"Key, kembalikan, kau ingin aku mati kelaparan?!" Sekar melotot, tangannya masih mencoba merebut kentang goreng itu tetapi tinggi badannya lebih pendek dari Keyla, ia kesulitan meraihnya.
"Kau kan sedang diet, kenapa makan makanan yang berminyak seperti ini?" Tanya Keyla heran.
"Ini aku sedang diet..." Ketus Sekar. "Malam hari pas tidur aku diet, pas siang hari aku makan, begitu."
Melihat tangannya gagal menyentuh kentang goreng miliknya, Sekar mengubah arahnya ke pinggang Keyla lalu menggelitik gadis itu. Keyla yang tidak siap dengan serangan tersebut tak bisa menahan geli dan tawa.
Menyaksikan tangan Keyla yang sedikit menurun, Sekar segera melompat dan merebut kentang goreng itu kembali.
"Ugh, mana ada diet seperti itu?" Keyla mencibir.
"Sekarang ada, aku yang membuat sistemnya sendiri." Sekar menjulurkan lidah.
Zahra tertawa kecil melihat tingkah keduanya, memang di sesekali waktu, Keyla dan Sekar selalu berselisih seperti ini.
"Key, kau mau pesan apa, biar aku yang traktir." Ucap Zahra sambil menengahi keduanya.
"Loh, kok aku gak di traktir, Zah?" Protes Sekar.
"Yee, yang ditawarin siapa yang ngejawab siapa." Keyla mencibir.
"Biarin, Zahra kan hobinya mentraktir orang, punya banyak duit dia."
Zahra tersenyum simpul. "Kamu juga Sekar, pesan apa aja yang kamu mau, kebetulan aku sedang kelebihan uang sekarang."
"Hah? Apa kau bilang, Kelebihan uang? Sejak kapan ada istilah kelebihan uang, yang ada hanyalah kekurangan uang."
"Tentu saja ada..." Zahra senyum hangat. "Orang bersyukur itu selalu memiliki banyak kelebihan rezeki, semahal apapun harga makanan, tetap aja kita kenyang hanya makan satu piring, kan? Makanan di restoran ini misalnya, kalau di warteg, bisa dapat beberapa porsi, bisa diberikan ke orang lain, tapi karena nafsu kita, semuanya jadi serba kurang."
"Tuh dengerin, harga kentang goreng kamu itu seharga nasi padang, ini mah kenyang enggak, buat gemuk iya..." Keyla memanas-manasi.
Sekar mendengus kesal, ia memilih tidak mendengarkan dan kembali memakan kentang gorengnya.
Sebelum memulai percakapan, Keyla memesan kentang goreng seperti Sekar untuk ngemil, ia sudah makan pagi tadi jadi tidak terlalu lapar untuk memesan makanan berat.
"Yee, kau juga sama saja..." Sekar berseru keyal saat melihat Keyla memesan pesanan yang sama.
Keyla menyeringai, "Selagi di traktir, aku ingin ngemil yang lebih enak."
Sekar memutar matanya malas sementara Keyla beralih ke Zahra. "Jadi gimana, apa aku bisa kerja disini, Zah?"
"Bisa, Key, tenang aja, tidak ribet kok, cuma pake KTP aja."
"Cuma itu, kok gak bawa berkas atau surat lamaran lainnya?" Keyla kebingungan.
"Menurut manajer disini memang seperti itu." Zahra menyeruput teh manis yang ia pesan. "Gajihnya kan tidak besar, jadi siapa yang mau dapat duit, yaa tinggal kerja aja disini, dan kalau merasa gajihnya terlalu kecil ya, tinggal keluar aja."
Keyla mengangguk-angguk, itu masuk akal.
Keyla melihat sekelilingnya terutama para pelayan yang berlalu lalang di restoran itu, hampir sembilan puluh persen dari mereka adalah wanita muda, usianya ada belasan sampai 20-an tahun.
"Sama seperti dirimu, mereka yang bekerja disini cuma ingin dapat uang tambahan, kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa yang sedang berkuliah." Jelas Zahra seakan mengetahui isi pikiran Keyla.
"Jadi, bagaimana aku mulai bekerja disini?" Tanya Keyla.
"Tunggu sebentar, aku juga lagi nunggu kabar di managernya."
Keyla mengangguk, ia sudah mendengar kalau Zahra berteman baik dengan manager restoran ini.
Kebetulan saat menunggu, kentang goreng yang dipesannya akhirnya tiba, Keyla segera memakannya, ngobrol tanpa mengemil serasa ada yang kurang menurutnya.
Baru beberapa kali suapan, Zahra tiba-tiba mengabari Keyla untuk pergi ke ruangan manajer di restoran itu.
"Tapi aku tidak mengetahui ruangannya?"
"Tenang, aku tahu."
Zahra mengangguk lalu bangkit dari tempat duduknya sebelum memberi instruksi agar Keyla mengikuti langkahnya.
"Eh, aku tunggu di meja aja, ya, Key, Zahra." Sekar melambaikan tangan, ia masih ingin menikmati kentang goreng yang baru ia pesan lagi.
"Iya, tapi hati-hati, mejanya jangan ikutan ketelen juga." Keyla tertawa. Zahra juga ikut tertawa.
Zahra membawa Keyla ke lantai dua, keduanya memasuki salah satu ruangan dimana tertera peringatan selain pegawai, tidak boleh ada yang masuk.
"Sepertinya kau cukup terkenal di restoran ini, Zah?" Tanya Keyla saat melihat beberapa pekerja restoran itu menyapa Zahra.
"Ya, karena aku sering kesini..." Zahra menjawab singkat, langkahnya terhenti saat tiba di depan sebuah pintu, ia mengetuknya berapa kali sampai ada suara seseorang di dalam yang menyuruh mereka masuk.
Di dalam ruangan itu Keyla bertemu dengan manajernya yang merupakan perempuan seusia Zahra, tidak heran Zahra mengatakan bahwa manajer restoran ini adalah temannya saat melihat keakraban mereka ketika mengobrol.
Manajer restoran itu hanya memeriksa KTP Keyla sekilas sebelum mengangguk, mengatakan bahwa Keyla boleh bekerja besok hari dan melakukan training selama beberapa jam awal.
Keyla merasa antusias, ia tidak menduga akan semudah ini mendapatkan pekerjaan.
"Sepertinya dia sahabatmu, ya, Zah?" Saat Keyla keluar dari ruangan manajer restoran itu, ia kemudian berbicara sedikit dengan Zahra.
Zahra mengangguk, "Dia temanku sejak kami masih kecil, meski statusnya manajer dia adalah anak dari pemilik restoran ini."
Mulut Keyla membentuk huruf 'O', itu berarti hubungan Zahra dan manajernya sama dekatnya dengan ia dan Sekar.
Keyla dan Zahra kembali ke meja, menemukan Sekar masih asik mengemil.
"Loh, kenapa kentang gorengku habis." Keyla terkejut saat menemukan makanan yang ia pesan sebelumnya tinggal tersisa bungkusnya saja. Pandangan Keyla kemudian tertuju ke arah Sekar.
"Eh, kupikir kau tidak mau karena pergi..." Sekar mengangkat bahu, memasang wajah polos. "Daripada mubazir, ya, aku makan aja sekalian."
Keyla mencubit pipi Sekar dan perasaan gemas, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Ugh, sakit tau..." Sekar menggerutu sambil menggosok pipinya dengan telapak tangan. "Jadi gimana, lancar diterima kerja."
"Alhamdulillah, semuanya beres." Zahra yang menjawab.
Keyla mendadak mendapatkan ide, "Hei, Sekar, bagaimana kalau kau ikut kerja denganku, temani aku, ya?"
"Enggak, ah, aku kan gak darurat keuangan." Sekar segera menolak.
"Ayolah, Sekar, kau kan sahabatku, sayangku, cintaku, ya, ya, tolonglah temanmu ini yang sudah kesusahan."
"Enggak mau, buat apa, mending nonton drakor, gajihku di kantor aja udah cukup."
Keyla mendengus kesal, gagal membujuk Sekar tapi ia juga tak bisa memaksanya lebih jauh.
"Terus sekarang kita kemana?" Tanya Sekar setelah ketiganya keluar restoran.
"Kemana lagi, ya, pulanglah."
"Hah? Tapi ini weekend, masih siang, masa cuma nongkrong sebentar langsung balik." Sekar bersungut-sungut.
"Aku masih banyak pekerjaan di rumah, Sekar, kapan-kapan lagi aja kita mainnya." Ucap Zahra sambil melihat ke arah jam tangan.
Keyla mengangguk, "Aku setuju, aku juga mempunyai urusan, sorry, ya, Sekar."
Sekar memasang wajah cemberut namun ia juga tak bisa memaksa keduanya. Ketiganya kemudian berpisah menggunakan kendaraan masing-masing.
Keyla terkejut saat menemukan Pak Wirya masih menunggunya di seberang jalan, ia pikir sopirnya itu sudah pergi. Keyla diam sejenak sebelum menghampiri Pak Wirya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments