Keyla membuka matanya perlahan, seingatnya ketika ia tertidur dirinya sedang berada di dalam mobil tetapi saat ia terbangun, Keyla sudah berada di atas ranjang yang empuk.
Keyla terhenyak kaget saat mengetahui dirinya berada di sebuah kamar yang asing, setidaknya bukan kamar yang ia kenal di mension Agam kemarin.
"Dimana aku?"
Keyla yang masih memulihkan kesadarannya kemudian bangkit dari ranjangnya, ia melangkah keluar pintu kamar.
Keyla mengucek matanya ketika melihat ruangan tengah bangunan ini, jelas sekali ini bukan di Mension Agam.
"Kau sudah terbangun?"
Keyla menoleh pada sumber suara tersebut, didapati Agam sedang berdiri di balkon sambil menatapnya.
Mata Keyla teralihkan pada benda yang berada di dua jari Agam, benda itu menyala kemerahan dan mengeluarkan asap putih yang mengepul, saat itu Agam terlihat sedang merokok.
Keyla menatap tajam Agam lalu melangkah menghampirinya, tanpa basa-basi ia merampas rokok di tangan Agam lalu membantingnya ke lantai, Keyla segera menginjaknya sekuat tenaga sampai rokok itu padam dan tidak berbentuk lagi.
"Apa yang kau lakukan?" Agam terkejut dengan kelakuan Keyla.
"Aku paling benci dengan rokok." Nada Keyla terdengar kesal. "Sejak kapan kau jadi perokok seperti ini?"
"Sejak ditinggal olehmu..."
Keyla diam sejenak, menaikan salah satu alisnya. "Kau sering melakukannya?"
"Aku perokok pasif, aku merokok jika sedang banyak pekerjaan." Agam mengambil satu rokok lainnya di saku tapi Keyla segera merampasnya beserta bungkusnya.
"Sudah aku bilang, jangan merokok!"
Agam mengangkat bahu, ia kemudian mengambil cangkir kopi yang ditaruh di pagar balkon lalu menyeruputnya.
Keyla terkejut saat baru menyadari kalau dirinya berada di tempat yang sangat tinggi, ia mendekati pagar balkon lalu melihat ke bawah, nafas gadis itu tertahan saat menyaksikan suasana perkotaan malam yang terpampang jelas dimatanya.
"Kita berada di gedung hotel?" Tanya Keyla tidak percaya.
"Penthouse." Agam membenarkan.
Mata Keyla terbelalak, ia melihat sekitarnya, dari ketinggian gedung tempatnya sekarang setidaknya Keyla berada di lantai empat puluh.
"Sejak kapan kau membawaku kesini?"
"Sejak kau tidur."
"Kenapa tidak kembali ke rumah?"
Agam melihat jam tangannya, "Ini sudah larut malam, jika kita kembali membutuhkan waktu satu jam dari sini dan aku tidak mau kau tertidur sambil duduk di mobil."
Keyla menyadari sesuatu. "T-tunggu dulu, kalau begitu kenapa aku bisa disini jika sebelumnya berada di dalam mobil."
Mendengar hal tersebut membuat Agam langsung mengulas senyuman, "Tentu saja aku yang menggendongmu, aku yang membawamu sampai ke lantai teratas."
"Dan disaksikan banyak orang?" Keyla tak percaya.
"Ya, mereka semua melihatmu."
Pipi Keyla terasa memanas, dengan refleks ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Keyla tidak bisa membayangkan bagaimana mereka memandangnya saat itu ketika tertidur dan digendong Agam, yang pasti dirinya sangat malu saat ini.
Agam tertawa kecil lalu mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggang Keyla. Agam mengecup kening gadis itu. "Jangan khawatir, ini adalah salah satu hotel keluargaku, mereka semua justeru memandangmu dengan iri karena digendong olehku."
Pernyataan Agam tidak membuat Keyla merasa lebih baik, justru ia semakin kesal karena sebab Agam lah dia jadi malu seperti ini.
Keyla mencubit perut Agam lalu memutarnya dengan keras, membuat Agam meringis kesakitan dan lingkaran tangan Agam di pinggangnya segera terlepas.
"Kenapa kau mencubitku?" Agam memegang perutnya dengan wajah yang meringis.
"Itu karena kau menggendongku di keramaian tanpa izin." Keyla melipat tangannya di dada.
"Aku hanya membantumu Key, seharusnya kau bersyukur karena aku begitu perhatian padamu." Agam meringis kesakitan sampai ia membungkukkan badannya.
Melihat Agam kesakitan hingga seperti itu membuat Keyla jadi merasa bersalah, "Maaf, aku terlalu keras mencubitmu."
"Meminta maaf tidak membuat rasa sakit ini berkurang, Key." Keluh Agam.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Keyla kebingungan.
Agam segera tersenyum lebar lalu menunjuk pipi dengan jarinya. "Kau bisa menciumku disini, rasa sakitnya akan langsung berkurang."
Keyla mendengus kesal, ia segera berbalik namun Agam dengan cepat menarik tangannya hingga ia jatuh di dalam pelukannya.
"Agam lepaskan, aku ingin mandi."
"Kau belum membayar atas cubitanmu sebelumnya, kau harus bertanggung jawab sebagai wanita yang dewasa." Agam kini melingkarkan kedua tangannya di pinggang Keyla, memastikan gadis itu tidak kabur.
Keyla memutar matanya malas melihat tingkah Agam seperti akan kecil yang merajuk. Keyla menghela nafas, dalam satu gerakan, ia segera mencium pipi Agam sekilas.
"Sudahkan, sekarang Lepaskan aku."
Agam mematung sesaat sebelum menatap mata Keyla. "Aku tidak menyangka kau beneran akan menciumku."
Pipi Keyla merona. "H-hanya satu kali ini saja, selepasnya aku tidak akan mau melakukannya lagi."
Keyla menginjak kaki Agam karena pria itu masih melingkarkan tangan dipanggangnya, Agam berdecak pelan karena Keyla berhasil kabur dengan cara itu.
Keyla menjulurkan lidahnya lalu langsung buru-buru pergi ke arah kamar mandi, ia masih memakai setelan blazer kerjanya di kantor ketika terbangun di penthouse ini. Keyla kemudian segera membersihkan dirinya.
***
Keyla lupa karena ia berada di tempat berbeda, maka semua pakaiannya yang berada mension Agam tidak terbawa olehnya.
Keyla tidak bisa memakai setelan kantornya lagi yang sudah ia pakai seharian ini, Keyla memutar otaknya untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.
'Mungkin Agam bisa membantuku?' pikir Keyla.
Keyla sedikit mengintipkan kepalanya di balik pintu kamar mandir, ia melihat Agam sedang berada di ruangan tengah, duduk di sopa sambil memainkan laptopnya.
"Agam!" Ucap Keyla memanggil.
"Ada apa?" Agam tidak menoleh, tatapannya masih terfokus pada layar laptop didepannya.
"Aku tidak membawa pakaian ganti, bisakah kau membawakan pakaianku yang ada di mensionmu."
Agam mengerutkan dahinya lalu menoleh ke arah Keyla yang mengintip di pintu kamar mandi. Agam tak kuasa menahan senyumannya saat menyadari situasi yang terjadi pada gadis itu.
"Sudah jam sepuluh malam... Para pekerjaku sekarang sudah berisitirahat Key..." Ucap Agam berbohong.
"Tapi aku tidak membawa pakaian ganti kesini."
Agam terdiam sejenak sebelum pergi ke kamarnya, beberapa saat kemudian ia kembali sambil membawakan kemeja putih lalu diberikan pada Keyla.
"Ini pakaianmu?" Tanya Keyla saat melihat ukuran kemeja itu yang besar dibandingkan tubuhnya.
"Lebih baik ada dari pada tidak memakainya sama sekali bukan." Agam mengangkat bahu.
Agam kembali ke sofa sambil berusaha menahan tawanya, disisi lain Keyla mematung sejenak lalu menghela nafas, tanpa punya banyak pilihan dia ke kamar mandi lagi dan memakai kemeja itu.
Beberapa menit kemudian Keyla keluar dari kamar mandinya, karena kemeja Agam sangat besar membuat pakaiannya itu sedikit melorot ke bawah sampai menutupi setengah paha Keyla.
"Apa ada celananya?" Tanya Keyla, ia harus menutupi bagian kakinya.
"Tidak ada, kalau kau mau, kau bisa memakai kolor dalamku."
Keyla dengan cepat langsung menolaknya, ia bergidik ngeri jika meminjaminya.
Agam mengulas senyum melihat reaksi Keyla sementara pandangannya tidak lepas dari paha gadis itu, Keyla terlihat seksi ketika memakai kemejanya yang kebesaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments