Eps. 9 — Pilihan Keyla

Keyla langsung pergi ke lantainya bekerja dan mendapati Zahra dan Sekar sudah duduk di meja kerjanya sambil mengobrol, kedatangan Keyla seketika menghentikan percakapan keduanya.

"Pagi Key..." Sapa Zahra sambil tersenyum.

Keyla mengangguk lalu mendudukkan pantatnya di kursi, Zahra dan Sekar saling pandang, ia bisa melihat ekspresi kusut gadis itu.

"Apa yang terjadi padamu, kau sakit?" Tanya Sekar.

"Entahlah, aku pusing." Ucap Keyla frustasi.

"Ada apa, ceritakan saja padaku, mungkin aku bisa membantumu?" Tawar Sekar antusias.

Keyla menatap Zahra dan Sekar bergantian, ia tidak yakin menceritakan kondisi ibunya pada mereka apalagi belum tentu keduanya bisa membantunya.

"Aku sepertinya membutuhkan pekerjaan sampingan?" Ucap Keyla setelah diam sejenak.

"Kau membutuhkan duit?" Sahut Sekar.

"Kurang lebih seperti itu, kerja paruh waktu, apapun! Asalkan bisa mendapatkan duit tambahan."

Sekar dan Zahra saling lirik, keduanya sadar sudah terjadi sesuatu pada temannya tersebut, mungkin sebuah masalah?

"Kalau masalah pekerjaan, kebetulan tadi bokap ngomong ada lowongan yang kosong di pekerjaannya, gajihnya cukup lumayan, bekerjanya di malam hari, tapi aku tidak yakin itu cocok denganmu, Key..." Gumam Sekar.

Wajah Keyla seketika menjadi cerah, ia menatap Sekar. "Aku tidak peduli, pekerjaan apapun itu akan kulakukan!"

"Tapi..." Sekar menatap tubuh Keyla dengan ragu.

"Tapi apa? Kau meremehkan kekuatanku, Sekar, walaupun aku wanita, aku tidak lemah seperti yang kau pikirkan."

"Benarkah, pekerjaan yang kumaksud adalah kuli bangunan, kau bisa melakukannya?"

"Sekar, kau!" Keyla merasa geram, ia bangkit dari kursinya dan hendak menjitak gadis itu namun Zahra yang tertawa segera menengahi keduanya.

"Zah, lepaskan, biar aku jitak kepala gadis itu!"

"Hei hei, Key, aku disini coba menawarkan solusi kepadamu." Sekar membela diri.

"Sudah-sudah, Keyla, Sekar hanya coba membantumu." Zahra menenangkan gadis itu.

Keyla mendengus kesal lalu duduk di kursinya sementara Sekar hanya nyengir tanpa merasa berdosa.

"Sebenarnya kalau masalah pekerjaan, restoran di dekat rumahku sedang membuka lowongan, Key." Ucap Zahra memberitahu.

"Kau tidak mengatakan jadi kuli bangunan lagi, kan Zahra." Kata Keyla sinis.

Zahra tersenyum, merapihkan kerudungnya. "Tidak, jadi seorang pelayan, gajihnya mungkin tidak besar tapi cukup lumayan, bagaimana?"

Keyla menatap mata Zahra, sebenarnya kalau gadis sholehah itu berbicara Keyla tidak akan meragukan ucapannya. Sejauh ini Zahra tidak pernah membohonginya.

Keyla kemudian mengangguk dan ingin bekerja di restoran tersebut, saat ini yang ia pikirkan adalah menambahkan penghasilan.

"Kalau begitu aku akan membicarakan ini pada manajer restoran itu, kebetulan dia adalah temanku."

"Terimakasih, Zah, semoga saja aku diterima."

"Amin." Zahra tersenyum.

"Nanti aku akan mampir di sana, beri gratis ya, Key." Ucap Sekar menyeringai.

"Belum juga diterima, dan kau sudah meminta yang tidak-tidak, nanti aku racunin pake sianida, biar tahu rasa." Keyla mendengus kesal.

Percakapan ketiganya harus berhenti saat suara bel jam kerja berbunyi, ketiganya harus fokus pada pekerjaan mereka masing-masing.

Di tengah pekerjaannya, salah satu karyawan tiba-tiba mendatangi meja Keyla.

"Keyla, kau dipanggil Tuan Agam ke ruangannya." Ucap karyawan itu.

Keyla terkejut, begitu juga dengan Zahra dan Sekar.

"Apakah ada sesuatu?" Tanya Keyla.

"Aku tidak tahu, ia hanya mengirimku pesan agar kau segera pergi ke sana."

Keyla tersenyum tipis, ia yakin ini bukan sesuatu yang baik untuknya.

"Ada hubungan apa kau dengan Tuan Agam?" Sekar menyipitkan matanya dengan penuh curiga. "Jangan-jangan kau mempunyai hubungan gelap dengan pangeranku, ya?"

"Aku juga tidak tahu Sekar, mungkin kinerjaku yang terlalu bagus dibandingkan dirimu sehingga harus ke sana." Keyla menyeringai.

Sekar mendengus dengan kesal sementara Zahra yang mendengarnya tertawa kecil, "Apapun itu kau harus segera cepat ke sana, Key."

"Aku mengerti, aku akan ke sana sekarang juga." Keyla bangkit dari kursinya lalu melangkah menuju lift.

Ketika tiba dilantai teratas, resepsionis di depan ruangan Agam mempersilahkan Keyla untuk segera langsung masuk. Keyla membuka pintu ruangan Agam, ini kedua kalinya ia masuk ke ruangan pria tersebut.

Agam sedang duduk di kursinya sambil mengetik sesuatu di laptop, gerakan tangannya terhenti saat ia menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya, seketika Agam tersenyum.

"Duduk." Ucap Agam singkat.

Keyla mendengus, ia melipat tangannya di dada, tidak mau menurut. Keyla masih kesal karena semalam ia tertidur dengan lelaki itu.

"Kenapa kau memanggilku kesini?" Ucap Keyla dengan nada yang dibuat-buat jutek.

"Aku sedang membutuhkan bantuanmu."

"Bantuanku?" Keyla menaikan alis.

Agam mengangguk lalu ia pindah ke sopa panjang yang ada di ruangan itu sambil membawa laptopnya. Agam kemudian meletakkan laptop tersebut di atas pahanya.

"Ambilkan kotak itu dan bawa kemari..." Perintah Agam sambil menunjukan kotak bekal yang ada di mejanya menggunakan dagunya.

Keyla mengerutkan dahi dan tampak kebingungan tetapi ia segera menuruti perintah Agam.

Kotak bekal itu dibungkus oleh semacam kain, Keyla membawanya lalu menaruhnya di samping Agam.

"Buka." Titah Agam selanjutnya.

Keyla menghela nafas lalu membuka bungkusan kain itu serta melepaskan wadahnya, di dalam kotak bekal itu sudah terdapat nasi serta lauk pauknya yang ditata dengan rapih dan indah, bekal makanan Agam sekilas seperti bento.

"Pelayanmu yang memasak ini?" Reaksi Keyla cukup terkejut dengan isi kotak bekal Agam.

"Tidak, itu masakan ibuku, dia selalu mengantarkan makanan ketika aku kerja."

Keyla sampai menaikan alisnya, ia jadi teringat kalau dulu Tante Isla memang sangat jago dalam memasak.

"Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya?" Tanya Keyla.

"Apalagi, suapi aku." Jawab Agam enteng.

"Hah?!" Keyla terkejut.

"Suapi aku Keyla, aku belum sarapan pagi ini."

Keyla tidak percaya, "Kau kan punya tangan, kenapa aku harus menyuapimu."

Agam tersenyum, "Kau tidak lihat tanganku sedang apa, aku tengah bekerja sekarang." Ucap Agam sambil tangannya terus mengetik di laptop.

"Kau harus menurut, Key, biarpun aku suamimu tetapi untuk sekarang aku adalah bosmu." Lanjut Agam.

Keyla berpikir sebentar sebelum akhirnya menghela nafas panjang, baiklah, lagi pula apa yang dikatakan Agam memang benar.

Keyla duduk di samping Agam yang sedang berkutat dengan laptopnya, salah satu tangannya memegang kotak bekal itu sementara tangan lainnya mengambil sendok.

"Kau seperti anak kecil saja." Celetuk Keyla.

Agam hanya tersenyum kecil lalu membuka mulutnya, membiarkan Keyla memasukkan sendokkan pertamanya.

"Ini lebih enak." Ucap Agam.

"Tentu saja, aku tidak meragukan kelezatannya jika Tante Isla yang memasak."

"Bukan itu maksudku, kalau kau yang menyuapinya, masakan ibuku jadi lebih enak." Agam tersenyum menggoda.

Keyla memutar matanya lalu kembali menyuapi Agam lagi.

"Mulai besok, setiap jam sepuluh pagi kau harus kesini dan menyuapiku." Ucap Agam.

"Apa? Tidak mau!" Tolak Keyla seketika.

"Kau tidak bisa menolaknya, Key, ini adalah perintah dari CEO perusahaanmu."

"Tapi ini diluar pekerjaanku, Agam."

"Itu dulu, mulai sekarang, menyuapiku adalah pekerjaanmu." Agam membenarkan.

Keyla merasa kesal sekaligus geram, ingin sekali ia melakukan sesuatu pada lelaki itu namun dirinya masih mencoba sabar dan menahannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!