Sebuah bekas pertarungan disebuah terowongan terbengkalai, bau amis darah yang masih segar menjalar di area itu. Seorang gadis berpakaian hitam yang memperlihatkan lekuk tubuh ramping nan padat baru saja memenggal kepala seorang pria berbadan bongsor.
Darah langsung menyembur menerpa wajah putih mulus dibalik penutup kepala gadis ini. Memandangi kesebelas pria yang bernasib sama, tubuh mereka berceceran membuat area terowongan tersebut menjadi lautan berbagai daging amis nan busuk.
Gadis itu menghembuskan nafas lalu disertai senyum bergairah. Memandai belasan pria bodoh cabul lain yang berniat menikmati tubuhnya, namun naas mereka memilih target yang salah untuk dijadikan alat pembuangan hasrat, mereka harus mati mengenaskan.
Sebilah pedang panjang yang berlumuran darah ia sarungkan. Nampak dibalik gelapnya terowongan, terdapat siluet manusia menuju kemari. Gadis itu yang baru saja melakukan pembantaian kini menoleh, merasakan ada kehadiran manusia yang ia kenal.
“Apa pekerjaan kalian sudah selesai?” Ucap gadis itu.
“Kamu meremehkan kami Yelen? ”
Keduanya membuka jubah mereka yang sudah basah kuyup akibat hujan, seorang gadis berambut pirang dengan mata yang senada memakai pakaian tertutup berkerudung. Seperti biasa gadis pirang itu menangkup tangannya untuk melantunkan doa kerohanian.
Disusul seorang pria tinggi kurus yang nampaknya sedang membawa sebuah mayat yang ia seret. Lantas pria tinggi kurus itu melemparkan mayat tersebut ke arah gadis berpedang itu.
“Yelen, kami sudah berhasil menangkap dalang dari banyaknya gadis yang terculik”
Gadis pirang itu menatap tajam tubuh yang sudah tak bernyawa, lalu dia menginjak mayat itu dengan perasaan jijik dan benci.
“Baj*ngan satu ini menyentuh dadaku yang suci, sialan benar-benar otak selangkangan!”
Tanpa sengaja injakan kaki tersebut membuat perut mayat itu menjadi berlubang, lantas darah dan segala isinya menyembur keluar. Dengan sigap pria kurus itu merapalkan sihir untuk menghalangi darah itu mengenai mereka dan juga tak ingin membuat gadis pirang yang telah membuat alatnya diperas sampai kering itu marah.
Yelen yang memandangi kedua teman sepetualangan cukup berterimakasih, pada akhirnya ia ditakdirkan untuk bersama mereka kembali, setelah sempat merahasiakan pekerjaan kotor kepada temannya. Namun waktu pun menjawab semua kerahasiaan yang telah lama Yelen sembunyikan.
“Yelen, kami tak menyangka selain menjadi petualangan kau adalah pembunuh bayaran saat tidak ada kami” Gadis pirang itu menatap tajam Yelen.
“Itu adalah sebuah perbuatan dosa besar menurut ajaran suci kami, tapi selama kamu masih hidup, pintu tobat masih terbuka lebar”
Yelen tersenyum dengan sikap gadis pirang yang selalu membual tentang ajarannya, ia pun menaruh fokus pada pria kurus tinggi itu, yang tubuhnya agak terlihat berisi. Meskipun masih bisa dibilang kurus.
“Leon sepertinya fisikmu sudah agak membaik di bandingkan dulu, sebagai seorang mage kamu harus melatih tubuhmu agar terlihat bugar” Nasehat dari Yelen.
Leon hanya mengagguk sembari melihat belasan mayat dibelakang Yelen yang sudah menjadi daging cincang. Lantas ia muntah tak kuat menahan pemandangan yang ia lihat.
Pada akhirnya semua mayat yang berada di terowongan Leon bakar dengan sihir apinya. Yelen memerintahkan untuk membakar semua kecuali barang-barang mereka. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Leon pun mengikuti kedua gadis yang sedang menuju ke suatu tempat.
“Yelen bagaimana keadaan mereka?”
“Cukup baik Lizy, mereka terlihat agak membaik dari pada sebelumnya”
Lizy mengangguk sembari melanjutkan lantunan doa yang ia ucapkan, agar mereka yang malang diberi sebuah keselamatan.Ketiganya pun tiba di sebuah pintu rahasia, Leon merapalkan sebuah sandi segel untuk membuka pintu tersebut.
Pintu terbuka, terlihatlah tangga menuju ke bawah. Leon dengan sigap merapalkan sihir api kecil sebagai alat penerangan. Ketiganya berjalan dengan langkah pasti menuju ke suatu tempat.
“Leon, Lizy apa ada informasi tambahan mengenai si bajingan penculik cabul itu?”
“Kurasa tidak Yelen, kota Andelus sudah bersih dari orang-orang cabul seperti mereka, kurasa mereka sudah menjadi daging cincang sekarang” Seringai Lizy, merasa kelompok para pendosa layak diberi balasan yang setimpal.
“Ya sepertinya begitu, tersisa di ibukota tempat tujuan kita selanjutnya” Yelen menatap dengan penuh tekad, merasa ada sebuah tanggungjawab yang ia harus laksanakan.
Ketiganya pun tiba di sebuah tempat rahasia, disana terlihat belasan gadis dan wanita bekas korban penculikan di kota Andelus, yang memilih menjadi pengikut Yelen karena beberapa alasan. Melihat ketiganya hadir di tempat itu, mereka pun berdiri sambil melakukan gerakan penghormatan.
“Selamat datang kak Yelen” ucap wanita yang menjadi perwakilan dari belasan gadis yang berada disitu.
Yelen hanya mengagguk kemudian menatap belasan pengikutnya yang ia tampung ditempat ini, merasa ada yang kurang personel sehingga Yelen bertanya kepada wanita tadi.
“Frieza, dimana belasan anggota lainnya? ”
Wanita yang dipanggil Frieza menanggapi dengan ekspresi begitu buruk, sehingga Yelen menebak tidak ada berita baik untuk hari ini. Frieza lalu menjawab pertanyaan Yelen.
“Saya tak tau kak, terakhir kali mereka melakukan misi penyelamatan seorang putri kerajaan Ame, dan setelah itu saya tak tau kabar mereka”
Yelen hanya menggelengkan kepala, sepertinya mereka semua sudah mati ditangan bawahan Eva. Tak masalah akan hal itu, lagi pula ia masih memiliki belasan gadis yang tersisa sebagai pasukan untuk meraih ambisinya.
Melihat percakapan antara Yelen dengan wanita tersebut, Lizy kembali bereaksi curiga. Sejak awal ia merasa aneh dengan tingkah laku Yelen yang tidak seperti biasanya, apalagi mendengar percakapan barusan yang sepertinya Yelen sedang menyembunyikan sesuatu.
Setelah mengetahui bahwa Yelen memiliki pekerjaan samping sebagai pembunuh bayaran, pandangannya tentang Yelen sedikit berubah. Tentu kebersamaan ketiganya selama tiga tahun sebagai petualang lepas. Yelen di kenal sebagai petarung barbar yang hanya mengandalkan otot serta pikirannya selalu tentang daging.
Hari ini Lizy melihat Yelen seperti sesosok analis dan pemikir. Akhir-akhir ini banyak kejadian kemunculan vampir di kota Andelus, ia dan leon nyaris menjadi korban atas insiden tersebut. Walaupun keduanya seorang petualang, tentu jika keduanya sedang melakukan aktivitas peleburan hasrat mana sempat mengatasi insiden itu.
Namun untunglah, Yelen datang dan menolong keduanya. Dan pada saat itulah ia tau identitas Yelen sebagai pembunuh bayaran, tidak, lebih tepatnya Yelen adalah mantan pembunuh bayaran yang sedang banting stir menjadi seorang pemburu vampir.
Yelen sempat pernah mengatakan bahwa dia mendirikan sebuah organisasi rahasia, Lizy lalu menuruti apa perintah Yelen dengan membasmi vampir yang ada di kota Andelus sekaligus mencari dalang di balik insiden tersebut. Yelen pun meminta kepadanya untuk menunggu di tempat yang mereka janjikan. Dan sinilah tempat yang dimaksud yang dimana Yelen lalu menjelaskan semua hal yang membuat Lizy maupun Leon kebingungan.
“Yelen, apa maksud dari organisasi yang kau katakan waktu itu? ” Lizy memberanikan diri untuk berkata.
“Lizy sepertinya aku harus minta maaf karena telah menyembunyikan sesuatu darimu, tapi aku akan berterus terang sekarang” sambil menatap kedua sahabatnya dengan sangat serius, Yelen lalu bercerita dari awal mula kejadian.
“Sejujurnya organisasi yang aku bentuk adalah menampung para gadis maupun wanita yang tidak lagi punya siapa-siapa. Mereka hanyalah orang terlantar yang sewaktu-waktu akan digunakan sebagai alat mainan oleh para pejabat. Tentu setelah aku keluar dari organisasi pembunuh bayaran, aku di beri kekuatan oleh seseorang”
“Seseorang? ” tentu Lizy maupun Leon kembali bertanya-tanya maksud dari perkataan tadi.
“Seseorang yang telah memberiku harapan, seseorang yang telah memberiku kekuatan, dan seseorang yang telah memberiku tujuan hidup. Ketika aku sempat bertanya-tanya kenapa seseorang itu memilihku dan memberikanku berkah, namun melihat kebijaksanaan dari seseorang itu aku pun berpikir bahwa lebih baik tidak tau apa-apa”
“Seseorang itu adalah Tuan Zerim, dan organisasi yang aku bentuk sebagai bentuk rasa kagum kepada beliau, dan akupun ingin menantikan saat-saat dimana bertemu dengan Tuan”
Yelen dengan senyuman merekah yang tak pernah ia tunjukkan kepada sahabatnya, merasakan dimana setiap inci tubuhnya ada getaran kekaguman yang begitu luar biasa. Menceritakan semua kehebatan Tuan Zerim yang ia ikuti, Yelen merasa ini adalah bagian yang paling membahagiakan.
“Puja Tuan Zerim, puja Tuan Zerim!”, para sebelas gadis juga ikut menyoraki rasa kekaguman pada tuan junjungannya.
Lizy yang mengetahui hal itu sedikit merasa terganggu, baginya apa yang dilakukan Yelen bersama gadis lain itu adalah tindakan yang sesat. Sebagai seorang yang taat akan ajaran gereja, Lizy perlu menegur temannya agar dia bisa kembali ke jalan yang benar.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments