Eps. 11 — Rasa Kesal

"Agam, apa-apaan kau datang kesini lalu mengaku sebagai suamiku di depan Bu Lilis?!" Keyla segera menyemprot Agam dengan segenap kekesalannya ketika keduanya sudah berada di dalam mobil.

Agam ternyata sudah menebak Keyla akan ke kontrakannya kembali sehingga pria itu menyusulnya kesini.

"Aku tidak mengaku-ngaku, aku memang suamimu, Key." Agam tersenyum santai.

"Tapi tidak harus mengatakannya di depan Bu Lilis, bukan? Arghh... Setelah ini aku tidak bisa kembali kesini karenamu!" Geram Keyla frustasi.

Agam tertawa kecil, ia kemudian menyuruh sopirnya untuk menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan diantara keduanya, Keyla memilih menatap jendela mobil sambil melipat tangan di dada, ia masih kesal dengan kelakuan Agam.

"Kau marah padaku, hm?" Agam berusaha menahan tawanya ketika melihat tingkah istrinya.

Keyla tidak menjawab, ia sudah tidak peduli pada laki-laki tersebut.

"Kalau kau tidak menjawabnya, aku akan mencium pipimu lagi."

Keyla tetap diam hingga akhirnya Agam mencondongkan tubuhnya dan mengecup pipi Keyla, hal itu membuat Keyla menoleh dan menatap tajam Agam.

"Agam, bisakah aku mempunyai waktu sendiri di sini, aku sedang marah padamu!"

"Tidak bisa, aku justru ingin mengobrol denganmu." Agam tersenyum miring.

Keyla mendengus lalu membuang wajahnya lagi, entah apa yang harus dirinya lakukan, ia merasa tidak bisa marah pada Agam karena sifat suaminya itu yang selalu menggodanya.

"Coba kasih seblak pedas, Tuan, biasanya perempuan sangat suka seblak." Sang sopir yang dari tadi melihat pertengkaran keduanya hanya bisa mengulas senyum.

Sopir itu sudah paruh baya dan memiliki seorang istri, melihat tingkah Agam dan Keyla membuat dirinya teringat kemesraan dengan istrinya saat muda dulu.

"Seblak?" Agam mengelus dagunya. "Kalau begitu carikan seblak yang paling enak, harga tidak masalah."

"Siap, Tuan." Sopir itu mengangguk, lalu menginjak pedal gas mobilnya lebih cepat.

Keyla mendengar semua itu tetapi memilih diam, pokoknya apapun yang dilakukan Agam termasuk membelikannya seblak, tidak akan membuatnya terbujuk.

Mobil hitam yang ditumpangi Agam berhenti di pinggiran jalan, tepatnya di sebuah kios seblak yang berdagang.

Sopir paruh baya itu keluar dan membelikannya, setengah jam kemudian ia kembali dengan membawa kresek di tangannya.

"Kau mau, Key?" Agam menjulurkan satu bungkusan seblak itu pada Keyla.

Keyla tidak menjawab, ia membuang wajahnya ke arah jendela mobil.

"Selagi hangat, ini masih bisa dimakan, Key." Goda Agam.

Keyla di dalam hatinya sebenarnya meneguk ludah, aroma seblak itu membuatnya tergiur namun karena egonya yang tinggi membuatnya tidak mudah menerima.

"Aku tidak lapar, kau saja yang-..." Keyla belum menyelesaikan ucapannya saat suara perutnya yang keroncongan berbunyi.

Keyla mengumpat dalam hati lalu segera memalingkan wajahnya yang memerah karena malu, ia lupa sore ini perutnya belum diisi.

"Kau yakin?" Agam tertawa kecil, ia justru membuka tutup seblak itu, membuat seluruh aromanya keluar dan menusuk hidung.

Keyla melirik seblak itu dengan sudut matanya, "A-aku akan membayarnya nanti..." Ucap Keyla sambil menerima bungkusan seblak itu.

Agam terkekeh, ia memangku salah satunya tangan di dagu sambil menyaksikan Keyla memakan seblak itu dengan lahap.

Keyla akui seblak yang dibelikan sopirnya itu sangat lezat tetapi ia tidak bisa merasakan kenikmatan tersebut sepenuhnya karena tatapan Agam yang terus memandanginya.

Keyla mengalihkan pandangannya ke arah jendela namun tetap saja merasa risih, ia sesekali melirik Agam dan pria itu ternyata masih menatapnya.

"Kau ingin menghabiskan itu semua, tanpa membagikan padaku?" Tanya Agam.

"Bukankah kau tadi memberikannya padaku, kalau kau mau kenapa tidak membeli lagi."

"Maunya seperti itu, tapi suami istri harus makan dalam satu piring, kau ingat."

Keyla memutar matanya dengan malas. "Jadi?"

"Aku juga ingin seblak... Kau bisa membayarnya dengan beberapa suapan padaku."

"Ada sopirmu, kau tidak malu disuapi seperti anak kecil." Keyla menaikan salah satu alisnya.

"Pak Wirya bisa menjaga rahasia, kau tidak perlu khawatir." Jawab Agam enteng.

Keyla menghela nafas lalu menyuapi pria itu lagi. Satu suap untuk Agam, satu suap lainnya untuk dirinya, begitu seterusnya sampai seblak tersebut habis.

Keyla menahan tawa melihat Agam mulai kepedesan hingga wajahnya sedikit memerah, berbeda dengan dirinya, Agam tidak terlalu bisa mentolerir rasa pedas.

"Pak Wirya, kenapa seblaknya sepedas seperti ini?" Tanya Agam dengan nafas memburu.

"Eh, aku kira Tuan tadi tidak mau menyicipinya."

Agam mengutuk dalam hati, celakanya ia mengambil air dingin untuk menghilangkan rasa pedangnya, alih-alih sembuh Agam justru semakin kepedasan.

Keyla tak kuasa menahan tawanya melihat hal tersebut, ia merogoh tasnya lalu menyodorkan sebuah termos tupperware pada Agam.

Keyla memang selalu membawa termos tupperware itu untuk dirinya menyeduh kopi ketika bekerja.

"Air di dalamnya sudah tidak panas, ini bisa menghilangkan rasa pedasmu."

Tanpa banyak basa-basi Agam segera meneguk air di tupperware itu, meski awalnya terasa menyakitkan namun rasa pedasnya segera menghilang seketika itu juga.

Agam menghembuskan nafas lega, sudah sejak lama ia tidak memakan pedas seperti ini.

Agam menatap Keyla lalu tersenyum lembut, "Terimakasih, Sayang, aku jadi ingat kau selalu membantuku ketika diposisi dibutuhkan seperti ini."

Keyla menjadi salah tingkah ketika Agam memanggilnya dengan sebutan 'Sayang', ia segera memalingkan wajahnya khawatir Agam mengetahui pipinya saat ini sedang merona.

"Kenapa kau selalu memalingkan wajah ketika tersipu seperti itu?" Goda Agam sambil tertawa kecil.

"Aku tidak malu, aku hanya ingin melihat pemandangan kota." Bohong Keyla.

"Pemandangan kota? Ini berada di terowongan, kau suka memandang dinding?" Agam menahan senyumannya.

"Yaa... dinding terowongan ini juga lebih bagus daripada pemandangan kota." Ketus Keyla.

Agam tertawa kecil, sampai saat ini ia tidak mengetahui alasan kenapa Keyla meninggalkannya tiga tahun yang lalu namun sepertinya apapun itu, pasti alasannya tidak sederhana.

Suara ponsel Agam tiba-tiba berdering di saku jasnya, Keyla bernafas lega ketika Agam tidak menggodanya lebih jauh melainkan memilih mengangkat telepon tersebut.

Ekspresi Agam berubah-rubah saat berbincang di telepon sebelum diakhiri dengan helaan nafas yang cukup panjang.

"Pak Wirya, kita pergi ke kantor cabang C4, ada sesuatu yang harus saya urus di sana." Ucap Agam pada sopirnya.

"Baik Tuan, aku akan menggunakan jalan memutar agar bisa sampai lebih cepat."

Agam mengangguk, selebihnya ia memandang ke arah jendela.

"Kita tidak jadi ke rumah?" Tanya Keyla yang mendengar semuanya.

"Ada masalah di kantor cabang, aku harus menyelesaikannya terlebih dahulu." Jawab Agam.

Keyla mengerutkan dahi, ia teringat Zahra pernah mengatakan bahwa perusahaan Agam sangat besar hingga memiliki banyak cabang dimana-mana.

Tidak Keyla sangka, tidak hanya mengurusi satu kantor tetapi Agam juga memimpin kantor-kantor yang lain.

Untuk kesekian kalinya pertanyaan yang sama muncul di kepala Keyla, 'Sebenarnya seberapa kaya Agam sekarang?'

Dalam tiga tahun, keluarga Agam yang awalnya hanya keluarga miskin kini telah berubah seratus delapan puluh derajat menjadi keluarga yang sangat kaya raya dan berpengaruh besar.

Keyla tidak memahami, apa yang terjadi tiga tahun tersebut hingga semuanya bisa berubah secepat itu.

Episodes
1 Eps. 1 — Bertemu Kembali
2 Eps. 2 — Agam dan Keyla
3 Eps. 3 — Perubahan Dua Sisi
4 Eps. 4 — Masa Lalu
5 Eps. 5 — Tempat Tinggal
6 Eps. 6 — Kekayaan
7 Eps. 7 — Semalam Berdua
8 Eps. 8 — Sarapan Pagi
9 Eps. 9 — Pilihan Keyla
10 Eps. 10 — Salah Tingkah
11 Eps. 11 — Rasa Kesal
12 Eps. 12 — Penthouse Mewah
13 Eps. 13 — Keheningan Malam
14 Eps. 14 — Pekerjaan Sampingan
15 Eps. 15 — Pertemuan Weekend
16 Eps. 16 — Roti Sobek
17 Eps. 17 — Masakan Buatan Keyla
18 Eps. 18 — Yang Jatuh Cinta
19 Eps. 19 — Obrolan Dengan Sopir Angkot
20 Eps. 20 — Pria Tampan Berjas
21 Eps. 21 — Lipstik Bibir
22 Eps. 22 — Devan
23 Eps. 23 — Masa Lalu Zahra
24 Eps. 24 — Untaian Takdir
25 Eps. 25 — Tanda Tangan Kontrak
26 Eps. 26 — Pesawat Pribadi
27 Eps. 27 — Pakaian Keyla
28 Eps. 28 — Vila Pantai
29 Eps. 29 — Masak Bersama
30 Eps. 30 — Pak Harris
31 Eps. 31 — Menikmati Sunset
32 Eps. 32 — Perasaan Cemburu
33 Eps. 33 — Bibir Merah
34 Eps. 34 — Pantai Malam
35 Eps. 35 — Jaga Hati
36 Eps. 36 — Bayangan Cinta
37 Eps. 37 — Gelap Malam
38 Eps. 38 — Kota Tua
39 Eps. 39 — Gadis Kecil
40 Eps. 40 — Rasa Terimakasih
41 Eps. 41 — Permintaan Kecil
42 Eps. 42 — Perubahan
43 Eps. 43 — Perjodohan Sekar
44 Eps. 44 — Pakai Jilbab
45 Eps. 45 — Anting Biru
46 Eps. 46 — Kebenaran
47 Eps. 47 — Kejujuran
48 Eps. 48 — Pasangan Bahagia
49 Eps. 49 — Jamuan Sore
50 Eps. 50 — Tanda Merah
51 Eps. 51 — Obrolan Malam
52 Eps. 52 — Mengharapkan Bayi
53 Eps. 53 — Kondisi Mertua
54 Eps. 54 — Rumah Mertua
55 Eps. 55 — Kamar Keyla
56 Eps. 56 — Cara Lain
57 Eps. 57 — Tanpa Celah
58 Eps. 58 — Niat Belajar
59 Eps. 59 — Reaksi Mual
60 Eps. 60 — Hasil Kehamilan
61 Eps. 61 — Suami Posesif
62 Eps. 62 — Rasa Donat
63 Eps. 63 — Kebenaran Tersembunyi
64 Eps. 64 — Debaran Perasaan
65 Eps. 65 — Pemeriksaan
66 Eps. 66 — Permintaan Kerja
67 Eps. 67 — Kembali Ke Kantor
68 Eps. 68 — Kabar Zahra
69 Eps. 69 — Keperluan Mendadak
70 Eps. 70 — Acara Pernikahan
71 Eps. 71 — Ucapan Lembut
72 Eps. 72 — Traktiran
73 Eps. 73 — Belanjaan Pakaian
74 Eps. 74 — Ritme Waktu
75 Eps. 75 — Keseharian Keyla
76 Eps. 76 — Semuanya Datang
77 Eps. 77 — Berakhir Indah
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Eps. 1 — Bertemu Kembali
2
Eps. 2 — Agam dan Keyla
3
Eps. 3 — Perubahan Dua Sisi
4
Eps. 4 — Masa Lalu
5
Eps. 5 — Tempat Tinggal
6
Eps. 6 — Kekayaan
7
Eps. 7 — Semalam Berdua
8
Eps. 8 — Sarapan Pagi
9
Eps. 9 — Pilihan Keyla
10
Eps. 10 — Salah Tingkah
11
Eps. 11 — Rasa Kesal
12
Eps. 12 — Penthouse Mewah
13
Eps. 13 — Keheningan Malam
14
Eps. 14 — Pekerjaan Sampingan
15
Eps. 15 — Pertemuan Weekend
16
Eps. 16 — Roti Sobek
17
Eps. 17 — Masakan Buatan Keyla
18
Eps. 18 — Yang Jatuh Cinta
19
Eps. 19 — Obrolan Dengan Sopir Angkot
20
Eps. 20 — Pria Tampan Berjas
21
Eps. 21 — Lipstik Bibir
22
Eps. 22 — Devan
23
Eps. 23 — Masa Lalu Zahra
24
Eps. 24 — Untaian Takdir
25
Eps. 25 — Tanda Tangan Kontrak
26
Eps. 26 — Pesawat Pribadi
27
Eps. 27 — Pakaian Keyla
28
Eps. 28 — Vila Pantai
29
Eps. 29 — Masak Bersama
30
Eps. 30 — Pak Harris
31
Eps. 31 — Menikmati Sunset
32
Eps. 32 — Perasaan Cemburu
33
Eps. 33 — Bibir Merah
34
Eps. 34 — Pantai Malam
35
Eps. 35 — Jaga Hati
36
Eps. 36 — Bayangan Cinta
37
Eps. 37 — Gelap Malam
38
Eps. 38 — Kota Tua
39
Eps. 39 — Gadis Kecil
40
Eps. 40 — Rasa Terimakasih
41
Eps. 41 — Permintaan Kecil
42
Eps. 42 — Perubahan
43
Eps. 43 — Perjodohan Sekar
44
Eps. 44 — Pakai Jilbab
45
Eps. 45 — Anting Biru
46
Eps. 46 — Kebenaran
47
Eps. 47 — Kejujuran
48
Eps. 48 — Pasangan Bahagia
49
Eps. 49 — Jamuan Sore
50
Eps. 50 — Tanda Merah
51
Eps. 51 — Obrolan Malam
52
Eps. 52 — Mengharapkan Bayi
53
Eps. 53 — Kondisi Mertua
54
Eps. 54 — Rumah Mertua
55
Eps. 55 — Kamar Keyla
56
Eps. 56 — Cara Lain
57
Eps. 57 — Tanpa Celah
58
Eps. 58 — Niat Belajar
59
Eps. 59 — Reaksi Mual
60
Eps. 60 — Hasil Kehamilan
61
Eps. 61 — Suami Posesif
62
Eps. 62 — Rasa Donat
63
Eps. 63 — Kebenaran Tersembunyi
64
Eps. 64 — Debaran Perasaan
65
Eps. 65 — Pemeriksaan
66
Eps. 66 — Permintaan Kerja
67
Eps. 67 — Kembali Ke Kantor
68
Eps. 68 — Kabar Zahra
69
Eps. 69 — Keperluan Mendadak
70
Eps. 70 — Acara Pernikahan
71
Eps. 71 — Ucapan Lembut
72
Eps. 72 — Traktiran
73
Eps. 73 — Belanjaan Pakaian
74
Eps. 74 — Ritme Waktu
75
Eps. 75 — Keseharian Keyla
76
Eps. 76 — Semuanya Datang
77
Eps. 77 — Berakhir Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!