juga tidak ada sedikit pun nilai positif."

Si hitam terbahak-bahak. "Apa itu salah, huh? Jangan lupa, Bumirang! Aku adalah kamu! Aku tau semuanya, bahkan yang tersembunyi sekalipun." Setelahnya dia kembali menerjang maju.

Sambil menghindar, si putih berkata, "Tentu saja kamu tau. Justru aneh kalau kamu tidak tau, padahal kamu sendiri yang menciptakan semua angkara itu. Menjadi bagian terburuku adalah kodratmu ...." Dia balas menyerang dan dalam beberapa gerakan berhasil menendang dada si hitam. Sementara si hitam terjengkang, si putih kembali memasang kuda-kuda dan melanjutkan perkataan yang tertunda, "Aku tidak bisa menolakmu, tapi juga tidak akan membiarkanmu menjadi batu sandungan dalam perjalananku menabur kebaikan."

Hanya dalam satu gerakan, tubuh si hitam melenting dan kembali berdiri tegak. Sambil berkacak pinggang dia berkata sarkas juga menantang, "Ingin menguras laut, huh? Jangan melakukan hal sia-sia. Segunung kebaikan tidak akan pernah bisa menghapus karmaphalamu. Lebih baik menyenangkan diri dan menikmati hidup daripada berkeliaran tidak tentu arah dan tujuan."

Si putih meluruskan sikap. Sambil tersenyum lembut dia bertutur bijak, "Arah dan tujuan sangat jelas. Kenapa kamu bisa berpikir apa yang kita lakukan sia-sia?"

"Pertanyaan sebaliknya untukmu." Si hitam lagi-lagi tersenyum mencemooh. "Atas dasar apa kamu berpikir apa yang kita lakukan tidak akan sia-sia?"

"Karena pada hakekatnya di jagat raya ini tidak ada hal yang sia-sia. Apa pun yang telah kita kerjakan akan mendapat tempatnya masing-masing. Sang Hyang Acintya membawa kita sejauh kaki melangkah bukan untuk gagal atau untuk kesia-siaan. Tapi, berkah yang sudah di depan mata pun kita tetap tidak bisa mendapatkannya dengan mudah. Sampai akhir hayat, hidup adalah perjalanan dan perjuangan yang akan selalu penuh liku, ujian dan rintangan. Kesungguhan dan ketulusan hati yang akan membuktikan apa kebaikan yang telah kita kumpulkan cukup layak untuk mendapatkan berkah itu."

"Pandai bicara. Ingat Bumirang---"

"Aku tidak akan pernah lupa, kamu juga Bumirang."

Si hitam terpaku dengan tatapan nanar, si putih pun terdiam dan merenung sambil menatap tajam tepat ke mata si hitam.

Sejak dilahirkan, di dalam diri manusia secara alami terdapat dua unsur, yaitu hitam dan putih atau terang dan gelap. Keduanya harus saling melengkapi dan seimbang. Bumirang sadar betul apa fungsi masing-masing unsur. Bila dua unsur gagal bersinergi, maka jiwanya bisa porak-poranda. Di situlah letak kesia-siaan yang sesungguhnya.

Dia butuh sisi hitam sebagai pengingat supaya kewaspadaannya terus terjaga. Si hitam bertindak sebagai alarm yang bertugas mengingatkan dengan kecurigaan, kemarahan, kekecewaan dan segala macam yang bersifat negatif, tetapi bertujuan positif untuk dirinya sendiri. Sementara itu, sisi putih yang menangkap sinyal alarm bertindak sebagai penyaring segala informasi yang tersampaikan. Mengolah, memeta-metakan, serta menyeimbangkan untuk mencegahnya bertindak gegabah.

Si putih tiba-tiba tersenyum tulus sambil berjalan perlahan menghampiri si hitam. Si hitam tidak bisa menghindar, tetapi tatapannya jelas penuh kebencian. Wajahnya mengeras dan begitu si putih sudah berdiri tepat di hadapannya, dia tanpa ragu mengayunkan tinju. Namun si putih dengan mudah menangkap, perlahan mengurai jemari, lalu menautkannya dengan jemari si hitam dan menggenggam erat-erat.

"Kamu---"

"Aku tau kamu marah." Suara si putih sangat lembut, tatapannya teduh menenangkan, raut wajah pun penuh senyum menyejukkan. Si hitam terpaku dan membisu. "Aku bisa rasakan kebencian itu. Tapi kamu juga harus tau alasan kenapa eyang melakukannya. Juga tentang Kamandaka, percayalah ini bukan kebetulan."

Si putih perlahan menarik si hitam ke dalam pelukan, meski si hitam berontak, dia tidak melepaskannya. "Terima kasih sudah menjadi bagian dariku. Terima kasih sudah mengingatkan, tapi aku juga butuh kita bisa lebih saling memahami dan bekerja sama. Tenangkan dirimu dan biarkan aku yang mengurus bagian selanjutnya."

Si hitam tidak bersuara. Ketika si putih menepuk-nepuk lembut punggungnya, kelopak mata si hitam pun perlahan menutup. "Aku tau kamu khawatir, kamu juga lelah. Kembalilah ke tempatmu untuk beristirahat. Sisanya percayakan saja padaku." Setelah si putih selesai bicara, si hitam perlahan berubah menjadi asap.

Sudah menjelang pagi dan mulai merasakan eksistensi Bumirang, Kamandaka tidak lagi cengengesan. Pemuda itu memerintahkan Oyot Ngulo untuk mengikat Nyai Rumpang dan Lembu Manikan, lalu melempar keduanya keluar dari hutan.

"Di masa depan jangan pernah dengan sengaja muncul lagi di hadapanku. Kalau masih bandel juga, kalian akan tanggung sendiri akibatnya."

Oyot Ngulo menjalankan perintah dengan sangat baik. Tanaman sakti itu memutar-mutar tubuh Nyai Rumpang dan Lembu Manikan seperti memutar benda tidak berharga. Suara jeritan mereka melengking di udara saat Oyot Ngulo melontarkan tubuh keduanya ke angkasa.

Kamandaka tertawa puas. "Terima kasih Oyot Ngulo." Dia mengelus ujung tanaman itu penuh sayang, lalu membuka telapak tangan. "Masuklah sebelum Bumirang kembali."

"Abdi mohon undur diri, Raden." Suara pria, tetapi kecil dan lembut, berbicara sambil mengangguk, lalu meliuk-liuk melingkari tubuh Kamandaka. Semakin lama semakin mengecil, kemudian masuk ke telapak tangan Kamandaka seperti cacing masuk ke dalam liang.

Setelah itu, Kamandaka bergegas membaringkan diri di atas rerumputan tepat di samping batu lempeng tempat Bumirang bersemadi. Dia berpura-pura tidur, tetapi tidak nyenyak, sesekali menepuk lengan atau kaki seperti sedang digigit serangga.

Bumirang membuka mata, lalu mengambil kain dari buntalan dan menggunakannya untuk menyelimuti pemuda itu. Setelahnya dia kembali dalam posisi semadi, menyatu dengan alam, melepas energi negatif dan menarik energi positif.

"Raden Bumirang, keluarkan aku dari sini! Tolong, Raden!" Itu adalah suara Kidung Kahuripan yang berasal dari dalam buntalan, tetapi sebenarnya cemeti itu tidak berada di sana.

Buntalan kain pemberian Eyang Pamekas itu bukan benda biasa. Bisa juga dikatakan sebagai pusaka ajaib. Selain kedalamannya tidak terukur, apa yang bisa dimasukkan dan apa yang bisa dikeluarkan sungguh di luar ekspetasi.

Suara Kidung Kahuripan hanya terdengar sebentar, lalu lenyap seperti disapu angin. Selain Bumirang dan Eyang Pamekas tidak akan ada yang menyangka bahwa cemeti itu sekarang tengah melanglang buana di wilayah perbatasan antara nyata dan khayal, fana dan keabadian.

"Di sana adalah tempat terbaik untukmu."

"Aaaa! Raden, di sini hanya ada padang, padang, padang---aaaa!"

Semakin lama suara Kidung Kahuripan pun semakin menipis hingga akhirnya sirna sama sekali dan Bumirang kembali khusyuk. Khusyuk sampai tiba-tiba ada sesuatu yang memukul kepalanya. Perlahan membuka mata dan menyaksikan Kamandaka sedang berlarian untuk menangkap burung-burung kecil. Bumirang pun tersenyum geli.

"Burung kecil tidak ada dagingnya. Jangan ditangkap."

Kamandaka menoleh dan langsung tertawa-tawa sambil berlari-lari kecil menghampiri Bumirang. "Aku sedang mengusir mereka soalnya mereka tidak sopan. Masa pada menclok di kepalamu. Kan, tidak sopan itu?"

Seketika itu juga Bumirang terkekeh geli. Sekarang dia tahu apa yang barusan memukul kepalanya. Kamandaka bermaksud baik, tetapi tidak sadar kalau maksud baiknya juga telah meninggalkan jejak tidak enak.

"Bumirang, aku lapar." Kamandaka mulai merengek sambil mengelus perut.

"Kalau begitu, ayo pergi cari makan."

"Asyik!" Kamandaka meloncat kegirangan. Dia terus meloncat-loncat bahkan ketika berjalan, seperti kelinci, sambil menembang tidak jelas dalam gumaman.

Terpopuler

Comments

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

berarti Kamandaka sebenarnya jg bukan awam, hanya sj dia sengaja 'bersembunyi' ...

2024-08-29

2

Paramitha Mitha

Paramitha Mitha

Betul 👍👍👍 berkelas

2024-05-25

0

Rinchanhime

Rinchanhime

Mirip tas ajaibnya Hermione

2024-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 ARC 1.1 PERTEMUAN: AWAL
2 ARC 1.2 PERTEMUAN: BUMIRANG TURUN GUNUNG
3 ARC 1.3 PERTEMUAN: SEPASANG HARIMAU PUTIH
4 ARC 1.4 PERTEMUAN: MIMPI BURUK RAJA
5 ARC 1.5 PERTEMUAN: RAJA DURJANA
6 ARC 1.6 PERTEMUAN: KAMANDAKA
7 ARC 1.7 PERTEMUAN: GETAH POHON AJAIB
8 ARC 1.8 PERTEMUAN KAMANDAKA DALAM BAHAYA
9 ARC 1.9 KIDUNG TILAR
10 ARC 1.10 PERTEMUAN: PUTRI BUANA ILAM-ILAM
11 ARC 1.11 PERTEMUAN: KE MASA LALU
12 ARC 1.12 PERTEMUAN: SINGGAH DI HUTAN JATI
13 ARC 1.13 PERTEMUAN: PENGLIHATAN
14 ARC 1.14 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 1
15 ARC 1.15 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 2
16 ARC 1.16 PERTEMUAN: MELAWAN DIRI SENDIRI
17 ARC 1.17 PERTEMUAN: DESA NGALUN DALU
18 ARC 1.18 PERTEMUAN: BERBENTURAN
19 ARC 1.19 PERTEMUAN: SILUMAN ULAR
20 ARC 1.20 PERTEMUAN: BUMIRANG DITAWAN
21 ARC 1.21 PERTEMUAN: SAHEN PANGERTOS TERBUKA
22 ARC 1.22 PERTEMUAN: KAHURIPAN 1
23 ARC 1.23 PERTEMUAN: KIDUNG KAHURIPAN 2
24 ARC 1.24 PERTEMUAN: DUEL
25 ARC 1.25 PERTEMUAN: TERLIHAT MUDAH TETAPI SEBENARNYA TIDAK
26 ARC 1.26 PERTEMUAN SRIKANTI
27 ARC 1.27 PERTEMUAN: JIWA KAMANDAKA TERBANGUN
28 ARC 1.28 PERTEMUAN: PURNAMA DI TENGAH DALU
29 ARC 1.29 PERTEMUAN: PERJALANAN YANG MENYENANGKAN
30 ARC 1.30 PORTEMUAN: SRIKANTI JADI PERMAISURI
31 ARC 1.31 PERTEMUAN: SELIR-SELIR BUANGAN
32 ARC 1.32 PERTEMUAN: RITUAL SIRAMAN
33 ARC 1.33 PERTEMUAN: TALI ROGO
34 ARC 1.34 PERTEMUAN: RESTU BENGGALA
35 ARC 1.35 PERTEMUAN: BUMIRANG VS RAJAH PATI
36 ARC 1.36 PERTEMUAN: PENJAGA SEMENTARA SAHEN PANGERTOS
37 ARC 1.37 PERTEMUAN: KAMANDAKA VS BASKARA PATINYA BUMIRANG
38 ARC 1.38 PERTEMUAN: INGATAN BUMIRANG
39 ARC 1.39 PERTEMUAN: SAHABAT LAMA
40 ARC 2.1 BURONAN: HATI YANG SULIT DITAKLUKKAN
41 MELANJUTKAN PERJALANAN
42 KELABANG RAKSASA
43 PETUNJUK
44 MASUK SARANG KELABANG
45 BUMIRANG MENGAMUK
46 AKHIR RIWAYAT SILUMAN KELABANG
47 TANTANGAN UNTUK BUMIRANG
48 DIPERDAYA
49 TERPERANGKAP
50 JIWANYA TERGUNCANG
51 KEMBALI
52 KAMANDAKA BERTEMU NYAI SEKAR
53 FRIKSI
54 PAMAN PANJI
55 KISAH MEREKA
56 KI SIMBANG
57 DARPANA ELOK
58 MAYAT-MAYAT GANAS
59 RADEN WIRA
60 RUANG BAWAH TANAH
61 CEMETI KIDUNG SWARGI
62 AKHIR PETUALANGANNYA
63 AKHIR DARI PARA DURJANA
64 MELATIH KAMANDAKA
65 KISAH SI PENGETUK PINTU
66 GADIS MIRIP KIDUNG KAHURIPAN
67 LIONTIN KAMANDAKA DAN MANDINI
68 PERSAHABATAN MEREKA
69 KISAH PILU NYAI RATIH
70 RAHASIA SINGGIH
71 PENUH KEPURA-PURAAN
72 KI JATI
73 BERTUKAR
74 TERNYATA
75 KAMANDAKA HILANG
76 NYARIS DIUSIR
77 NYAI TIRTA
78 KERAS HATI
79 ORANG-ORANG BRAHMA NETRA BUANA
80 DIA DATANG
81 DIA?
82 TERBEBAS
83 SORA BUANA
84 JURUS YANG SAMA
85 ANGIN VS HARIMAU
86 DUA KAKEK BERULAH
87 TAKDIR GANDA TELAH TERURAI
88 KAMANDAKA YANG SEHARUSNYA
89 DEWA PENYEMBUH
90 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG I
91 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG II
92 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG III
93 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IV
94 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG V
95 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VI
96 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VII
97 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VIII
98 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IX
99 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG X
100 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG XI
101 ARC III. DAMAR ALIT YANG SESUNGGUHNYA
102 BERKISAH, KOMPAK, KURA-KURA
103 UTUSAN KAHYANGAN AMBAYANG
104 OYOT NGULO VS OYOT NGULO
105 NAGA SELENDANG
106 DUA SEGEL BERHASIL TERBUKA
107 AKHIRNYA BERSAMA
108 KABUT HITAM DESA NGASEM
109 HAL-HAL YANG TIDAK TERPIKIRKAN
110 KAMANDAKA LEPAS KENDALI LAGI
111 KONDISI KAMANDAKA MEMBURUK
112 KERANG AJAIB DAN JURUS TAPAK DEWA
113 RESTU BENGGALA TERPERANGKAP
114 KAMANDAKA BERULAH
115 SUASANA TENANG SEBELUM BADAI
116 MALAM YANG GELISAH
117 MENYEBERANG
118 AMBISI BALAS DENDAM
119 KATA KUNCI
120 MELAWAN RASA TAKUT
121 ALAM BAWAH SADAR BUMIRANG
122 COBAAN DI PADANG KERING KERONTANG
123 KALAJENGKING RAKSASA
124 KAKEK
125 TULUS DAN PERCAYA
126 KEPERCAYAAN
127 TIPU DAYA
128 ILUSI RESTU BENGGALA
129 KEBANGKITAN
130 PILIHAN
131 KAWAH API
Episodes

Updated 131 Episodes

1
ARC 1.1 PERTEMUAN: AWAL
2
ARC 1.2 PERTEMUAN: BUMIRANG TURUN GUNUNG
3
ARC 1.3 PERTEMUAN: SEPASANG HARIMAU PUTIH
4
ARC 1.4 PERTEMUAN: MIMPI BURUK RAJA
5
ARC 1.5 PERTEMUAN: RAJA DURJANA
6
ARC 1.6 PERTEMUAN: KAMANDAKA
7
ARC 1.7 PERTEMUAN: GETAH POHON AJAIB
8
ARC 1.8 PERTEMUAN KAMANDAKA DALAM BAHAYA
9
ARC 1.9 KIDUNG TILAR
10
ARC 1.10 PERTEMUAN: PUTRI BUANA ILAM-ILAM
11
ARC 1.11 PERTEMUAN: KE MASA LALU
12
ARC 1.12 PERTEMUAN: SINGGAH DI HUTAN JATI
13
ARC 1.13 PERTEMUAN: PENGLIHATAN
14
ARC 1.14 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 1
15
ARC 1.15 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 2
16
ARC 1.16 PERTEMUAN: MELAWAN DIRI SENDIRI
17
ARC 1.17 PERTEMUAN: DESA NGALUN DALU
18
ARC 1.18 PERTEMUAN: BERBENTURAN
19
ARC 1.19 PERTEMUAN: SILUMAN ULAR
20
ARC 1.20 PERTEMUAN: BUMIRANG DITAWAN
21
ARC 1.21 PERTEMUAN: SAHEN PANGERTOS TERBUKA
22
ARC 1.22 PERTEMUAN: KAHURIPAN 1
23
ARC 1.23 PERTEMUAN: KIDUNG KAHURIPAN 2
24
ARC 1.24 PERTEMUAN: DUEL
25
ARC 1.25 PERTEMUAN: TERLIHAT MUDAH TETAPI SEBENARNYA TIDAK
26
ARC 1.26 PERTEMUAN SRIKANTI
27
ARC 1.27 PERTEMUAN: JIWA KAMANDAKA TERBANGUN
28
ARC 1.28 PERTEMUAN: PURNAMA DI TENGAH DALU
29
ARC 1.29 PERTEMUAN: PERJALANAN YANG MENYENANGKAN
30
ARC 1.30 PORTEMUAN: SRIKANTI JADI PERMAISURI
31
ARC 1.31 PERTEMUAN: SELIR-SELIR BUANGAN
32
ARC 1.32 PERTEMUAN: RITUAL SIRAMAN
33
ARC 1.33 PERTEMUAN: TALI ROGO
34
ARC 1.34 PERTEMUAN: RESTU BENGGALA
35
ARC 1.35 PERTEMUAN: BUMIRANG VS RAJAH PATI
36
ARC 1.36 PERTEMUAN: PENJAGA SEMENTARA SAHEN PANGERTOS
37
ARC 1.37 PERTEMUAN: KAMANDAKA VS BASKARA PATINYA BUMIRANG
38
ARC 1.38 PERTEMUAN: INGATAN BUMIRANG
39
ARC 1.39 PERTEMUAN: SAHABAT LAMA
40
ARC 2.1 BURONAN: HATI YANG SULIT DITAKLUKKAN
41
MELANJUTKAN PERJALANAN
42
KELABANG RAKSASA
43
PETUNJUK
44
MASUK SARANG KELABANG
45
BUMIRANG MENGAMUK
46
AKHIR RIWAYAT SILUMAN KELABANG
47
TANTANGAN UNTUK BUMIRANG
48
DIPERDAYA
49
TERPERANGKAP
50
JIWANYA TERGUNCANG
51
KEMBALI
52
KAMANDAKA BERTEMU NYAI SEKAR
53
FRIKSI
54
PAMAN PANJI
55
KISAH MEREKA
56
KI SIMBANG
57
DARPANA ELOK
58
MAYAT-MAYAT GANAS
59
RADEN WIRA
60
RUANG BAWAH TANAH
61
CEMETI KIDUNG SWARGI
62
AKHIR PETUALANGANNYA
63
AKHIR DARI PARA DURJANA
64
MELATIH KAMANDAKA
65
KISAH SI PENGETUK PINTU
66
GADIS MIRIP KIDUNG KAHURIPAN
67
LIONTIN KAMANDAKA DAN MANDINI
68
PERSAHABATAN MEREKA
69
KISAH PILU NYAI RATIH
70
RAHASIA SINGGIH
71
PENUH KEPURA-PURAAN
72
KI JATI
73
BERTUKAR
74
TERNYATA
75
KAMANDAKA HILANG
76
NYARIS DIUSIR
77
NYAI TIRTA
78
KERAS HATI
79
ORANG-ORANG BRAHMA NETRA BUANA
80
DIA DATANG
81
DIA?
82
TERBEBAS
83
SORA BUANA
84
JURUS YANG SAMA
85
ANGIN VS HARIMAU
86
DUA KAKEK BERULAH
87
TAKDIR GANDA TELAH TERURAI
88
KAMANDAKA YANG SEHARUSNYA
89
DEWA PENYEMBUH
90
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG I
91
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG II
92
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG III
93
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IV
94
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG V
95
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VI
96
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VII
97
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VIII
98
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IX
99
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG X
100
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG XI
101
ARC III. DAMAR ALIT YANG SESUNGGUHNYA
102
BERKISAH, KOMPAK, KURA-KURA
103
UTUSAN KAHYANGAN AMBAYANG
104
OYOT NGULO VS OYOT NGULO
105
NAGA SELENDANG
106
DUA SEGEL BERHASIL TERBUKA
107
AKHIRNYA BERSAMA
108
KABUT HITAM DESA NGASEM
109
HAL-HAL YANG TIDAK TERPIKIRKAN
110
KAMANDAKA LEPAS KENDALI LAGI
111
KONDISI KAMANDAKA MEMBURUK
112
KERANG AJAIB DAN JURUS TAPAK DEWA
113
RESTU BENGGALA TERPERANGKAP
114
KAMANDAKA BERULAH
115
SUASANA TENANG SEBELUM BADAI
116
MALAM YANG GELISAH
117
MENYEBERANG
118
AMBISI BALAS DENDAM
119
KATA KUNCI
120
MELAWAN RASA TAKUT
121
ALAM BAWAH SADAR BUMIRANG
122
COBAAN DI PADANG KERING KERONTANG
123
KALAJENGKING RAKSASA
124
KAKEK
125
TULUS DAN PERCAYA
126
KEPERCAYAAN
127
TIPU DAYA
128
ILUSI RESTU BENGGALA
129
KEBANGKITAN
130
PILIHAN
131
KAWAH API

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!