Bab 4

Arga mengikuti langkah Serena menuju ke arah meja makan, makanan yang tersaji bukanlah makanan mewah yang sering Serena makan.

Kentang dan sebuah sayur aneh yang belum pernah Serena lihat sebelumnya, berbeda dengan Serena yang menatap aneh ke arah makanan itu. Arga justru bersemangat dan duduk dengan nyaman di samping Serena.

"A-apa ini?" Tanya Serena pada seorang koki yang nampak berdiri ketakutan, Koki itu menunduk.

"Maafkan saya penguasa baru, hanya saja untuk saat ini, kita hanya memiliki itu di gudang makanan. Para Kesatria sedang berburu di hutan, semoga nanti malam anda dapat memakan daging." Jawab Koki itu ketakutan, dia tahu mau bagaimanapun juga Serena adalah mantan putri mahkota yang di penuhi banyak kemewahan.

'Habislah aku, kenapa para Kesatria belum juga datang si?' Pikir Koki itu dalam hati, dia harus menghidangkan makanan yang kurang layak bagi seorang penguasa.

"Tidak apa-apa, belum tentu mereka membawa hasil juga. Bertahan hidup di salju tebal adalah hal utama untuk saat ini." Serena mengambil kentang rebus yang telah terkelupas itu.

"Ini untuk kamu, makanlah yang banyak agar cepat besar Arga." Serena menyerahkan dua kentang pada Arga, Arga mengangguk dan memakan apapun yang di berikan oleh Serena.

"Anda sendiri bagaimana?" Koki itu nampak cemas saat melihat Serena yang hanya makan sedikit.

"Aku tidak apa-apa, sisanya jangan di buang. Bagikan pada para Kesatria yang akan tiba." Serena menyudahi makannya, Arga menghabiskan sekitar 4 kentang rebus dan dua mangkuk sup aneh yang hangat itu. Sedangkan Serena hanya menghabiskan 1 kentang dan semangkuk sup aneh namun nikmat itu.

Serena membawa Arga menuju sebuah ruangan yang di tunjukan oleh Anna, dia sana tak ada buku atau lukisan mewah. Bahkan di dalamnya kosong melompong dan hanya terdapat dua kursi yang saling berhadapan dan sebuah meja kerja yang berada di antara kedua kursi itu.

"Siapa yang dulu mencatat administrasi tempat ini?" Tanya Serena pada Anna yang mempersilahkan pada Serena untuk duduk.

"Yang menulis semuanya adalah saya, tak ada hal besar yang terjadi. Ini adalah catatan selama lima tahun terakhir." Anna membuka sebuah laci di meja kerja tersbut, sebuah kertas yang dapat di hitung jari di keluarkan oleh Anna.

Serena membaca dengan sangat teliti setiap isi dari catatan tersebut, hampir tak ada pengeluaran yang melebihi 5 koin emas kecuali saat adanya perintah sang Raja.

Catatan itu justru lebih di penuhi dengan adanya kelahiran dan kematian warga, Serena kini mulai menerka bertapa mengerikannya musim dingin di Atlan, selain itu musim panas juga sering membuat para warga meregang nyawa.

"Binatang buas?" Serena bertanya tak kala melihat catatan yang memberi informasi bila adanya binatang buas yang membunuh 5 warga dan dua orang kesatria.

"Ya, benar. Dua tahun lalu memang ada serangan dari bintang buas, meski dengan adanya hal itu kami mendapatkan banyak koin emas namun kami juga mendapatkan banyak korban yang berjatuhan." Jawab Anna membalik buku tersebut di mana adanya data pemasukan yang cukup besar.

Kesatria di Alta saat itu hanya ada 5 orang, prajurit ada sekitar 30 orang. Kesatria Alta saat itu gugur dua orang dan pada akhirnya membuat Alta tak lagi di perhatikan oleh pihak kerajaan, ataupun penguasa.

"Saat ini ada dua Kesatria yang pergi berburu, itu tandanya masih ada seorang Kesatria di Kastil ini?" Serena menatap dengan penasaran.

"Tidak, di Kastil inj tak ada Kesatria saat ini. Dua Kesatria itu adalah total saat ini." Serena mengerutkan keningnya.

"Bukankah kamu bilang terbunuh 2 orang Anna?" Serena menyipitkan matanya, wajah Anna nampak santai tak beraksi.

"Karena, satu orang Kesatria lagi kabur dari tanah Atlan, dia merasa di permainkan tinggal di tempat seperti ini." Jawab Anna dengan berani.

"Sedangkan kalian? Apa kalian tidak merasa di permainkan? Tanah ini gersang tapi juga dingin, tak ada binatang yang mau hidup di sini, tapi kenapa kalian bertahan?" Serena seolah menguji kesetiaan seorang Anna.

"Kamu bukan binatang Nyonya, kami manusia yang memiliki hati. Atlan adalah tempat kami hidup selama ini, tempat kami melakukan banyak perjalanan bersama dalam suka dan duka. Tempat kami dan anak-anak kami lahir. Jadi, seburuk apapun Atlan tetaplah akan menjadi tanah air kami." Anna merasa geram, namun senyum tipis kini tergambar di sudut bibir Serena.

"Sangat mengharukan, baiklah! Anna aku akan membantu agar tanah Atlan menjadi tanah yang tersohor mulai saat ini. Anna, ayo bantu aku membangun Atlan!" Serena berdiri dan menyodorkan tangannya, seolah ada harapan besar yang kini ada dalam hatinya.

Tak ada keraguan sama sekali yang melintasi hati Anna, bagaimana tidak? Seorang mantan putri mahkota yang menjanjikan hal itu. Meski ada rumor yang mengatakan bila Serena berubah menjadi gila, namun di mata Anna tidak.

Serena sama sekli tidak gila, Serena lebih terlihat seperti orang yang memiliki asa yang besar. Meski matanya di penuhi kebencian, namun ada cahaya harapan yang seolah terpendam dalam diri seorang Serena.

"Apa kamu bersedia Anna?" Tanya lagi Serena tak kala Anna belum juga menggapai tangannya.

"Nyonya, apa anda tidak akan menyesal?" Anna merasa bila Serena masih memiliki banyak peluang untuk melanjutkan hidup dan tidak terkurung di tanah Atlan.

"Tidak Anna, saat ini aku menjadi penguasa Atlan. Itu artinya, masa depan Atlan adalah masa depan ku juga bukan?" Serena tersenyum lebar, senyum yang belum pernah terlihat selama Serena sampai di tanah itu.

"Baiklah Nyonya, mohon bimbingannya!" Anna menjabat tangan Serena dengan pasti, entah mengapa Anna sangat yakin bila Serena mampu membawa perubahan besar pada Atlan.

Diam-diam Arga memperhatikan setiap kalimat yang ada dalam kertas itu, hingga Serena akhirnya menyadari adanya gelagat aneh dari Arga.

"Apa kamu bisa membacanya Arga?" Tanya Serena penasaran, Arga menggelengkan kepalanya.

"Tapi kamu terlihat sangat serius dan aku kira kamu benar-benar tengah membaca loh. Arga kenapa kamu menatap kertas di hadapan mh seperti itu?" Anna yang berada di samping Serena juga ikut menoleh dan memperhatikan Arga.

"Apa dia ingin belajar membaca?" Bisik Anna, Serena nampak berfikir sejenak. Memang benar bila Arga hidup terlunta selama ini, dan pendidikan tentulah jadi barang mewah bagi Arga.

"Apa kamu ingin mempelajarinya Arga?" Tanya lagi Serena, setahu Serena. Arga bukanlah pria bisu dan tuna huruf, Arga dapat membaca dan berbicara dengan sangat baik, meski dalam setiap katanya terdapat sayatan tajam seperti pedangnya. Setiap kata yang di lontarkan Arga pasti sangat beracun dan sangat berbahaya.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

semangat Serena dan Ana semoga apa yang kalian harapkan terkabul

2024-04-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!