Kota mati adalah sebutan dari tempat yang Zerim singgahi. Dahulu kota ini adalah bagian dari wilayah kota Andelus, namun karena konflik berkepanjangan antar penduduk setempat, di tambah banyaknya jumlah kasus kriminal di kota ini membuat wilayah ini semakin di tinggali.
Namun Zerim melihat kondisi kota yang cukup memprihatinkan masih terdapat manusia yang tinggal di sini. Kebanyakan mereka adalah lansia tak memiliki keluarga, orang yang gagal dalam kehidupan mereka dan para kriminal yang memilih tinggal kesini dengan alasan tertentu.
Zerim diantar Lendis menuju bangunan paling mewah di kota ini yang dulu nya dipakai oleh pemimpin kota sebelumnya tinggal. Yang sudah terbengkalai selama bertahun-tahun namun di sulap oleh Lendis sebagai tempat tuannya tinggal.
Terdapat dua gadis pelayan di depan pintu masuk, melihat kedua sosok agung tersebut datang, mereka pun memberikan hormat dan mempersilahkan Zerim dan Lendis masuk. Zerim terheran-heran dengan Lendis sampai sejauh ini mempersiapkan kedatangannya.
Zerim dibawa oleh Lendis ketempat pemandian air panas di bangunan tersebut. Mengetahui tuannya kelelahan mungkin saja upaya tersebut membuat tuannya senang.
Begitu tubuh Zerim sudah terendam oleh air hangat, ia merasakan seakan tubuhnya menjadi lebih segar dan rileks. Melihat Lendis juga ikut berendam di tambah tubuh menggoda itu tak dihalangi oleh kain. Lagi-lagi Zerim ingin melakukan lebih di malam ini.
Lendis dengan anggun menghampiri tuannya kemudian bersandar pada dada bidang Zerim sembari merasakan momen kebersamaan ia dan juga tuannya. Lendis menyadari momen saat ini begitu penting dan ia tak akan melewatkan kesempatan ini.
“Kau sudah berkerja dengan cukup keras Lendis”
Zerin menangkap dagu Lendis, keduanya saling tatap-tatapan. Lendis juga ingin mengungkapkan perasaannya yang telah lama ia pendam, namun ia takut sekali bagaimana reaksi tuannya setelah ia mencurahkannya.
“Katakan Lendis, apa yang mengganggumu?”
Detak jantung Lendis langsung saja berhenti, tatapan tuannya yang begitu peduli dengan dirinya membuat perasaan yang ia pendam semakin kuat. Jika saja ia memiliki keberanian lebih untuk mengungkapkan, hatinya pasti akan lega.
“Jangan tinggalkan aku tuan” Begitulah Lendis mengungkapkan sebagai kecil dari perasaannya, tentu suatu permulaan bagus bagi Lendis untuk jujur pada diri sendiri.
Dengan spontan Zerim melumat ranum indah Lendis. Aroma nafas wangi bunga menerpa indranya membuat Zerim semakin melumat habis ranum Lendis hingga kemudian ia melepaskan, memberi kesempatan Lendis untuk bernafas.
Nafas Lendis tersenggal dan tubuhnya mulai panas. Menatap tuannya itu, ia langsung berinisiatif sendiri membuat tuannya merasa kenikmatan. Keduanya saling bersatu sama lain dan babak akhir mereka pun mencapai puncak kenikmatan.
Malam ini adalah malam yang sungguh membahagiakan bagi dirinya, ia menoleh kesamping melihat tuannya tertidur pulas setelah melakukan adegan menyatuan kedua tubuh. Begitu melihat perutnya, berharap Lendis mengandung sang buah hati dan kemudian mereka membuat sebuah keluarga kecil.
Namun Lendis menyadari bahwa tuannya sangat mencintai istrinya yang hilang, dan ia dasar dirinya hanya dianggap tempat pelampiasan saja. Tetapi bukan kah ia berhak mendapatkan suatu kebahagiaan?Ia tak akan menyerah begitu saja setelah menyadari kenyataan ini.
Kesampingkan hal itu dulu, Lendis pun beranjak dari tempat ranjangnya. Tugas berat yang yang ia emban adalah suatu prioritas sekarang. Ini adalah bentuk suatu kepercayaan yang diberikan oleh tuannya. Mau bagaimanapun tak bijak mementingkan egonya sendiri.
Setelah keluar dari tempat tidur, Lendis pun menghampiri gadis yang bernama Aurelia, gadis pirang yang baru-baru ini sudah direnggut keperawanan oleh tuannya. Masih di tempat yang sama, Aurelia melihat keberadaan Lendis lantas ketakutan dan langsung menutupi tubuhnya yang sudah tak tertutupi sehelai kain.
“Dia pasti trauma” Pikir Lendis kemudian menghampiri Aurelia, ia berniat melepaskan rantai yang mengikat leher.
“Maafkan aku” Itulah yang bisa ia lakukan.
“Kenapa kakak meminta maaf, aku malah berterimakasih kepada kakak” Lendis langsung kaget kemudian menatap netra emas milik gadis ini, bertanya-tanya.
“Kenapa kamu malah berterimakasih kepadaku? ”
“Mungkin selama ini aku mengalami penderitaan, keluargaku sudah musnah gara-gara laki-laki yang aku cintai. Bercinta dengan pemuda tampan seenggaknya diriku ini merasakan kepuasan yang selama ini aku jaga“
Aurelia sekali lagi menatap Lendis, sorot mata itu mengandung arti keputusasaan. Itu berarti gadis yang ada dihadapan nya tidak peduli lagi terhadap dirinya sendiri.
Lendis pun mengerti, ia pun memerintah para bawahannya membawa Aurelia ketempat yang lebih baik sekaligus mengobati kondisi jiwa gadis ini. Matanya fokus ke budak lain yang masih belum tau nasib mereka kedepan bagaimana. Setelah itu Lendis meninggal mereka, pikiran nya masih fokus dengan perbaikan kota yang ia pijak.
Tuannya menyuruhnya untuk mengelola tempat ini menjadi daerah yang layak untuk tinggali dan membangun sebuah pemerintah yang kelak ia pimpin nantinya. Sebagai seorang mantan dewi yang memiliki pengalaman menjadi penguasa para demon tentunya itu bukan menjadi masalah.
Hanya saja mengelola kota ini menjadi kota yang lebih hidup itu dirasa cukup sulit. Andai bawahannya dahulu, Lilith ada di dekatnya mungkin masalah ini bisa teratasi. Namun karena tuannya mempercayakan tanggungjawab pada dirinya membuat ia tak sanggup untuk mengatakan tak bisa.
beberapa saat kemudian datanglah seorang wanita berkulit agak gelap dengan telinga runcing menghampiri Lendis yang sedang berpikir. Wanita itu membungkuk dan memberi penghormatan.
“Nyonya Lendis, apa Anda sedang kesulitan?” Di panggil dengan sebutan nyonya membuat Lendis salah tingkah, padahal ia sebenarnya belum pernah menikah.
Lendis menatap wanita ini dengan setitik harapan yang begitu nyata, wanita ini sebenarnya adalah pengikutnya. Setelah menyelamatkan nyawa adiknya, wanita ini bersumpah setia untuk melayani dirinya.
“Lilfa, apa kau bisa mengatasi masalah yang sedang aku alami?”
“Aku tau nyonya ingin membuat kota ini menjadi hidup, entah apa Anda begitu terobsesi membangun tempat ini. Tapi niat baik Anda membuatku terharu, izinkan saya menjadi asisten Anda agar nyonya bisa meraih tujuan yang Anda inginkan”
Lendis kini mengangkat Lilfa menjadi asisten pribadinya, setelah itu Lilfa pun memberitahu usulan agar tempat ini menjadi tempat yang nyonyanya impikan.
Selang waktu beberapa saat Lilfa pun pulang dari kediaman nyonya Lendis. Setelah bekerja seharian menjadi pelayanan di kediaman tersebut ia pun bisa istirahat dan menemui adiknya tercinta di rumah.
Namun beberapa saat tiba-tiba muncul pria urakan berperawakan preman mencegat Lilfa di gang yang sempit. Ada empat pria yang mencegat Lilfa, mereka tampaknya seorang bandit atau seorang kelompok penculik wanita sendirian untuk digilir ramai-ramai.
“Wah-wah-wah dark elf kah, benar-benar tangkapan yang sempurna” Pria itu maju sambil menjilati belati yang ia pegang.
Lilfa pun waspada dan memasuki mode bertarungnya, keempat pria itu tak menganggap wanita yang ia targetkan adalah lawan yang lemah. Namun justru mereka berempat cukup berhati-hati dengan wanita bertelinga runcing itu.
“Hati-hati Ed, dia adalah dark elf kemampuan fisik mereka di atas rata-rata. Kita harus menggunakan kombinasi serangan yang kita miliki”
“Baik!
Keempat pria itu mengeluarkan pedang mereka masing-masing dan langsung menyerang Lilfa tanpa menahan diri. Lilfa berusaha menangkis keempat serangan pedang itu, nyatanya bagian bahunya terkena sabetan pedang membuat ia mundur.
Tangan kanannya menekan bahunya yang mengalami perdarahan, Lilfa di sini sungguh sangat terpojok. Apalagi jika pria jelek didepan dengan licik menaruh racun di pedang mereka.
Matanya menjadi berat dan tubuhnya ingin sesekali pingsan. Naas Lilfa yang tak kuat menahan efek racun tersebut ambruk dengan tubuh terlentang.
“Mari kita bermain dulu dengan wanita ini sobat” Keempat pria itu menjilati bibirnya dan melakukan hal yang ingin ia lakukan sedari awal.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments