Eps. 8 — Sarapan Pagi

Keyla mengelus perutnya yang tiba-tiba berbunyi, ia lupa semalam belum makan.

Seolah mengerti apa yang dirasakan Keyla, salah satu pelayan kemudian menawarkan sarapan. "Jika Nona Keyla lapar, kami sudah menyiapkan beberapa hidangan untuk Nona di ruang tengah."

"Apa ini perintah dari Agam?" Tanya Keyla.

Kedua maid itu mengangguk, alasan mereka berdua menunggu Keyla keluar dari kamar karena ingin memberitahukan hal ini.

Keyla merasa ragu tapi perutnya tak bisa berbohong, akhirnya ia setuju untuk sarapan disini.

Keyla baru ingin mengikuti langkah dua maid itu saat tiba-tiba ponselnya berdering cukup keras, Keyla menghentikan langkahnya lalu mengangkat telepon tersebut, ekspresinya berubah ketika tertera nama ayahnya yang menghubunginya.

Menyadari Keyla sedang ada telepon, kedua maid itu sedikit mengambil jarak darinya untuk memberikan ruang privasi.

"Ada apa, Ayah?" Tanya Keyla.

"Sakit Ibumu semakin parah, Nak, Ayah tidak punya pilihan selain membawanya ke rumah sakit..."

Jantung Keyla seperti berhenti sesaat, lututnya mendadak terasa lemas saat mendengar kabar ibunya.

"Lalu bagaimana kondisi Ibu sekarang, Yah?"

"Kata dokter ibumu mempunyai penyakit jantung, harus dioperasi, masalahnya biaya operasinya sangat mahal, Key. Dua ratus juta rupiah..."

Keyla menarik nafas dingin, uang sebanyak itu, kemana ia harus mendapatkannya?

Dada Keyla terasa sesak, ia menutup telepon Ayahnya dengan mengatakan ia akan berusaha keras mencari uang secepat dan setepat mungkin. Ibunya akan di rawat di rumah sakit selama belum ada uang untuk biaya operasi.

Keyla memijat kepalanya, meski ayahnya bekerja di salah satu juragan beras, gajih yang didapatkannya jauh dari kata cukup untuk membayar operasi tersebut.

Bahkan dengan gajihnya sekarang di kantor, Keyla membutuhkan waktu lama untuk bisa menabung sampai 200 juta.

Keyla merasa ingin menangis jika saja tidak di hadapan dua maid itu, mendadak nafsu makannya menghilang mendengar kabar kondisi ibunya.

'Apa yang harus aku lakukan?' batin Keyla setengah frustasi.

Dua maid itu saling pandang, menyadari telah terjadi sesuatu yang buruk pada Keyla.

"Apa Nona baik-baik saja?" Tanya maid itu.

Keyla mengangguk, memaksa tersenyum. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit ada masalah."

Keyla tidak bisa memberitahu masalah ini pada siapapun, yang terpikirkan sekarang adalah bagaimana ia bisa mendapatkan uang lebih banyak.

"Nona, hidangan yang sudah kami masak masih hangat, sebaiknya anda sarapan dulu." Ucap pelayan itu.

"Aku tidak selera makan, terimakasih."

"Kami sudah menyiapkan menu masakan yang Nona sukai, Nona Keyla pasti menyukainya?"

Keyla mengerutkan dahi, "Bagaimana anda tahu itu masakan kesuakaanku atau tidak?"

Maid itu batuk pelan, "Tuan Agam sebelumnya memerintahkan kami untuk memasak sesuatu, katanya masakan itu adalah kesukaan Nona."

Keyla terkejut, apakah Agam masih mengetahui masakan kesukaannya?

Demi memenuhi rasa penasarannya, Keyla akhirnya mengikuti dua maid itu ke ruang tengah, di sana sudah ada meja bundar yang besar dengan diatasnya terhidang beberapa hidangan masakan.

Keyla meneguk ludah, selera makannya seketika bangkit kembali setelah melihat udang goreng yang dibumbui saus tiram terhidang di meja makan tersebut.

Udang saus tiram itu adalah kesukaannya, ia tidak menduga Agam masih mengingat makanan favoritnya.

Selain udang saus tiram, ada juga masakan lain dan semuanya adalah makanan kesukaan Keyla, termasuk semur jengkol.

"Aku akan memakannya sedikit..." Keyla duduk di salah satu kursi sementara para maid itu berdiri di belakangnya.

Ucapan Keyla yang ingin memakan sedikit nyatanya tidak dapat terpenuhi saat lidah gadis itu bersentuhan dengan udang yang telah dibumbui tersebut.

Keyla makan dengan lahap sampai suapan terakhir, kedua maid itu menahan senyumannya melihat gadis tersebut menghabiskan semua makanannya seorang diri.

Keyla yang tersadar telah makan banyak merasa malu sendiri. Mungkin karena dirinya sudah lama tidak makan seenak ini sementara di kontrakan, ia hanya memasak sesuai dengan kondisi keuangannya.

"Aku akan membayar semua makanan ini..." Keyla batuk pelan sambil menutupi rasa canggungnya.

"Nona, tidak perlu, ini memang dihidangkan untuk anda dari Tuan Agam." Jawab maid itu sopan.

Keyla tetap kekeuh ingin membayarnya karena tidak mau berhutang budi pada Agam, tapi ucapan maid itu selanjutnya membuat Keyla terkejut.

"Ehem, jika Nona Keyla ingin membayarnya harganya kemungkinan 5 jutaan."

Keyla yang sedang minum tersedak oleh airnya. "Lima juta? Bagaimana bisa?!"

"Udang yang anda makan merupakan udang jenis harimau biru yang memiliki harga paling mahal di dunia, per ekornya seharga empat ratus ribu."

Keyla memakan sekitar delapan udang tersebut, ditambah masakan hidangan lain yang tak jauh lebih mahal maka tidak heran harganya dikisaran lima juta.

Keyla tersenyum kecut, ia menyesal memakan masakan tadi, pantas saja udang yang dimakannya terasa sangat enak dibandingkan masakan apapun yang ia temui sebelumnya.

Jika harga sarapan paginya seharga gajih sebulan ia bekerja, mungkin ia akan berpikir seratus kali untuk memakannya.

"Mungkin aku akan berhutang dulu..." Ucap Keyla dengan sedikit malu.

"Tidak perlu Nona, sudah kubilang ini adalah masakan gratis dari Tuan Agam." Maid itu tertawa kecil. "Bukankah Nona Keyla ingin berangkat kerja, ini sudah jam tujuh pagi?"

"Ah iya, aku lupa..." Keyla tersadar, ia segera bangkit dan pergi menuju pintu keluar sementara dua maid tadi masih mengikutinya.

"Kami sudah menyiapkan supir untuk mengantarkan anda ke kantor, Nona Keyla." Ucap maid itu memberitahu.

"Agam menyiapkannya untukku?"

"Ya, ini semua perintah dari Tuan Agam."

Benar saja, ketika Keyla keluar dari rumah besar itu, sudah ada mobil limusin yang terparkir di depan halaman rumah Agam.

Seorang pria paruh baya sedang berdiri di dekat limusin tersebut, sepertinya ia seorang supir dan tengah menunggunya sejak tadi.

"Apa aku harus naik mobil ini?" Tanya Keyla tidak percaya.

"Benar, ini untuk antar jemput Nona."

Keyla segera menolak, ini terasa berlebihan untuknya. "Tidak terimakasih, lebih baik aku naik angkot saja."

"Nona Keyla, kuharap anda bisa menaikinya, Tuan Agam pasti sangat marah pada kami jika menemukan Nona pergi menggunakan angkot." Maid itu memohon.

"Benar Nona Keyla, perintah kami adalah melayanimu sebaik mungkin, jika anda kenapa-napa, kamilah yang bertanggung jawab."

Keyla menghela nafas, ia bisa melihat ketakutan dua pelayan di depannya pada Agam, pada akhirnya Keyla setuju untuk naik limusin tersebut karena tidak tega pada dua maid tersebut.

Pria paruh yang menjadi supirnya segera membukakan pintu mobil belakang untuk Keyla.

Keyla duduk di jok belakang, saat dirinya masuk ke mobil tersebut ia bisa melihat begitu mewahnya kendaraan mahal tersebut. Keyla tidak percaya dalam hidupnya akan naik limusin seperti ini.

"Bapak tahu kantor saya?" Tanya Keyla pada sang supir.

"Iya, Non, Tuan Agam sudah memberitahunya." Jawab supir itu.

Keyla mengangguk, selama dalam perjalanan, ia tidak merasakan gerah memakai limusin tersebut bahkan justru merasa sejuk, berbeda dengan saat ia menaiki angkot yang terkadang berdesak-desakan dengan penumpang lain.

Membutuhkan waktu dua puluh menit hingga Keyla sampai di kantornya. Keyla menghentikan limusin itu di jarak sepuluh meter sebelum sampai gedung kantor, ia tidak ingin ada yang mengetahuinya sedang menaiki mobil mahal tersebut karena bisa menarik perhatian banyak orang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!