Bab 11

"Anda tidak perlu khawatir Nyonya, saya hanya melakukan tugas saya. Anda juga akan tahu sejalan dengan waktu yang bergulir." Arga tersenyum lembut membiarkan rasa penasaran yang terus mengembang di kepala Serena.

"Salam kepada penguasa Atlan." Ucap salah satu pemimpin pasukan di antara Prajurit.

"Kau mengundang mereka, maka urus mereka dengan benar." Serena berlalu pergi begitu saja.

Semua hal mengenai tugas Arga sudah Serena siapkan sendiri di ruang kerja, Serena hanya ingin menguji apa saja kemampuan Arga saat ini. Mampukah dia di percaya seperti ucapannya?

Entah harus percaya atau tidak, seperti ucapan yang sudah di janjikan oleh Arga. Dia menepati segalanya, dalam satu bulan terakhir pertempuran kembali berkobar memperebutkan wilayah kekuasaan.

Pertempuran internal itu tak pernah di hitamkan oleh sang Kaisar, begitupun dengan sang Pangeran yang gelap mata. Namun, lambat laun mereka seolah menjadi sosok yang di takuti.

Arga berdiri di tengah pasukannya membawa bendera kemenangan Atlan, bagi yang tak ingin bertarung Arga memperbolehkan mereka untuk menyerah dengan syarat mereka harus tunduk di bawah kekuasaan Serena.

Seperti terbangun dari mimpi, selama dua bulan terakhir pertempuran gila-gilaan terjadi terus-menerus hingga akhirnya kekuasaan Serena telah menjadi bumerang bagi Kekaisaran.

Di suatu hari, beberapa mentri dan Kaisar akhirnya melakukan rundungan mengenai sepak terjang yang di lakukan oleh Serena dan anjing gilanya. Arga di kenal sebagai Anjing gila Serena, dia menggempur seluruh pasukan yang ada di hadapannya tanpa rasa ragu.

Seluruh perintah Serena dia lakukan dengan terang-terangan, Serena tak pernah berfikir bila posisinya akan naik dengan cepat. Dari penguasa suatu wilayah menjadi Penguasa wilayah besar.

"Yang mulia, mengaji sepak terjang dari mantan Putri mahkota. Anda mungkin telah mendengarnya, bagaimanakah pendapat anda yang mulia?" Tanya salah seorang mentri yang memiliki kebijaksanaan yang kuat.

"Aku telah mendengarnya, bukankah ini sebaiknya kau yang tangani?" Sang Kaisar menatap Putra mahkota dengan seringainya.

"Apa maksud anda yang mulia, anda menyuruh saya untuk mengulum mereka?" Tanya Putra Mahkota, para mentri mencibir ketidak saradan dari sang Pangeran. Begitu pendekkan pemikirannya?

"Apa begitu pendapat mu?" Kaisar menatap para mentri yang tertawa melihat kebodohan sang Pangeran.

"Haah, undang mereka ke istana. Kita akan melihat bagaimana sepak terjangnya dari jarak dekat, dan apa yang sebenarnya mereka inginkan?" Kaisar menutup pembicaraan itu dengan sebuah amplop undangan bagi Serena.

"Ayah, apa ini benar?" Filip yang sangat bodoh merasa bila tingkah sang Kaisar layaknya pengecut, namun bila gegabah hal itu justru akan membuat Kekaisaran dapat tergoyahkan.

Plak!

Sang Kaisar menampar pipi putranya sendiri, amarah yang bergejolak di dadanya sudah nampak mengerikan. Namun sang Pangeran justru melotot menentang tindakan Ayahnya.

"Kau bodoh! Kau tahu apa yang akan terjadi bila bendera perang berkibar? Kau yang bodoh mungkin tidak kan tahu apa yang terjadi, tapi posisi milah yang mereka incar!" Sang Kaisar berbalik dengan amarahnya.

Sedangkan Filip yang tak terima langsung melaporkan kejadian hal itu kepada sang Ibu. Namun, sang Ratu juga merasakan kekhawatiran yang sama seperti sang Raja.

Di tambah lagi, bila saja salah satu anak haram sang Raja masih hidup tentulah kekuatan Serena akan semakin tebal. Dan posisi Filip memang sedang dipertaruhkan.

Dua minggu kemudian, undangan tersbut sampai di tangan Serena. Serena hanya tertawa sinis dan akhirnya memanggil Arga, untuk mengutarakan segala hal mengenai identitas pria itu.

"Anna, panggilkan Arga!" Perintah Serena, Arga juga tiba beberapa menit kemudian.

"Aku hanya ingin memberi tahu mu sebuah rahasia Arga, mungkin ini akan membuat mu sangat terkejut. Tapi aku berharap kau tidak akan melupakan siapa Tuan mu!" Serena duduk di hadapan Arga.

"Katakanlah Nyonya." Arga menuangkan teh untuk mereka, dia juga memberikan teh itu untuk Serena.

"Kau tahu bila dulu ada sebuah keluarga bernama Erisen?" Serena masih duduk dengan hati yang bergetar.

"Kau perlu tahu sesuatu hal Arga, namamu adalah milik ku. Tapi di sisi lain kau juga memiliki nama lain." Serena menatap Arga dengan tajam, entah apa yang akan terjadi bila pria itu balik kanan dan meninggalkannya.

"Sejujurnya, saya sudah tahu mengenai sesuatu Nyonya. Namun, meski demikian bagi saya anda adalah orang yang harus saya layani. Apa anda ingin mengatakan bila saya adalah Putra Kaisar?" Mata Serena seketika terbelalak mendengar pengakuan Arga.

"Saya mengetahui itu saat perang terjadi, ada sebuah sihir teleportasi saat kami harus pergi pada suatu wilayah. Konon katanya, seseorang yang memiliki darah keturunan Kaisar tak akan memecahkan kristal teleportasi." Arga menjelaskan asal-usulnya yang mengetahui identitasnya sendiri.

"Nyonya, mau bagaimanapun juga saya tetaplah Arga." Tegas kembali Arga seolah tak ingin menimbulkan kekacauan dalam hati Serena.

"Ini adalah kristal teleportasi." Sebuah kristal berwarna biru menyala, terdapat ukiran khas di dalamnya yang merupakan unsur dasar ilmu sihir teleportasi.

"Saya hanya ingin mengabdi kepada anda, dan saya hanya ingin berjuang bersama dengan anda." Arga mengucapkan hal itu tanpa ragu sedikitpun.

"Haah, baiklah. Ini adalah undangan yang di berikan Kaisar pada kita, kristal itu tak akan kita jadikan bukti. Namun sebelum itu, kau harus setia kepada ku." Serena merasa ragu dengan pilihannya.

"Saya bersumpah Nyonya." Arga dengan yakin menunduk, Serena tertegun dan tak mampu berkata-kata lagi.

"Baiklah, besok kita akan berangkat ke istana." Serena bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Arga.

"Kau tahu apa yang aku inginkan sekarang?" Serena ingin menguji kesetiaan Arga dalam ucapannya, akankah dia terbuai ataukah dia tetap akan kukuh dan menginginkan hatinya.

"Seorang janda seperti ku terkadang merasa kesepian, maukah kau membantu ku menghangatkan ranjang?" Jari-jari Serena masuk ke bagian pakaian Arga, hingga membuat Arga terkesiap.

"Apa anda melakukan ini atas dasar perasaan anda yang berubah?" Arga menghentikan tangan Serena. Sama seperti sebelumnya, ternyata Arga sangat hati-hati dengan segala tindakannya.

"Tidak buruk, aku yakin apa tujuan ku barusan." Serena berjalan ke luar dari ruangan itu, sedangkan Arga harus bersabar dengan apa yang mendesak di bawah perutnya.

"Hampir saja aku kebablasan." Gumam Arga lega, hampir saja dia akan terbuai dengan bujuk rayu Serena dan memakannya begitu saja.

"Serena, sekarang kita akan berjuang bersama." Ucap lagi Arga berdiri dai tempat duduknya dan kembali ke kamarnya.

Malam itu Serena dan Arga nyatanya telah memulai persiapan keberangkatan mereka. Arga yang memang tak begitu loyal dalam berpenampilan kini menampilkan sisi lain dari dirinya. Berbeda dengan Arga yang mengenakan pakian yang memukau, Serena justru mengenakan pakian yang cukup sederhana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!