ARC 1.17 PERTEMUAN: DESA NGALUN DALU

Malam sudah menjelang. Di awang-awang kelam, ditemani satu dua bintang, bulan sabit terlukis melengkung tipis. Karena kehadiran sang bulan sabit, di setapak belantara Bumirang harus berjalan mundur sebanyak seratus langkah sesuai arahan Eyang Pamekas.

Kamandaka yang mengira Bumirang sedang main-main, mengikuti sambil mengomel, "Malah main-main. Jalan mundur kapan sampainya? Di depan situ sudah perkampungan, kalau begini kan jadinya malah menunda." Setelah itu dia merengek, "Aku lapar, Bumirang. Lapar sampek kakiku lemes." Dia sengaja membuat langkahnya loyo supaya Bumirang percaya.

Tabiat Kamandaka sudah dihafal Bumirang. Untuk urusan yang lain, pemuda itu bisa sabar, tetapi untuk urusan perut akan terus merengek dan menjengkelkan. Bumirang tertawa ringan, lalu berkata, "Kamu tidak perlu ikut jalan mundur. Maju dan tunggu di luar hutan."

"Hah! Kenapa tidak bilang dari tadi?! Dasar aneh!" Kamandaka mendelik tajam, lalu membuang muka dan berjalan maju dengan langkah-langkah lebar.

"Tunggu di luar hutan, jangan ke mana-mana. Dengar itu, Kamandaka."

"Aku tau! Sudah sana lanjutkan main-mainnya! Dasar aneh!"

Menyaksikan Kamandaka berjalan cepat tanpa mengalami kesulitan bahkan di dalam pekat, Bumirang hanya menyungging senyum tipis penuh arti, sedangkan perkara yang cukup rumit disimpannya di dalam hati.

Bumirang sendiri cukup sulit untuk mendeskripsikan situasinya. Sejak pertama kali bertemu, dia sudah kesulitan menembus hati dan pikiran pemuda itu karena terhalang kabut. Namun, ketika dia menggunakan rambut untuk membungkusnya, kenangan masa lalu yang tersimpan dalam ingatan Kamandaka, menampakkan diri tanpa diminta.

Bumirang pikir setelah peristiwa itu kabut dalam diri Kamandaka akan menghilang bersama dengan perginya Kidung Tilar, tetapi nyatanya tidak. Sekarang, kabut itu justru semakin tebal dan sangat kukuh membentengi. Pola tidurnya pun telah berubah, sekarang dia bisa tidur nyenyak di malam hari. Dan yang barusan, saat dia berjalan sendirian dalam gelap tanpa kesulitan. Itu jelas tidak mungkin terjadi bila Kamandaka hanya manusia biasa.

Dia baru saja menyadari hal itu karena selama ini selalu bersama-sama dengan Kamandaka. Selama ini Bumirang mengira berkat bantuannyalah Kamandaka bisa melihat dalam gelap. Namun dengan kejadian barusan, dia menjadi ragu bahwa Kamandaka butuh bantuannya untuk melihat dalam gelap .

Terus berjalan mundur sambil mengingat dan mereka-reka, tanpa terasa hitungan langkah sudah mencapai seratus. Bumirang menoleh ke kiri dan ke kanan, memilih dan memilah jalan mana yang akan dia lalui untuk melanjutkan perjalanan.

Di saat Bumirang baru saja memutuskan untuk mengayun langkah ke sebelah kanan, Kamandaka yang tadi berjalan tergesa-gesa sekarang sudah sampai di tepi hutan. Dia celangak-celinguk mencari tempat duduk untuk menunggu Bumirang, ada sebuah angkringan dari anyaman bambu di tepi jalan masuk desa. Sepertinya itu pos ronda karena ada beberapa orang pria sedang duduk-duduk di sana. Ada obor di digantung di tiang sehingga Kamandaka bisa melihat mereka dengan jelas.

Merasa tidak memiliki niat jahat, Kamandaka pun berjalan menghampiri mereka tanpa takut. Namun, begitu orang-orang yang berjumlah empat itu melihat Kamandaka, mereka langsung serempak mendekat, lalu meringkusnya.

"Eh, eh, ada apa ini? Aku mau diapakan?" Kamandaka tidak bisa berontak karena keempat orang itu mengangkatnya masing-masing di kaki dan tangan, seperti menggotong binatang buruan yang mau dipanggang.

"Diam!"

"Tidak peduli kamu siapa. Kalau mau masuk atau melewati desa kami harus menghadap Raden Sono Baur dulu."

"Tapi aku harus menunggu temanku! Dia masih di dalam hutan! Lagi pula, aku bisa jelan sendiri, kalian tidak perlu repot-repot menggotongku!"

Keempat orang itu melempar Kamandaka ke atas angkringan dan langsung saja pemuda itu bangun, lalu duduk bersila sambil menatap tajam orang-orang bertampang kasar yang juga menatapnya.

"Kalian berani sekali kasar padaku." Kamandaka melipat tangan di depan dada, matanya memyipit dan menatap semakin tajam.

Keempat laki-laki itu serempak tergelak-gelak, lalu salah seorang mencemooh, "Kenapa kami harus tidak berani? Memangnya kamu siapa, huh?"

"Aku, aku ...." Kamandaka sepertinya tidak tahu harus mengatakan apa, tetapi ketika teringat Bumirang, dia langsung menceletuk dengan nada bangga, "Aku teman baiknya Bumirang."

Keempat laki-laki itu pun kembali terbahak-bahak. Seseorang menghampiri Kamandaka, mencubit dagunya, lalu menaikan sedikit supaya bisa memperhatikan wajahnya dengan saksama.

"Kulit yang bagus, wajah juga tampan. Aku rasa Nyai Basingah akan menyukaimu.

Mendengar nama Nyai Basingah, tubuh Kamandaka membeku dengan sensasi pecah pada persendian. Namun wajahnya tetap terlihat bodoh dan lugu.

"Aku rasa juga begitu." Salah seorang menimpali. "Kulitnya terlalu bersih untuk seorang pengembara. Penampilannya juga lebih mirip aden-aden."

"Ketampananku masih belum seberapa. Bumirang jauh lebih tampan. Percayalah. Tunggu sebentar lagi kalian akan bisa membuktikan ucapanku."

Kamandaka berhasil membuat mereka sibuk meladeni omong kosongnya, sampai-sampai tidak menyadari Bumirang sedang melangkah menghampiri.

"Astu dalu, Kisanak sekalian."

Keempat laki-laki itu serta-merta menoleh dan langsung terpaku menatap Bumirang, pun tanpa berkedip. Satu hal yang sama melintas dalam benak mereka, Nyai Basingah pasti sangat menyukai pemuda itu.

"Bumirang. Mereka menangkapku." Kamandaka mengadu dan merengek seperti anak kecil, lalu tiba-tiba meloncat dari angkringan. Mendarat di samping Bumirang dan memeluk lengannya erat-erat.

Pergerakan Kamandaka yang mirip angin topan pun mengagetkan keempat laki-laki tersebut. Namun, mereka tidak melakukan apa-apa selain menatap lekat-lekat dua pemuda itu.

"Apakah temanku sudah membuat masalah, Kisanak? Kalau iya, aku minta ma---"

Kamandaka tiba-tiba menutup mulut Bumirang. "Jangan minta maaf. Aku tidak membuat masalah. Merekalah yang mencari gara-gara, tiba-tiba menangkapku padahal aku hanya ingin numpang duduk."

Senyum tipis menghiasi wajah Bumirang. "Mungkin kamu tanpa sengaja sudah membuat mereka merasa terusik. " Setelah itu, dia kembali berbicara kepada orang-orang tersebut, "Apakah orang asing dilarang memasuki desa ini? Kalau iya, sebaiknya kami lewat jalan lain saja."

"Tunggu dulu!" Orang yang paling tinggi dan berotot berseru. "Sudah sampai di sini, lebih baik kami antar kalian ke kediaman Raden Sono Baur."

Nama itu disebut, cuping telinga Bumirang langsung berkedut. Dia belum lupa di mana dan kapan pernah mendengar nama itu. Sudah nyaris genap satu putaran bulan yang lalu di Desa Janur. Itu berarti, desa ini adalah Desa Ngalun Dalu.

(satu putaran bulan maksudnya siklus peralihan fase, dari bulan mati, sabit, purnama, pudar)

Bagus. Bumirang membatin. Di saat yang sama Kamandaka berbisik, "Aku lapar."

Suara Kamandaka terlalu kencang untuk sebuah bisikan. Keempat laki-laki itu bisa mendengarnya dan salah seorang langsung mengambil kesempatan dengan berkata, "Di kediaman Raden Sono Baur banyak makanan enak. Kamu bisa makan sepuasnya.

Mata Kamandaka langsung berbinar. Dia pun segera menghampiri keempat laki-laki itu. "Aku ikut kalian." Kemudian menoleh ke Bumirang dan menatap mengiba. "Aku sangat lapar."

Bumirang tersenyum maklum, lalu mengangguk. Setelah itu, berjalan di belakang mereka tanpa mengatakan apa pun. Sementara Kamandaka, berjalan di depan dan terus mengajak salah satu dari mereka berceloteh. Melihat raut wajah orang itu tampak bosan, Bumirang hanya bisa merasa kasihan.

Mereka berjalan menyusuri jalan desa yang sangat sunyi dan gelap. Api obor hanya menerangi di sekitar mereka saja, sedangkan rumah-rumah penduduk yang lebih mirip gubuk reyot, tampak seperti tidak berpenghuni karena tidak ada cahaya sedikit pun. Padahal sekarang belum larut malam. Apakah mereka sudah pada tidur?

Sepanjang perjalanan Bumirang tidak menemukan kehidupan lain, selain mereka. Namun, ketika sudah hampir sampai tujuan, sebuah bangunan mewah dengan pendopo luas diterangi banyak obor, semarak dengan suara gamelan dan para penari yang sedang melanggak-lenggok. Para pria terhormat dengan tidak tahu malu mengiringi sambil tangannya bergentayangan di tubuh molek sang penari.

Pemandangan ini sungguh sangat kontras dengan yang Bumirang saksikan di sepanjang perjalanan. Hanya kehidupan malam saja sudah seperti ini perbedaannya, Bumirang jadi tidak berani memikirkan atau membayangkan kehidupan mereka di siang hari.

"Lewat sini." Salah satu dari mereka mengarahkan, sekaligus menyadarkan Bumirang dari pergumulan hati.

Mereka dibawa masuk ke sebuah rumah kecil melewati samping rumah utama yang sedang digunakan untuk berpesta. Di rumah kecil itu Bumirang dan Kamandaka ditinggalkan.

"Raden Sono Baur mungkin belum bisa menemui kalian malam ini. Jadi kalian harus menginap. Setelah makan, pelayanan akan menunjukkan kamar tidur kalian." Begitulah salah seorang dari mereka menyampaikan sebelum akhirnya pergi.

Dua pelayan perempuan menghidangkan makanan untuk mereka, setelah itu lagi-lagi mereka ditinggal hanya berdua saja. Sementara Kamandaka makan sangat lahap, Bumirang justru hanya duduk diam dan tidak menyentuh apa pun. Bukan karena khawatir makanan itu diracun atau apa, melainkan karena dia tahu pasti dari mana bahan makanan itu diperoleh.

Melihat Kamandaka yang sudah makan sangat banyak masih hendak tambah lagi, Bumirang segera menegurnya, "Makan secukupnya saja."

"Tapi aku masih lapar." Kamandaka membalas dengan mulut penuh, sampai ada yang tersembur. Setelah itu, dia pun mulai pasang wajah memelas. "Biasanya juga aku yang makan jatahmu kalau kamu tidak mau makan," ujarnya dengan bibir mencembik.

Bumirang tidak mengatakan apa-apa. Hanya terus menatap dengan sorot mata sendu hingga akhirnya Kamandaka menyerah. Berhenti makan dan mencuci tangan di wadah air kobokan dengan bersungut-sungut, sampai airnya muncrat membasahi meja.

Prang ....

Terdengar suara benda pecah belah jatuh. Entah di mana. Kejadian itu sangat ampuh menghentikan aksi merajuk Kamandaka. Pemuda itu langsung menghampiri Bumirang dan bersembunyi di belakang punggungnya.

"Bumirang, suara apa itu?"

"Paling ada yang tidak sengaja menjatuhkan sesuatu. Abaikan saja. Ayo, rapikan mejanya."

Sebelum Kamandaka sempat menuruti perintah Bumirang, tiba-tiba terdengar suara perempuan menangis dan memohon-mohon.

"Jangan, Raden. Tolong kasihani rakyat jelata ini."

Plak ....

"Aaa!"

"Diam dan menurut saja!"

Suara tamparan disusul jerit kesakitan, lalu diikuti bentakan laki-laki. Tubuh Bumirang menegang, sedangkan Kamandaka semakin rapat bersembunyi di punggungnya.

"Bumirang, aku takut."

"Aden-aden sudah selesai makan."

Seorang pelayan perempuan tiba-tiba muncul, membuat Kamandaka terlonjak kaget dan hampir saja memekik, untung Bumirang sigap membungkam mulutnya.

Pelayan itu tersenyum tipis. "Mari saya antar ke kamar untuk beristirahat," ujarnya kemudian.

Bumirang segera menggandeng tangan Kamandaka yang gemetaran. Selagi mereka berjalan meninggalkan ruangan, suara perempuan menjerit-jerit terdengar lantang. Namun, sepertinya mereka yang ada di rumah ini sengaja menulikan telinga.

Kali ini, Bumirang dan Kamandaka dibawa ke sebuah rumah yang cukup besar dan bagus. "Silakan. Aden-aden bebas ingin mengunakan kamar yang mana pun. Saya permisi dulu."

Bumirang menatap kepergian perempuan itu dengan perasaan mengganjal. Ada sesuatu yang tidak benar karena pelayan itu hanya mengantar sampai di pintu saja, lalu caranya berjalan pergi seperti sedang ketakutan.

"Wah, rumahnya bagus." Kamandaka yang sudah berada di dalam berujar kagum. Mudah sekali dia melupakan ketakutannya barusan.

Bumirang yang baru hendak melangkahi ambang pintu tiba-tiba mematung saat ada suara perempuan berbisik, tetapi suara itu terdengar seperti mengalir di udara dan merambat pada dinding dan lantai.

"Simrah .... Pardi netih simrah .... Simraaah .... Simraaah .... Netih. Pardi netih ...."

[Simrah: darah | Pardi: aku | Netih: haus]

Terpopuler

Comments

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

apa Nyi Basingah itu sejenis siluman penghisap darah ?

2024-08-29

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap

2024-08-11

0

Ze Eaze

Ze Eaze

Aduh Gusti🤣🤣🤣🤣

2024-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 ARC 1.1 PERTEMUAN: AWAL
2 ARC 1.2 PERTEMUAN: BUMIRANG TURUN GUNUNG
3 ARC 1.3 PERTEMUAN: SEPASANG HARIMAU PUTIH
4 ARC 1.4 PERTEMUAN: MIMPI BURUK RAJA
5 ARC 1.5 PERTEMUAN: RAJA DURJANA
6 ARC 1.6 PERTEMUAN: KAMANDAKA
7 ARC 1.7 PERTEMUAN: GETAH POHON AJAIB
8 ARC 1.8 PERTEMUAN KAMANDAKA DALAM BAHAYA
9 ARC 1.9 KIDUNG TILAR
10 ARC 1.10 PERTEMUAN: PUTRI BUANA ILAM-ILAM
11 ARC 1.11 PERTEMUAN: KE MASA LALU
12 ARC 1.12 PERTEMUAN: SINGGAH DI HUTAN JATI
13 ARC 1.13 PERTEMUAN: PENGLIHATAN
14 ARC 1.14 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 1
15 ARC 1.15 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 2
16 ARC 1.16 PERTEMUAN: MELAWAN DIRI SENDIRI
17 ARC 1.17 PERTEMUAN: DESA NGALUN DALU
18 ARC 1.18 PERTEMUAN: BERBENTURAN
19 ARC 1.19 PERTEMUAN: SILUMAN ULAR
20 ARC 1.20 PERTEMUAN: BUMIRANG DITAWAN
21 ARC 1.21 PERTEMUAN: SAHEN PANGERTOS TERBUKA
22 ARC 1.22 PERTEMUAN: KAHURIPAN 1
23 ARC 1.23 PERTEMUAN: KIDUNG KAHURIPAN 2
24 ARC 1.24 PERTEMUAN: DUEL
25 ARC 1.25 PERTEMUAN: TERLIHAT MUDAH TETAPI SEBENARNYA TIDAK
26 ARC 1.26 PERTEMUAN SRIKANTI
27 ARC 1.27 PERTEMUAN: JIWA KAMANDAKA TERBANGUN
28 ARC 1.28 PERTEMUAN: PURNAMA DI TENGAH DALU
29 ARC 1.29 PERTEMUAN: PERJALANAN YANG MENYENANGKAN
30 ARC 1.30 PORTEMUAN: SRIKANTI JADI PERMAISURI
31 ARC 1.31 PERTEMUAN: SELIR-SELIR BUANGAN
32 ARC 1.32 PERTEMUAN: RITUAL SIRAMAN
33 ARC 1.33 PERTEMUAN: TALI ROGO
34 ARC 1.34 PERTEMUAN: RESTU BENGGALA
35 ARC 1.35 PERTEMUAN: BUMIRANG VS RAJAH PATI
36 ARC 1.36 PERTEMUAN: PENJAGA SEMENTARA SAHEN PANGERTOS
37 ARC 1.37 PERTEMUAN: KAMANDAKA VS BASKARA PATINYA BUMIRANG
38 ARC 1.38 PERTEMUAN: INGATAN BUMIRANG
39 ARC 1.39 PERTEMUAN: SAHABAT LAMA
40 ARC 2.1 BURONAN: HATI YANG SULIT DITAKLUKKAN
41 MELANJUTKAN PERJALANAN
42 KELABANG RAKSASA
43 PETUNJUK
44 MASUK SARANG KELABANG
45 BUMIRANG MENGAMUK
46 AKHIR RIWAYAT SILUMAN KELABANG
47 TANTANGAN UNTUK BUMIRANG
48 DIPERDAYA
49 TERPERANGKAP
50 JIWANYA TERGUNCANG
51 KEMBALI
52 KAMANDAKA BERTEMU NYAI SEKAR
53 FRIKSI
54 PAMAN PANJI
55 KISAH MEREKA
56 KI SIMBANG
57 DARPANA ELOK
58 MAYAT-MAYAT GANAS
59 RADEN WIRA
60 RUANG BAWAH TANAH
61 CEMETI KIDUNG SWARGI
62 AKHIR PETUALANGANNYA
63 AKHIR DARI PARA DURJANA
64 MELATIH KAMANDAKA
65 KISAH SI PENGETUK PINTU
66 GADIS MIRIP KIDUNG KAHURIPAN
67 LIONTIN KAMANDAKA DAN MANDINI
68 PERSAHABATAN MEREKA
69 KISAH PILU NYAI RATIH
70 RAHASIA SINGGIH
71 PENUH KEPURA-PURAAN
72 KI JATI
73 BERTUKAR
74 TERNYATA
75 KAMANDAKA HILANG
76 NYARIS DIUSIR
77 NYAI TIRTA
78 KERAS HATI
79 ORANG-ORANG BRAHMA NETRA BUANA
80 DIA DATANG
81 DIA?
82 TERBEBAS
83 SORA BUANA
84 JURUS YANG SAMA
85 ANGIN VS HARIMAU
86 DUA KAKEK BERULAH
87 TAKDIR GANDA TELAH TERURAI
88 KAMANDAKA YANG SEHARUSNYA
89 DEWA PENYEMBUH
90 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG I
91 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG II
92 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG III
93 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IV
94 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG V
95 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VI
96 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VII
97 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VIII
98 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IX
99 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG X
100 EDISI KHUSUS SINDU RENCANG XI
101 ARC III. DAMAR ALIT YANG SESUNGGUHNYA
102 BERKISAH, KOMPAK, KURA-KURA
103 UTUSAN KAHYANGAN AMBAYANG
104 OYOT NGULO VS OYOT NGULO
105 NAGA SELENDANG
106 DUA SEGEL BERHASIL TERBUKA
107 AKHIRNYA BERSAMA
108 KABUT HITAM DESA NGASEM
109 HAL-HAL YANG TIDAK TERPIKIRKAN
110 KAMANDAKA LEPAS KENDALI LAGI
111 KONDISI KAMANDAKA MEMBURUK
112 KERANG AJAIB DAN JURUS TAPAK DEWA
113 RESTU BENGGALA TERPERANGKAP
114 KAMANDAKA BERULAH
115 SUASANA TENANG SEBELUM BADAI
116 MALAM YANG GELISAH
117 MENYEBERANG
118 AMBISI BALAS DENDAM
119 KATA KUNCI
120 MELAWAN RASA TAKUT
121 ALAM BAWAH SADAR BUMIRANG
122 COBAAN DI PADANG KERING KERONTANG
123 KALAJENGKING RAKSASA
124 KAKEK
125 TULUS DAN PERCAYA
126 KEPERCAYAAN
127 TIPU DAYA
128 ILUSI RESTU BENGGALA
129 KEBANGKITAN
130 PILIHAN
131 KAWAH API
Episodes

Updated 131 Episodes

1
ARC 1.1 PERTEMUAN: AWAL
2
ARC 1.2 PERTEMUAN: BUMIRANG TURUN GUNUNG
3
ARC 1.3 PERTEMUAN: SEPASANG HARIMAU PUTIH
4
ARC 1.4 PERTEMUAN: MIMPI BURUK RAJA
5
ARC 1.5 PERTEMUAN: RAJA DURJANA
6
ARC 1.6 PERTEMUAN: KAMANDAKA
7
ARC 1.7 PERTEMUAN: GETAH POHON AJAIB
8
ARC 1.8 PERTEMUAN KAMANDAKA DALAM BAHAYA
9
ARC 1.9 KIDUNG TILAR
10
ARC 1.10 PERTEMUAN: PUTRI BUANA ILAM-ILAM
11
ARC 1.11 PERTEMUAN: KE MASA LALU
12
ARC 1.12 PERTEMUAN: SINGGAH DI HUTAN JATI
13
ARC 1.13 PERTEMUAN: PENGLIHATAN
14
ARC 1.14 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 1
15
ARC 1.15 PERTEMUAN: KAMANDAKA BERAKSI 2
16
ARC 1.16 PERTEMUAN: MELAWAN DIRI SENDIRI
17
ARC 1.17 PERTEMUAN: DESA NGALUN DALU
18
ARC 1.18 PERTEMUAN: BERBENTURAN
19
ARC 1.19 PERTEMUAN: SILUMAN ULAR
20
ARC 1.20 PERTEMUAN: BUMIRANG DITAWAN
21
ARC 1.21 PERTEMUAN: SAHEN PANGERTOS TERBUKA
22
ARC 1.22 PERTEMUAN: KAHURIPAN 1
23
ARC 1.23 PERTEMUAN: KIDUNG KAHURIPAN 2
24
ARC 1.24 PERTEMUAN: DUEL
25
ARC 1.25 PERTEMUAN: TERLIHAT MUDAH TETAPI SEBENARNYA TIDAK
26
ARC 1.26 PERTEMUAN SRIKANTI
27
ARC 1.27 PERTEMUAN: JIWA KAMANDAKA TERBANGUN
28
ARC 1.28 PERTEMUAN: PURNAMA DI TENGAH DALU
29
ARC 1.29 PERTEMUAN: PERJALANAN YANG MENYENANGKAN
30
ARC 1.30 PORTEMUAN: SRIKANTI JADI PERMAISURI
31
ARC 1.31 PERTEMUAN: SELIR-SELIR BUANGAN
32
ARC 1.32 PERTEMUAN: RITUAL SIRAMAN
33
ARC 1.33 PERTEMUAN: TALI ROGO
34
ARC 1.34 PERTEMUAN: RESTU BENGGALA
35
ARC 1.35 PERTEMUAN: BUMIRANG VS RAJAH PATI
36
ARC 1.36 PERTEMUAN: PENJAGA SEMENTARA SAHEN PANGERTOS
37
ARC 1.37 PERTEMUAN: KAMANDAKA VS BASKARA PATINYA BUMIRANG
38
ARC 1.38 PERTEMUAN: INGATAN BUMIRANG
39
ARC 1.39 PERTEMUAN: SAHABAT LAMA
40
ARC 2.1 BURONAN: HATI YANG SULIT DITAKLUKKAN
41
MELANJUTKAN PERJALANAN
42
KELABANG RAKSASA
43
PETUNJUK
44
MASUK SARANG KELABANG
45
BUMIRANG MENGAMUK
46
AKHIR RIWAYAT SILUMAN KELABANG
47
TANTANGAN UNTUK BUMIRANG
48
DIPERDAYA
49
TERPERANGKAP
50
JIWANYA TERGUNCANG
51
KEMBALI
52
KAMANDAKA BERTEMU NYAI SEKAR
53
FRIKSI
54
PAMAN PANJI
55
KISAH MEREKA
56
KI SIMBANG
57
DARPANA ELOK
58
MAYAT-MAYAT GANAS
59
RADEN WIRA
60
RUANG BAWAH TANAH
61
CEMETI KIDUNG SWARGI
62
AKHIR PETUALANGANNYA
63
AKHIR DARI PARA DURJANA
64
MELATIH KAMANDAKA
65
KISAH SI PENGETUK PINTU
66
GADIS MIRIP KIDUNG KAHURIPAN
67
LIONTIN KAMANDAKA DAN MANDINI
68
PERSAHABATAN MEREKA
69
KISAH PILU NYAI RATIH
70
RAHASIA SINGGIH
71
PENUH KEPURA-PURAAN
72
KI JATI
73
BERTUKAR
74
TERNYATA
75
KAMANDAKA HILANG
76
NYARIS DIUSIR
77
NYAI TIRTA
78
KERAS HATI
79
ORANG-ORANG BRAHMA NETRA BUANA
80
DIA DATANG
81
DIA?
82
TERBEBAS
83
SORA BUANA
84
JURUS YANG SAMA
85
ANGIN VS HARIMAU
86
DUA KAKEK BERULAH
87
TAKDIR GANDA TELAH TERURAI
88
KAMANDAKA YANG SEHARUSNYA
89
DEWA PENYEMBUH
90
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG I
91
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG II
92
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG III
93
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IV
94
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG V
95
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VI
96
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VII
97
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG VIII
98
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG IX
99
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG X
100
EDISI KHUSUS SINDU RENCANG XI
101
ARC III. DAMAR ALIT YANG SESUNGGUHNYA
102
BERKISAH, KOMPAK, KURA-KURA
103
UTUSAN KAHYANGAN AMBAYANG
104
OYOT NGULO VS OYOT NGULO
105
NAGA SELENDANG
106
DUA SEGEL BERHASIL TERBUKA
107
AKHIRNYA BERSAMA
108
KABUT HITAM DESA NGASEM
109
HAL-HAL YANG TIDAK TERPIKIRKAN
110
KAMANDAKA LEPAS KENDALI LAGI
111
KONDISI KAMANDAKA MEMBURUK
112
KERANG AJAIB DAN JURUS TAPAK DEWA
113
RESTU BENGGALA TERPERANGKAP
114
KAMANDAKA BERULAH
115
SUASANA TENANG SEBELUM BADAI
116
MALAM YANG GELISAH
117
MENYEBERANG
118
AMBISI BALAS DENDAM
119
KATA KUNCI
120
MELAWAN RASA TAKUT
121
ALAM BAWAH SADAR BUMIRANG
122
COBAAN DI PADANG KERING KERONTANG
123
KALAJENGKING RAKSASA
124
KAKEK
125
TULUS DAN PERCAYA
126
KEPERCAYAAN
127
TIPU DAYA
128
ILUSI RESTU BENGGALA
129
KEBANGKITAN
130
PILIHAN
131
KAWAH API

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!