Bab 17

"Apa anda juga mencintai Ibu saya?" Tanya balik Arga, dia tak ingin urusan pribadinya di ikut campuri oleh sang Kaisar.

"Ck, kau bisa berbuat onar sesuka mu. Tapi kau tidak bisa seenaknya seperti tadi Arga!" Kaisar berlalu pergi dari kamar Arga.

Setelah kepergian sang Kaisar, Arga tertawa sejadi-jadinya. Dia tak pernah ada dalam situasi saat ini bila bukan karena mereka yang menekannya.

"Yang cerdas dan licik berati yang akan menang yang mulia, kepala anda juga ada di tangan saya." Ucap Arga dengan tawa jahatnya.

.

.

.

Pagi hari akhirnya tiba, sebuah keriuhan tiba-tiba tercipta di kediaman Pangeran mahkota. Semua pelayan gempar karena tiba-tiba tuan mereka di temukan meninggal dunia.

"Yang mulia, Pangeran mahkota di temukan tewas di kamarnya." Ucap salah seorang pria yang melaporkan kejadian itu pada sang Ratu.

"Apa! A-anakku?" Sang Ratu tak kuasa menahan rasa sakitnya, dia jatuh pingsan saat mendengar kabar tersebut.

Para pengamat di turunkan oleh sang Kaisar untuk menyelidiki tentang penyebab meninggalnya sang Pangeran. Para pengamat akhirnya menyimpulkan bila sang Pangeran ternyata keracunan.

Arga yang mendengar kabar itu tertawa sejadi-jadinya, tak di sangka semua hal yang menimpanya telah berbalik. Semua perhitungan yang dia buat tepat sasaran dan Serena yang telah pergi dari Kastil tak akan dapat di salahkan dalam hal ini.

"Selidiki apa penyebab Pangeran keracunan." Ucap sang Kaisar, senyum terukir di bibir tuanya.

"Mungkinkah ini ulah Serena? Atau Arga?" Kaisar nampak berfikir yang di mana para mentri juga ada bersama dengannya.

"Penguasa besar Atlan nyatanya telah kembali saat acara sumpah kesatria akibat marah, dia juga menggunkan teleportasi dan para penyihir sudah membenarkan hal tersebut." Ucap salah satu mentri yang mengawasi Serena.

"Bagaimana dengan Arga?" Tanya Kaisar lagi, salah satu orang yang mengawasi Arga menunduk.

"Beliau telah mengambil sumpah Kesatria dan tidak mungkin melakukan hal itu, tapi saya memiliki pendapat lain yang mulia." Seorang mentri mulai mengutarakan pendapatnya.

"Katakanlah," Kaisar akhirnya memberikan persetujuan pada mentri tersebut.

"Para pelayan di kastil Pangeran mahkota mengatakan bila Putra Mahkota sering memukuli istrinya, bisa saja hal itu adalah bentuk balas dendam yang mulia." Ucap salah seorang mentri menunduk.

"Hem," Kaisar nampak berfikir, dia juga teringat dengan hubungan gelap Arga dan Celsie yang hanya di ketahui oleh orang-orang yang melihatnya.

"Saya merasa yakin bila pelakunya adalah Putri Mahkota, yang mulia." Ucap salah satu Mentri lainnya, Kaisar menyeringai.

Arga bukanlah sosok yang dapat di remehkan agaknya, dengan sangat lincah dia membalikkan keadaan. Rasa sakit sesungguhnya akan di miliki seseorang saat dia telah menggapai tujuannya dan terjatuh begitu saja, begitu pula yang di rasakan oleh Ratu.

Sang Raja kembali merenungkan apa yang akan terjadi kedepannya, apa yang di lakukan Arga penuh dengan perhitungan dan kepercayaan diri. Asalkan Celsie tidak mengungkit namanya di persidangan, maka Arga akan selamat dengan mudah. Baik dari tuduhan sosial ataupun hukum Kekaisaran.

Begitu cerdik dan licik apa yang di lakukan Arga ini, tapi hal itu juga membutuhkan keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi. Di balik Arga, ada Serena yang merupakan kunci dari semua keganjilan yang ada.

"Serena, dia adalah ular yang berbisa." Seringai terukir di bibir Kaisar hingga kejadian itu akhirnya menyangkut pautkan Celsie.

Karena Filip yang telah meninggal, maka sumpah kesatria yang di lakukan Arga juga sudah terhapuskan. Arga sudah menjadi manusia bebas kembali, hanya dalam waktu yang singkat Arga membalikkan keadaan.

Dengan memainkan perasaan dan tipu muslihat yang begitu lincah, akhirnya Arga dapat memenuhi janjinya pada Serena. Namun, benarkan Arga sama sekali tidak ada rasa pada Celsie dan hanya menggunakannya sebagai pion saja?

.

.

.

Dua hari kemudian, sebuah sidang istana akhirnya di adakan. Ratu yang merasa begitu benci dengan Celsie telah mengeluarkan segala sumpah serapahnya di depan persidangan.

"Beginikah balasan dari mu Budak!" Teriak sang Ratu menunjuk-nunjuk Celsie yang kini tak berdaya.

"Kau membunuh suami mu sendiri karena dia mendidik mu hah!" Teriak lagi Ratu dengan kasarnya, namun hal itu langsung di hentikan oleh sang Raja.

"Hentikan! Apa kau tahu apa yang akan kau dapatkan dan sebutkan siapa yang memerintahkan mu bila kau adalah pesuruh?" Ucap sang Raja dengan wibawanya di atas singgasana.

"Saya melakukan itu atas dasar keinginan saya sendiri, yang mulia anda bisa menghukum ku semau anda." Ucap Celsie dengan berani, sedangkan di samping Kaisar ada Arga yang tersenyum manis.

Meski dalam keadaan terdesak, Celsie kembali memperlihatkan pipinya yang memerah dan bersemu akibat berhasil membalaskan dendam sang kekasih.

"Kau! Katakan siapa yang menyuruh mu!" Teriak Ratu menjambak rambut Celsie hingga wanita itu lemas tak berdaya.

"Heh, Ratu kau hanyalah sampah sekarang." Gumam Celsie hingga membuat sang Ratu mundur seketika tak kala melihat seringai mengerikan di bibir Celsie.

Mahluk apa yang sebenarnya telah dia tempatkan di samping putranya, wanita yang beracun dan sangat mengerikan itu justru di angkat sebagai menantunya dan membuang berlian yang kini telah indah kembali.

Seperti yang di harapkan oleh Arga, hingga akhir persidangan itu Celsie tak mengungkapkan apapun. Toh, dia juga tak pernah menyuruh Celsie untuk membunuh Pangeran mahkota. Namun kecerdasan Arga dalam bermain kata terlau berhasil menjebak Celsie di dalamnya.

Arga kembali ke kamarnya dan seorang wanita kini tengah menunggunya di sana, dengan menyilangkan tangannya dia menatap Arga dingin.

"Apa yang telah kau lakukan?" Tanya Serena dengan mata tajamnya, Arga enggan menjawab terlebih dulu dan memilih memeluk wanita itu dengan lembut.

"Anda telah kembali Nyonya, saya sangat merindukan anda." Arga memeluk Serena dengan lembut namun sangat erat.

"Ukh, apa kau berencana akan membunuh ku? Lepas!" Serena berontak dari pelukan Arga, Arga terkekeh dan menyodorkan wajahnya.

"Saya membutuhkan satu kecupan untuk satu jawaban Nyonya, atau Kekasih ku?" Arga tersenyum jahil hingga membuat Serena mencubit pipi Arga.

"Katakan apa yang kau lakukan?" Tanya lagi Serena dengan matanya yang tajam.

"Satu kecupan," Arga menyodorkan kembali wajahnya, Serena yang marah akhirnya memberikan satu kecupan pada kening Arga.

"Lakukan yang mana? Yang saya lakukan aganya terlalu banyak." Arga tersenyum jahil.

"Semuanya!" Serena duduk, Arga hanya tersenyum dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.

"Saya akan menjawabnya saat saya keluar nanti, tidakkah anda juga memberikan saya hadiah?" Arga memasuki kamar mandi, Serena yang sudah hafal dengan keinginan Arga langsung tertegun.

Kedua pipi Serena memerah layaknya kepiting rebus, dia menghentakkan kakinya. Dan untunglah dia memang telah mempersiapkan hadiah itu untuk Arga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!