Bab 14

Sedangkan Serena yang malam itu tengah menyiapkan rencana lain akhirnya ketahuan oleh antek-antek sang Ratu hingga membuat Serena harus di kurung di kamarnya. Serena saat itu berusaha mencuri jasad sang Ayah dan akan membawanya ke Atlan untuk di makamkan. Namun siapa sangka, ternyata pergerakan Serena telah tercium oleh sang Ratu.

Malam itu agaknya menjadi malam yang di penuhi dengan mimpi buruk oleh Filip dan sang Ratu. Selain itu, Kaisar juga akan menobatkan gelar baru bagi Arga dan acaranya akan di selenggarakan satu minggu mendatang.

Arga yang cukup puas dengan situasi yang ada akhirnya mendatangi Serena yang terkurung di kamarnya, Arga merasa terenyuh saat menyaksikan Serena terus mengutuk Filip dan merasa kesal pada Arga yang akhir-akhir ini sering menghilang.

"Nyonya apa anda sekarang sudah bisa merindukan saya?" Arga tersenyum lembut, Serena menghela nafas panjang mendengar hal.

"Apa kau fikir begitu? Aku tengah marah padamu bukan merindukan mu!" Tanpa sadar, saat ini Serena sudah mengakui bertapa besar makna keberadaan Arga.

"Saya anggap itu sebagi pujian Nyonya, tapi saya juga ingin di rindukan oleh anda." Arga tersenyum jahil dan mengecup sekilas bibir Serena sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan tempat tersebut.

.

.

.

Pada akhirnya setiap malam Arga dan Celsie terus bertemu dan saling bertukar fikiran. Keduanya seolah larut di mabukan oleh cinta.

"Arga, aku mendengar bila Ratu akan menukarkan mu dengan jasad dari ayah Nyonya mu, apakah itu benar?" Celsie merasa khawatir dengan berita mendadak yang dia dengar dari suaminya.

"Saya belum mendengarnya, aku cukup berterima kasih kepada mu yang memberi tahu ku lebih awal." Arga mencolek dagu Celsie dengan genit.

"Astaga, kamu selalu menggoda ku di waktu yang tepat Arga. Kemarilah, aku ingin sebuah ciuman dari mu." Celsie dengan sangat berani menarik tubuh Arga untuk menindihnya.

"Bila itu benar, aku juga tidak bisa apa-apa bukan? Untuk membalas kebaikan Nyonya saya juga setidaknya harus berkorban. Besok, di acara pelantikan itu saya akan menjadi kesatria Filip." Bisik Arga, mata Celsie seketika membulat.

"Apa kata mu?" Celsie beranjak dari tidurnya dan mendorong tubuh Arga menjadi di bawahnya.

"Celsie, aku tidak memiliki cara lain. Lantas apa yang harus aku lakukan untuk lepas dari semua ini?" Arga menyentuh pipi Celsie dengan lembut.

"Anda pasti sangat tersiksa sayang ku, bisakah aku memiliki mu malam ini?" Celsie menyentuh bibir Arga yang sedikit terbuka.

"Maafkan aku, tapi di tempat ini tidak aman untuk kita." Arga menggoda Celsie hingga wajah wanita itu kembali bersemu kemerahan.

"Kamu terlalu nakal Arga, aku sangat menyukai mu." Celsie mengecup kening Arga dan berdiri dari atas tubuh Arga.

"Pangeran itu pasti tengah menunggu ku sekarang, aku ingin memiliki mu besok sayang ku." Celsie menunjuk dada Arga dengan tatapan sayunya, Arga tersenyum dan mengangguk.

.

.

.

Di tempat lain, Pangeran mahkota yang pada akhirnya mengetahui kelakuan dari sang istri menjadi marah besar. Dia akhirnya memanggil beberapa orang kepercayaannya yang pernah memergoki Celsie.

"Katakan sekali lagi, apa kalian melihat dia bermesraan? Dengan siapa?" Teriak pangeran mahkota dengan amarahnya yang meluap-luap.

"P-pangeran A-arga, " Jawab mereka terbata-bata akibat ketakutan. Pangeran mengangkat sebuah cambuk dan berteriak sekencang-kencangnya.

"Panggilkan Putri Mahkota ke mari!" Teriaknya dengan semburat yang nampak memenuhi leher, Celsie akhirnya datang.

"Jawab aku! Kau menggoda baj*ingan itu heh!?" Pekik Arga, tangannya menjambak rambut Celsie hingga membuatnya tersungkur ke belakang.

"Ampun yang mulia, saya tidak berbau melakukan itu!" Teriak Celsie merasa sangat kesakitan, Filip yang sudah di buatkan dengan kegembiraannya akhirnya mencambuk Celsie dengan kejam.

Pangeran mahkota akan berhenti mencambuk Celsie saat seluruh tubuhnya telah di penuhi luka dan Celsie sudah tak sadarkan diri. Filip mengibaskan tangannya agar para pelayan mengangkat Celsie ke atas kasur.

"Tinggalkan kami!" Filip memberikan perintah, dia mengangkat tubuh istrinya ke atas kasur dan menatap keanggunan wanita itu.

Entah apa yang membuat dirinya begitu mencintai Celsie, namun setiap kali dia cemburu atau merasa sakit hati. Tanpa rasa takut, dia akan memukuli Celsie tanpa ampun.

"Kau hanya seorang budak, kau berani menentang ku?" Gumam Filip memainkan rambut sang istri, dia tersenyum melihat luka lebam di seluruh tubuh wanitanya.

Sedangkan di tempat lain, Serena saat ini tengah berhadapan dengan sang Ratu. Wajah keduanya nampak serius dan saling menyimpan dendam satu sama lain.

Sang Ratu yang merasa sangat benci karena membuat Arga naik ke permukaan dan memperkenalkan sebagai salah satu anak Kaisar. Anak yang sudah dia incar sejak dalam kandungan.

Sedangkan Serena yang menginginkan jenazah yang ayah dan akan melakukan apapun untuk membahasakan dendamnya dengan mantan mertuanya itu. Serena tak ingin gegabah dan berbicara terlebih dahulu, toh wanita itulah yang mengundangnya terlebih dahulu.

"Lama tak berjumpa Serena?" Sang Ratu menyapa, tak ada ucapan baik yang terdengar di telinga Serena.

"Ya, saya rasa juga demikian. Terlalu lama tak berjumpa hingga rasanya saya tak mengenali anda." Senyum menghina di perlihatkan dari bibir Serena.

"Kurang ajar!" Sang Ratu terpancing emosi, namun Serena dengan tenang hanya terkekeh sinis melihat tindakan wanita di hadapannya.

"Apa yang membuat anda khawatir, sehingga memanggil saya di tengah malam begini yang mulia?" Serena dengan berani bertanya tentang maksud sang Ratu.

Tok

Tok

Tok

Pintu kamar Serena akhirnya ada yang mengetuk, Serena tersenyum dan dia sudah tahu siapa orang yang akan mengetuk pintunya di tengah malam.

"Masuk," Ucap Serena sehingga muncul sosok pria dengan kegagahannya dan menatap ibu tirinya dengan dingin.

"Yang mulia Ratu, anda tak pernah absen membuat saya kesulitan agaknya." Arga terkekeh sinis dan berdiri di samping Serena.

"Berhentilah berbuat onar, aku muak dengan semua ini!" Bentak sang Ratu, Arga sudah tahu maksud kedatangan Ratu sat ini. Namun dia juga tak akan pernah mengecewakan Serena sedikitpun.

"Aku merindukan mu sayang," Arga mengecup pipi Serena di hadapan sang Ratu, dia juga tanpa sungkan duduk di bawah dan membiarkan kepalanya berada pada pangkuan Serena.

"K-kalian?" Sang Ratu memperhatikan gelagat keduanya, dia tak pernah menyangka bila kedekatan keduanya akan lebih dari sekedar Nyonya dan bawahan.

"Apa yang ingin anda katakan? Anda tidak melihat, penghangat ranjang saya sudah berada di sini?" Serena terkekeh sinis, Sang Ratu nampak pucat seketika, namun seringai muncul di bibirnya.

"Aku akan memberikan jenazah ayah mu Serena." Sang Ratu menatap Serena dengan tajam.

"Apa yang anda inginkan?" Serena yang memang tak mungkin mendapatkan jenazah sang ayah dengan gratis langsung pada inti pembicaraan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!