Bab 5

"Em," Arga mengangguk, Serena akhirnya tersenyum dan meminta Anna untuk membawakan beberapa perlengkapan menulis.

Beberapa minggu berlalu dan Serena mengajari Arga dengan teliti, bagaimana bocah itu menulis dan bicara. Serena juga memilihkan salah satu kesatria untuk menjadi guru Arga dalam berpedang.

Trak!

Trak!

Trak!

Serena yang berada di pinggir lapangan pelatihan, menyaksikan dengan seksama bagaimana bocah dengan rambut gondrong itu tengah memainkan pedang kayu. Dia berlatih dengan serius selayaknya prajurit yang lain.

"Nona, dia terlihat menyeramkan." Bisik Anna, Serena memang ingin membudidayakan monster dan membuat Arga menjadi mahluk yang menyeramkan.

"Pedang yang tajam akan memudahkan penggunanya Anna," Serena tersenyum licik, Anna memperhatikan gerakan Arga sekali lagi. Lebih mirip melawan tanpa aturan dan sesuka hati, di bandingkan dengan mempelajari dari seniornya.

"Anda bahkan tidak memakan daging yang di siapkan kesatria untuk anda, dan memberikannya pada anak itu. Apa dia pantas mendapatkannya Nyonya?" Anna tidak enak hati dengan hal itu, selama ini hasil buruan yang di dapatkan oleh para kesatria memang tidak banyak dan selalu di makan oleh Arga.

"Anna, benda berharga pasti akan di hiasi hal yang terbaik. Itu bukanlah apa-apa, dan Arga adalah benda yang harus kita jaga." Serena berbalik dan mukai mengikuti lorong itu, dia berjalan menuju ruangan kerjanya.

Sedangkan di pelatihan, Arga nampak sudah berhasil mengalahkan semua prajurit dan para kesatria, belum genap satu bulan Arga tinggal di kastil Atlan namun perubahan fisiknya cukup drastis dan kemampuannya meningkat pesat.

"Haa- Kamu sudah cukup tangguh Arga, kenapa kamu tidak ikut berburu saja bersama kami?" Seorang kesatria meraih pundak Arga.

"Singkirkan tangan mu!" Pekik Arga yang memang tidak suka di sentuh oleh siapapun, pria itu terkekeh dan akhirnya menjauhkan tangannya dari Arga.

"Selama ini kami selalu berburu, dan memberikannya sebagaian untuk di konsumsi oleh Nyonya penguasa, tapi kami juga tak tuli. Kamu dengar bila Nyonya tak memakannya dan justru di berikan pada mu?" Oceh kesatria itu panjang lebar.

"Kamu juga sudah memiliki kemampuan, apa kamu hanya akan menyusahkannya selama ada di sini?" Sontak saja mata Arga menoleh pada kesatria itu, tatapan tajam dan dingin Arga merupakan tatapan biasa bagi para prajurit dan kesatria.

"Aku akan ikut berburu!" Arga melemparkan pedang kayu miliknya dan meninggalkan mereka semua, para kesatria dan prajurit itu tersenyum puas.

Meski Arga memang terkesan dingin dan tak berperasaan, namun Arga adalah sosok yang jujur dan dapat mereka percaya dalam melakukan sesuatu. Meski beberapa kali Arga memang melakukan monopoli dan membuat para prajurit dalam kesulitan.

Arga memasuki kamarnya, kamar yang di siapkan khusus oleh Serena untuk dirinya. Sangat berbeda dengan kamar lainnya yang terkesan kumuh, kamar Arga justru terlihat mewah seperti kamar para bangsawan.

Arga membersihkan tubuhnya, ucapan kesatria yang mengatakannya sebagai beban terus terngiang dalam otaknya. Mereka semua juga tidak buta, dan pasti bisa melihat bagaimana perbedaan Serena saat memperlihatkan perhatiannya.

"Permisi," Serena masuk ke dalam kamar Arga yang masih bertelanjang dada, tubuh Arga memang bagus dan lebih berisi saat ini.

"K-kenapa kesini, saya belum menggunakan pakaian." Gugup Arga dan langsung menarik handuk menutupi tubuhnya.

"Aku bahkan pernah memandikan mu Arga, feet." Serena ingin tertawa melihat sikap Arga, terlebih wajahnya yang saat ini memerah membuat Serena sangat ingin mengigitnya.

"I-itu, saya juga masih kecil." Gugup Arga, Serena menggelengkan kepalanya.

"Itu baru satu bulan lalu Arga, kemarilah!" Serena menepuk-nepuk tampat duduk di sebuah balkon.

"Anda mau apa?" Tanya Arga, namun dia tetap menuruti perintah Serena.

"Rambut mu panjang Arga, biar aku sedikit merapikannya." Serena mulai menaikan gunting dan sisir di tangannya, sedangkan Arga duduk dengan patuh.

"S-sebenarnya, saya ingin pergi berburu. Apa anda mengizinkannya?" Cicit Arga, dia takut bila Serena akan dalam bahaya bila dia pergi.

"Pergi saja, apa kamu sanggup?" Serena merapikan rambut Arga dengan sangat teliti nampaknya.

"Iya, saya sanggup." Jawab Arga, Serena hanya tersenyum dan merapikan peralatannya. Penampilan Arga yang baru nampaknya lebih enak di lihat, rambut pendek yang memperlihatkan otot leher Arga yang indah.

Serena tertegun sejenak, itukah anak yang di pungut satu bulan lalu? Arga terlihat seperti William di dulu. Orang yang sudah menghancurkan segala rencana yang sudah dia buat, si anjing gila Kekaisaran.

"Nyonya, apa anda sudah puas memandangi saya?" Tegur Arga tak kala beberapa menit lamanya Serena terpaku melihat sosok Arga yang baru, mungkin Arga tidak tahu bila saat itu Serena seolah kembali ke masa di mana dia tengah berhadapan dengan William.

"Ah ya, bersihkan rambut di tubuh mu. Dan setelahnya kamu bisa datang ke ruangan saya." Serena berbalik meninggalkan Arga sendirian, Serena yang telah di penuhi dengan segudang ambisi untuk balas dendamnya tak akan terkesima oleh pria begitu saja.

Berbeda dengan Arga yang saat ini tengah menutupi wajahnya dengan tangan, kedua pipinya memerah tak kala mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Meaki Arga dapat melihat bila Serena tak memandangnya dengan cinta, namun Serena seolah memberikan sebuah harapan besar terhadapnya.

Serena bekerja dengan serius di dalam ruangannya, dia mulai mengamati situasi terkini di lingkungannya. Tanah Atlan yang terisolir memudahkan Serena bergerak dengan leluasa.

Tok

Tok

Tok

Seorang pria masuk dengan pakaian lengkapnya, dia nampak sudah siap untuk meninggalkan Kastil.

"Kemarilah!" Serena mengambil sebuah pedang yang sudah dia simpan, itu adalah pedang peninggalan sang Ayah. Dan satu-satunya harta paling berharga yang di miliki oleh Serena sekaligus pedang yang menemaninya meninggal di kehidupan sebelumnya.

"Terima ini!" Serena menyerahkan pedang itu ke tangan Arga, Arga yang mengetahui bila pedang itu amatlah penting bagi Serena menggelengkan kepalanya cepat.

"Itu adalah benda berharga milik anda, saya tidak pantas menerimanya." Arga melangkah mundur.

"Ini perintah Arga! Aku ingin kamu memakainya dan berikan apapun yang aku inginkan dengan pedang itu, apa kau sanggup?" Serena berucap tegas dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.

"Ampun Nyonya," Arga menunduk, dia bisa saja setara dengan budak di kastil tersebut. Namun hal berharga itu agaknya membuat Arga merasa bila dirinya harus menjadi pedang Serena untuk selamanya.

"Saat kamu menerima pedang ini, maka kamu harus menjadi orang ku. Apa kamu faham maksud ku?" Serena menatap Arga yang menunduk.

"Kamu tidak akan bisa pergi meski kamu sudah mati, hantu mu tetap akan menjadi milik ku Arga. Kau mengerti?" Serena kembali berucap dengan gamblang, Arga mengangguk patuh.

"Apapun yang anda inginkan dari saya akan saya berikan, termasuk jiwa raga saya." Arga menunduk dengan perasaan bangga dan bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!